Pada akhirnya Jay mengantar Jake pulang. Sampai dirumahnya, Jake hendak menyuruh Jay masuk namun anak itu mengatakan lain kali saja untuk mampir.
"Makasih."
"Ck, gue bosen denger kata itu dari lo," ujar Jake.
Jake yang sudah berdiri dengan mata sembabnya bertanya, "Terus lo mau gue bilang apa?"
'I love you gitu,' batin salah satu dari mereka.
Jay terkekeh, "Iya sama sama. Yaudah sana lo masuk. Ganti baju terus makan. Belajarnya gak perlu. Besok libur juga"
"Setan anda."
"Apa?"
"Gapapa."
Jay mengangguk dan menyeting kendaraannya, "Gue pulang dulu."
"Iya.. em.. Jay?"
Jay menoleh, "Apa?"
Jake ragu namun ia tetap bersuara, "Hati hati di jalan. Setelah pulang nanti, kabarin gue."
Jay mengangguk, "Dada Jake!"
"Daa!" Teriak Jake sembari melambai.
Setelah mobil itu pergi ia menurunkan tangannya. Jake mengusap sisa air mata yang ada di kedua pipinya lalu ia berbalik masuk kerumahnya yang tidak terkunci. Jake menaiki tangga hingga pada akhirnya sampai di kamarnya. Ia langsung masuk ke kamar, mengunci pintu itu untuk menghalangi orang lain masuk.
Ia meletakkan tas yang berisi beberapa buku lalu melepas sepatunya asal. Meski seharusnya ia melepasnya saat di pintu utama tadi.
"Hah.. gue capek banget."
Ia berjalan gontai menuju kamar mandi. Mandi dengan air dingin yang menyegarkan namun membuatnya sakit dikeesokan harinya. Tapi ia tidak peduli.
Dan benar saja semalaman itu badannya menggigil. Meski dua selimut tebal telah menutupi, namun rasanya selimut itu tidak berguna.
"Shhh di..dingin. Shh Pa.. Papa kemana sih shh.."
Ia mengambil handphone yang tengah diisi daya kemudian mengirim pesan pada sang ayah.
Papa!
Terakhir dilihat pukul 19.02Pa|
20.00Dimana?|
20.00Jake lspsr|
20.01Aa jake bel maskan|
20.02---
Ia meletakan handphone disampingnya begitu saja. Rasanya tangannya ikut bergetar ketika dingin menyapa. Kemudian ia berusaha tidur meski perutnya sudah berulang kali minta diisi. Hingga akhirnya ia tertidur tanpa membaca pesan dari seseorang yang membantunya tadi.
***
Hal yang pertama kali ia lihat adalah plafon berwarna putih bersih. Ia menggerakkan tangannya dan selimut halus ia rasakan. Menoleh ke kiri, terdapat sang ayah yang berdiri melamun. Lalu menoleh ke kanan, kantung infus terlihat dalam netranya.
"Paa," lirihnya yang langsung didengar Hoseok.
"Jake? Udah bangun? Mana yang sakit? Papa panggilkan dokter mau?"
Perlahan Jake menggeleng, "Mau Papa."
Hoseok yang mendengar lirihan itu mengelus surai sang anak, "Papa disini."
Jake tersenyum dan seorang wanita tiba tiba saja masuk. Dengan elegan wanita itu melepas kacamata hitamnya lalu menyimpannya di atas nakas.
"Jake sayang gapapa?"
Jake yang mendengar hal itu langsung mengangguk ringan, "Iya Ma."
Wanita itu mengukir senyum teduh, "Kalau ada yang sakit bilang Mama ya?"
"Iya."
Setelahnya keheningan terjadi. Sampai Jake memilih bertanya. Pertanyaan yang selalu ada dibenaknya, "Mama kemana aja?"
"Mama disini kok. Gak jauh dari kamu."
"Mama kenapa kesini?"
"Kamu sedang sakit, dan pasti butuh Mama kan?"
Jake tertegun dengan pernyataan itu, "Jadi.. Mama hanya datang ketika Jake sakit?"
Hati wanita yang seumur dengan Jungkook itu tergores. Hati yang sudah ia bangun untuk tegar akhirnya terluka juga. Ia mengelus rambut sang putra dan menjawab, "Maaf."
Jake tersenyum simpul, "Mama gak perlu temuin Jake kalo akhirnya akan pergi lagi."
"Jake..."
"Jake bahagia kok sama Papa."
Senyuman itu terlukis meski pemiliknya menahan sakit, "Kau yakin tidak ingin ikut dengan Mama?"
Jake mengangguk, "Jake mau disini aja Ma. Sama Papa, Om Taehyung, Tante Jungkook, sama Sunghoon dan teman teman Jake."
"Baiklah. Tapi Mama akan selalu menerima kamu jika kamu mau ikut dengan Mama."
Wanita itu mencium lama kening sang anak dan berbisik, "Cepat sembuh ya sayang."
Setelahnya tanpa kata-kata lagi ia pergi. Membuat hati Jake sakit untuk kesekian kalinya. Hoseok yang menyadari itu, baru saja akan berkata. Akan tetapi, justru sang anak lebih dulu menyuarakan suaranya.
"Jake mau sendiri Pa."
Dan Hoseok mengangguk, "Papa ke kantin dulu ya? Kamu mau roti sandwich atau bubur ayam?"
Jake terdiam lalu menjawab, "Susu hangat saja, Pa."
"Baiklah. Handphone kamu ada di atas nakas. Jika perlu sesuatu telefon Papa."
"Iya, Pa."
Sebelum benar benar pergi Hoseok kembali berpesan, "Sunghoon akan datang nanti pukul 3 sore."
Setelah benar benar hening Jake melihat jam dinding, "6 jam lagi."
Jake memandang ke atas. Ke arah warna putih itu berada. Ia ingin menangis tapi berusaha ia tahan. Jangan menangis hanya karena ibunya pergi. Jangan menangis hanya karena ia tidak memiliki seorang ibu disisinya. Jangan menangis karena ia hanya hidup bersama dengan sang ayah.
"Sial."
Tapi hatinya memilih jujur.
Ia merindukan ibunya bersama dengannya juga sang ayah.
Apakah ia salah?
Bersambung♡
KAMU SEDANG MEMBACA
BABY BOY [end.]
Fanfiction[FOLLOW DULU BARU BACA] Apa yang pertama kalian pikirkan saat melihat seseorang memiliki Little space Syndrom? Risih? Kasian? Acuh? Banyaknya takdir yang menuliskan seorang subsmive memiliki syndrom tersebut dan mendapat dukungan dari sang dominan...