97. Pattaya 7 Mei

462 41 20
                                    

"Wahh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Wahh... Pantainya bagus."

Iris mata Wristband memandang kearah pantai yang memancarkan keindahan. Bahkan pagi ini mereka singgah di Pattaya dengan selamat. Lalu Venice memutuskan menginap di salah satu resort yang menyuguhkan pemandangan pantai.

Bahkan sejak pagi, Tuan muda Minor hanya sibuk mengamati situasi.

"Kemarin aku di Korea bertemu dengan Pran?"

"Kenapa kau baru mengatakannya?"

Venice mengambil kotak rokoknya dari saku celananya dan menawarkannya pada sepupunya. Kali ini keduanya sibuk menghisap rokok dan menyalahkan pemantik sambil menghembuskan asap ke udara.

Sampai saat ini, terlihat sekali bila Wristband tidak pernah mengerti akan jalan pikiran sepupunya. Terlihat sekali bila tatapan Venice sangat tenang ketika memandang bebas ke arah lautan. Rasanya seperti terdapat energi bisikan dari iblis yang datang menepi.

"Karena aku tidak ingin merusak acara Sam untuk melihat konser boyband Wild Animal kesukaannya." Jelas Venice dengan santai.

"Apa mereka hanya berdua?"

"Hmm... Pran sedang di awasi oleh Paman Sarawat karena kita."

"Astaga. Rasanya kepalaku ingin pecah ketika kita tersesat lagi." Kesal Wristband bila tidak ada bantuan yang datang.

"Apa kau takut mati?"

"Tidak. Kenapa kau menjadi menakutiku?" Tanya Wristband.

Seketika Venice bersmirk. "Anggap saja kita berpetualang." Lalu iris mata Venice melihat kearah mata-mata Treerapanyakun. "Sebentar lagi kita akan pulang, kawan."

Hingga akhirnya pria tampan itu pun berlalu memasuki resort untuk beristirahat.

Sementara itu, tepat di kediaman Main sangatlah sunyi dan sepi. Tankhun juga tidak membuat kebisingan ketika dirinya sibuk menyendiri di dalam kamarnya. Lalu Nang Main yang masih menangis sambil menyentuh foto Tuan muda Main.

Demam Porsche selalu naik turun dan membuat Porschay merasa khawatir. Bahkan kali ini sepasang kakak beradik itu saling diam satu sama lainnya. Hingga akhirnya Porschay membuka suaranya.

"Phi Porsche, keadaan Phi Pete semakin buruk dan psikisnya terkena. Oleh karena itu, bisakah untuk Phi Porsche semangat?" Ucap Porchay pada kakaknya.

"Bagaimana aku tidak semangat bila setengah bulan lamanya aku tidak melihat putraku?" Tanya Porsche sambil menangis. "Bahkan aku sangatlah merindukannya. Namun kenapa putraku tidak melihat Ibunya?"

"Phi Porsche, kali ini Phi Kinn berusaha mencari keberadaan Wristband. Jadi jangab seperti ini, hmm?" Porschay berusaha menenangkan kakaknya yang sakit-sakitan ketika Wristband meninggalkan rumah.

Setiap bujukan demi bujukan sudah Porschay lakukan. Namun semuanya hanyalah sia-sia. Nang Main belakangan ini juga jarang sekali menyentuh makanannya.

Porsche memilih untuk membaringkan dirinya di sisi ranjang. Bahkan menutup seluruh tumbuhnya dengan selimut dan hanya menyisahkan kepalanya. Hal itu membuat Porschay merasa sedih dan perihatin melihat kondisi kakaknya yang memburuk.

Dear Young Master [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang