54. Fir Patter

494 65 52
                                    

Derai-derai cemara berjatuhan di halaman kediaman Minor

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Derai-derai cemara berjatuhan di halaman kediaman Minor. Iris mata Venice melihat kearah jendela sambil menggertakkan gigi berkali-kali. Pria kecil itu selalu melakukannya dengan menimbulkan suara yang aneh. Namun beberapa saat dirinya mendengar suara pintu kamarnya di bukan dan nampak kedatangan sang Ayah.

"Apa yang kau lakukan di depan jendela?!"

"Melihat pohon cemara."

"Duduklah di depan Daddy dan kita akan bicara?"

Tangan kekar Vegas menepuk kursi kayu di hadapannya, sementara bocah laki-laki itu menaruh mainannya dan mendekati sang Ayah. Iris mata Vegas bisa melihat bila tatapan Venice sangatlah aneh, serasa pria kejam itu tengah mengaca pada dirinya sendiri.

"Aku baru saja melihat burung gagak terbang ke pohon cemara, lalu dia membawa sebuah bangkai ke pohon. Hehehe... kelihatannya burung gagak itu ingin memberi makan anaknya."

Vegas hanya bisa terdiam ketika mendengar cerita yang di katakan oleh putra kecilnya. Pria kecil itu hanya tertawa kecil sambil menggertakkan giginya berulang kali. Namun kali ini Vegas tidak terkejut karena masa kecilnya selalu melakukannya.

"Kenapa kau suka menggertakkan gigi?"

Ketika Venice mendengar pertanyaan itu hanya terdiam, bahkan menggertakkan gigi yang di lakukan Venice semakin kuat seperti suara gesekan tulang pada batu yang terus di asah. Sampai akhirnya Venice terdiam dengan sendirinya.

"Karena Nic suka dengan suaranya." Jawab pria kecil itu pada sang Ayah yang duduk di hadapannya, benar-benar terlihat jelas bila Venice mewarisi dari Vegas.

"Venice Kornwit Treerapanyakun, jangan pernah bersikap nakal dengan menyimpan bangkai dirumah." Ingat Vegas pada putra kecilnya.

Iris mata Venice melihat kearah sang Ayah yang terlihat mengintimidasi. "Nenek Hom? Apa dia memberitahumu?"

"Tidak! Karena Daddy tahu apa yang kau lakukan." Jelas Vegas pada putra kecilnya.

Pria kejam itu memang telah menyadari sejak awal bila ini ulah putra kecilnya. Bahkan dia merasa bingung melihat ajarannya telah di terapkan dengan benar oleh Venice hingga membuat masalah di kediaman Minor. Namun perhitungan Venice sangatlah salah, sebab bocah kecil itu membuat Nang Minor merasa mual.

"Maafkan aku, Daddy."

Venice sibuk memainkan jemarinya ketika merasa kalut akan sesuatu. Bahkan bila dia kesal akan membuat luka di kukunya sendiri hingga lecet. Sekarang ini, Venice telah mendapatkan kebiasaanya anehnya.

Melihat tingkah laku putranya yang tidak masuk akal. Vegas sama sekali tidak akan menaruh amarahnya pada bocah laki-laki di hadapannya itu. Namun yang jelas bila Vegas perlu hanya mengontrol dan menjinakan Venice yang kapan saja bisa meledak.

"Baiklah, sekarang pergilah tidur dan pergi ke sekolah besok pagi." Ucap Vegas pada putra kecilnya.

"Iya, Daddy."

Dear Young Master [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang