Bugh!
Magara yang baru saja menginjakkan kaki dirumahnya langsung mendapatkan pukulan keras mengenai perutnya hingga ia batuk sekaligus terkejut.
"Apa-apaan kamu ini Magara?!" Bentak Raga dengan wajah merah padam.
Sudah dapat Magara pastikan bahwa ayahnya itu tengah menahan amarah.
"A-ada apa, ayah?" Tanya ia dengan ragu-ragu karena takut.
"Lihat luka di wajah anak bungsu saya!" Jiraga menunjuk sebelah pipi Hariga yang terlihat lebam.
"H-hariga kenapa?"
Magara kembali terkejut karena adiknya yang terluka seperti itu, padahal saat disekolah tadi Hariga baik-baik saja.
"Kata Hariga, kamu udah pukul dia karena kamu harus gantiin piketnya. Padahal yang nyuruh kamu buat gantiin Hariga bersih-bersih itu ayah sama bunda, bukan Hariga!" Bentak Raga yang membuat Magara terkejut bukan main.
"T-tapi bukan Gara yang pukul Hariga. Lagipula emang ada saksinya?"
Hatinya sangat merasa takut untuk mengeluarkan suara, namun ia juga tak mau dituduh sepeti itu.
"Aku saksinya." Ucap seorang pemuda yang tengah duduk di sofa sebelah Hariga dan Irena.
Sontak Magara membulatkan matanya tak percaya, "Loh kamu Jio, kan? Terus kenapa kamu bohong?"
"Saya gak bohong, kak Magara yang udah pukul Hariga dengan sengaja sambil marah-marah." Jio tak mau kalah.
Dahi Magara mengerut,"Tapi kapan?"
"Gak usah bohong lagi deh kak, kakak harusnya minta maaf sama Hariga."
Tiba-tiba tangan Raga langsung bergerak menjewer telinga Magara dan menyeret tubuh anaknya itu mendekat pada Hariga yang tengah memeluk erat sang bunda.
"Minta maaf sama Hariga!" Titah Raga tegas.
"Gak mau, Gara gak salah apa-apa!" Tanpa sadar Magara meninggikan suaranya.
"Lakuin itu atau ayah buat kamu babak belur malam ini juga?!"
"Terserah, Gara gak peduli!" Magara hendak berlari menuju luar rumah namun Raga dengan cepat menarik tangan itu dan membawanya ke dalam gudang.
***
"Udah!"
Seolah hanya angin yang berlalu lalang, Raga tak mendengarkan perkataan Magara sama sekali. Tangan kekar itu terus memukul bagian wajah, perut dan kepala anaknya sendiri tanpa belas kasihan.
Raga seperti orang yang tengah kerasukan hingga tega melakukan perlakuan seperti itu pada darah dagingnya sendiri.
"Diam kamu!" Raga membentak Magara karena pemuda itu terus berteriak, batuk, dan meringis kencang.
"Berhenti!" Hancur sudah pertahan Magara, pria itu mengeluarkan air mata karena tubuhnya yang sudah benar-benar sakit.
"Kamu pikir Hariga gak kesakitan dipukul sama kamu?!"
![](https://img.wattpad.com/cover/336711808-288-k147055.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Magara and Love
FanfictionSejatinya, seorang Magara hanya ingin tahu bagaimana rasanya dicintai, bukan sekadar mencintai. Terkadang, lelaki itu merasa muak memberikan perhatian, rasa cinta, dan kasih sayang kepada orang-orang terdekatnya, sementara mereka seolah tak pernah m...