82. Nothing Lasts Forever

270 47 8
                                    

Vegas menjadi salah satu kepala keluarga di rumah duka, dia menyalami tamu yang datang untuk melayat mendiang Kakek Noi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vegas menjadi salah satu kepala keluarga di rumah duka, dia menyalami tamu yang datang untuk melayat mendiang Kakek Noi.

Iris matanya melihat kearah Pete dan Nenek Jui menangis di samping peti Kakek Noi. Pria itu masih berdiri dengan kuat bersama dengan Macau.

"Hia, bila kau lelah biar aku saja yang menjadi penerima tamu. Lebih baik Hia pergi menemui Phi Pete dan Nenek Jui." Kata Macau pada sang kakak, hingga akhirnya Tankhun datang bersama dengan Kinn dan Porsche.

"Wegath!"

Tankhun pun menyapa sepupunya. Lalu keduanya berjabat tangan dan wajah Vegas terlihat sangat layu, tapi entahlah dengan Pete dan Nenek Jui sekarang ini.

Pria kejam itu menghela nafas panjang dengan lapang dada, lalu menyisir surainya kebelakang mengunakan tangannya.

"Aku senang kalian bertiga datang ke Chumphon untuk melihat Kakek mertuaku." Kata Vegas pada kedua sepupunya dan Porsche.

"Tentu saja. Aku ingin mengatakan turut berduka cita." Ucap Kinn dan memeluk tubuh sepupunya.

"Terima kasih." Jawab Vegas.

Bahkan Kinn juga mendekati Macau yang sama-sama layu dan kacau. Duka ini terasa lebih perih dan sangat menyayat hati. Namun pada dasarnya semua orang di dunia ini tidak ingin di tinggalkan.

"Cau, aku turut berduka cita." Kata Kinn pada sepupunya.

"Iya, terima kasih Phi Kinn." Jawab Macau sambil melihat kearah Kinn.

Bahkan Tankhun dan Porsche melakukan hal yang sama. Namun pria nyentrik itu tidak memeluk sekalipun tubuh Vegas. Hal itu membuat Vegas memaklumi bila Tankhun memang aneh.

Hingga akhirnya ketiganya pun memasuki rumah duka. Disana terlihat Nenek Jiu yang memberikan salam ketika ingin mendekati peti.

"Halo, selamat pagi dan terima kasih atas perhatiannya." Kata Nenek Jiu pada keluarga Treerapanyakun.

Lalu Porsche juga memberikan salam balik kepada Nenek tua itu. Bahkan disana juga ada kerabat Pete.

Hingga akhirnya ketiganya pun melangkahkan kakinya mendekati peti. Disana iris mata Tankhun melihat Pete yang menenangkan Nenek Jui. Bahkan air mata Pete terasa seperti kering dengan matanya yang sembab.

Jemari lentik Porsche menaruh bunga bunga Anyelir putih yang memiliki makna bila Tuhan di dalam tubuh.

"Selamat jalan, Kakek Noi." Lirih Porsche dengan dalam.

Kemudian, disusul dengan Tangkhun yang ikut menaruh bunganya. Kali ini dirinya memberikan bunga Cyclamen putih. Bahkan bunga cantik itu sekilas tampak seperti sayap kupu-kupu yang tengah hinggap di tanaman.

Ketiganya berdoa di hadapan peti kematian milik Kakek Noi. Lalu setelah usai di dalam penghormatannya. Tankhun segera menghampiri Pete dan Nenek Jui.

"Nenek Jui, aku turut berduka cita." Ucap Tankhun dengan menangis sesegukan.

Dear Young Master [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang