Terhitung sudah sebulan Jake keluar dari rumah sakit dan ia menjadi Jake yang sama seperti sebelumnya. Kini terlihat Jake yang melambai pada sang kekasih, Jay ternyata sedang bersandar pada dinding kelasnya, "Jay!"
Jay tersenyum gemas. Langkah kaki Jake yang seperti anak TK, rambut tergerai pendek, dan senyuman itu membuatnya sangat bersyukur dapat mengenal Jake. Sekarang ia juga bersyukur bisa menjadi. 'kekasih' si mungil.
"Kok telat?" Jay bertanya.
"Tadi Sunghoon ada drama kepentok meja. Jadi buru-buru sih tadi kesini nya."
Jay merapikan rambut kekasihnya, "Maaf ya gak bisa jemput kamu kayak pasangan kekasih biasanya."
Jake memperhatikan sekitar yang sepi dan langsung memeluk kekasih tampannya, mereka masih backstreet ngomong-ngomong, "Gapapa. Lebih baik aku sama si bocil itu terus daripada kamu nanti kenapa-kenapa."
Jay membalas pelukan itu, "Aku janji bakal berusaha sembuhin syndrom aku biar bisa antar jemput kamu."
Jake mendongak, "Kamu yakin gapapa?"
"Everything for you, honey."
Jake berkata, "Makasih Jay."
"Cuman Jay doank?"
Jake terdiam, "Terus aku harus bilang apa?"
"Sayang," kata itu muncul saja tanpa aba-aba.
"Ish alay pake kata itu."
"Gak tuh. Nih ya aku praktekin. Jake sayang..." Suara Jay mendayu di rungu Jake.
Jake menenggelamkan wajahnya pada dada Jay, "Apasih."
"Sayangku, sini aku mau denger kamu panggil aku sayang," tapi Jake hanya diam.
"Aku nungguin ini."
Jake melepaskan pelukannya dan mendongak, "Makasih Jay sayang."
Jake mengecup pipi kanan Jay dan langsung masuk ke kelas begitu saja. Ia meninggalkan Jay yang mematung karena terkejut. Bagaimana Jake nya bisa sangat menggemaskan? Baiklah, mungkin maksudnya, bagaimana Jake nya bisa menjadi pribadi yang.. okay, ia aku bahwa Jake menggemaskan dengan tingkah tengilnya. Jay diam bahkan ketika Taehyun memanggilnya.
Tangan pria bermarga Kang itu mengenai lengannya, "Anjing."
Kemudian ia menatap tajam pada Taehyun, "Apa apaan lo Tae?"
"Lo yang kesambet apa begimane sih? Gue panggil lo 20 kali tapi lo diem bae."
Jay menghela nafas pelan, "Apaan?"
Taehyun terlihat malu untuk mengatakannya, "Lo bisa bantuin gue?"
Firasat Jay tidak pernah salah...
Mungkin..
***
"Gue bilang begini caranya."
"Ish, gak manusiawi banget lo."
"Ya.. kan emang begini cara ngobatin kucing!"
Jake memegangi si kucing dan Kai mulai mengobatinya. Ini jam istirahat lalu dengan iseng saja keduanya jalan-jalan mengelilingi sekolah itu, sekalian agar Jake tahu selak beluk sekolahnya. Didekat UKS, mereka menemukan seekor anak kucing yang terluka, entah karena apa. Jarak yang dekat dari UKS membuat mereka memilih untuk mengobati kucing itu.
"Tapi ini gapapa kita pake obat manusia?"
"Daripada dia mati? Lo mau tanggung jawab?" tanya Kai.
Jake tidak terima, "Yee emang gue buntingin nih mpuss..."
Kai terus mengobati hingga akhirnya selesai, "Hah.. gue balikin nih obat. Lo tunggu sini."
"Hm."
Ditengah menunggu, Jake memangku kucing berwarna oren itu. Ia mengelusnya dan siapa sangka, si kucing menerimanya. Jika saja sang ayah tidak alergi terhadap kucing, mungkin saja ia akan memelihara kucing daripada anjing. Tidak juga sih, ia mencintai Layla.
"Jake!"
Teriakan yang amat ia kenal membuatnya gelagapan. Begitu ia menoleh, ia melihat Jay berlari mendekatinya. Dengan terburu ia menyembunyikan si kucing di belakang pohon rendah.
"Jake?" Ia membalikan badannya.
"Oh? Jay? Kenapa?" Jay tahu, Jake gugup.
Meski begitu, akhirnya Jay menyerahkan sekotak susu dan roti bungkus, "Aku cari kamu di kantin nggak ada. Jadi aku keliling sekolah eh kamu disini. Nih makan dulu."
Jake menerimanya, "Makasih. Kamu sampe repot repot bawain ini ke aku."
"Gak papa. Duduk disitu? Dimakan."
Jake mengangguk. Mereka berjalan menuju kursi taman dan sesekali Jake akan melihat lokasi dimana ia menyembunyikan si oren tadi. Ketika mereka duduk berdua. Tiba tiba saja Jake berkata, "Kamu gak makan?"
"Um? Nggak."
"Tapi kamu harus makan. Sana beli makanan buat kamu."
Jay mengerutkan keningnya, "Kamu kenapa? Ada yang kamu sembunyiin kan?"
Jake menggeleng, "Nggak kok."
Bungkus roti yang sudah habis itu dibuang ke tempat sampah. Lalu Jay menggenggam tangan mungil kekasihnya, "Jujur aja sayang. Kenapa hm?"
Jake menjadi ragu sekarang, "Em... Jay?"
"Iya?"
"Kamu pergi dulu mau nggak?"
"Maksudnya?"
Bersambung♡
KAMU SEDANG MEMBACA
BABY BOY [end.]
Fanfiction[FOLLOW DULU BARU BACA] Apa yang pertama kalian pikirkan saat melihat seseorang memiliki Little space Syndrom? Risih? Kasian? Acuh? Banyaknya takdir yang menuliskan seorang subsmive memiliki syndrom tersebut dan mendapat dukungan dari sang dominan...