BABY BOY :: 04

840 58 35
                                    

"Lah?"

"Dia kek ngejar kucing gitu. Terus akhirnya gue tabrak."

"Yang bayar pengobatannya lo kan?"

"Iyalah. Eh ntar gue kerumah lo ya."

"Ngapain?"

"Ada tugas buat hari jumat hehe."

"Lah sekarang baru senin."

"Lebih cepat lebih baik."

"Njir, lo kan punya otak. Pake tuh."

Jake berjalan ke arah pintu utama rumahnya. Memasuki pintu itu dan sebelum tertutup Sunghoon berteriak.

"Atau gue kabarin Om Hoseok kalo lo bawa pulang seme!" Jake memandang sengit Sunghoon.

"Terus gue juga bakal ngomong kalo lo kemarin ke bar dan mabuk. Hampir gak suci sama om om perut buncit."

"Babi lo Hoon." Gumam Jake.

"Kalo ngak, gue bilangin kalo lo pernah ngelon.."

"FITNAH LO ANJING!!"

Gguk! Gguk!

"Bukan lo Layla..." Lirih Jake frustasi sementara Layla bersantai melihat televisi.

"Ntar jam 8 kesini! Gue gak nyediain makanan ma minuman!"

Sunghoon mengacungkan jari jempolnya. Dan pergi dari halaman rumah Jake. Akhirnya ia bisa menutup pintu utama rumah itu.

"Gue harus stok kesabaran lebih banyak lagi. Awalnya Sunghoon emang bisa, tapi kan.. Jay!? Eh.."

Ia menjadi teringat dengan kejadian beberapa menit lalu. Saat ia tanpa sengaja jatuh di pangkuan Jay. Membayangkannya kembali membuat dirinya merona sendiri.

"Muka gue taruh mana!" Teriaknya yang bahkan, Sunghoon sampai tersandung saat akan berjalan menuju kamarnya.

***

Jungwon seharusnya mengikuti Jay yang pergi sendirian. Buktinya sampai malam, sang Kakak belum juga pulang. Ia berjalan kesana kemari sembari beberapa kali menggaruk punggung tangannya karena gelisah. Salah satu kebiasaan yang merugikan dirinya.

"Jay pulang."

"Kakak!"

Jungwon segera memeluk erat Jay, "Kenapa dek?"

"Kakak abis dari mana?"

"Toko swalayan, kalo kamu lupa."

"Sampai malam?"

"E.. itu urusan hehe."

Jungwon melepas pelukannya dan Jay mengetahui ada yang tak beres. Ia melihat ke arah punggung tangan sang adik.

"Ck, kebiasaan mu belum hilang?" Sembari menunduk Jungwon menggeleng lemah.

"Jungwon.. dengerin Kakak." Yang dipanggil mendongak.

"Stop. Jangan sakiti diri kamu lagi. Kamu gak seharusnya ngelakuin ini. Memang apa kesalahan dirimu sehingga kamu menghukumnya? Nggak ada kan? Kakak gak larang kamu buat marah ke siapapun itu. Karena Kakak juga pernah marah ke Ayah Bunda, itu pasti. Setiap anak pernah memiliki amarah sekecil apapun itu pada orangtuanya." Jungwon terdiam.

Jay mengusap rambut Jungwon, "Kamu pahami perkataan Kakak oke?"

"Iya kak..." Lirihnya.

"Kamu udah makan?"

"...nunggu Kak Seongie."

"Oke, sekarang kita makan ya? Ayah sama Bunda bakal pulang telat. Tadi Ayah nghubungin kakak."

BABY BOY [end.]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang