𝙳𝚊𝚒𝚕𝚢 𝙰𝚌𝚝𝚒𝚟𝚒𝚝𝚒𝚎𝚜 35

1.5K 120 275
                                    

Notes!!

Taufan : eooo cambek with taufan 👀

Blaze : SEKARANG GILIRAN AKU!!! 🔥

~~~~

"Gem kan udah kubilang!"

Blaze berteriak panik, ketika melihat jemari telunjuk Gempa berdarah karena terkena bilah pisau.

Manik jingganya membesar ketika banyaknya darah yang mengalir keluar, otaknya seketika blank dan tak bisa berpikir.

Gempa sendiri hanya terdiam ketika tangannya langsung di genggam oleh adiknya, ia melihat wajah adiknya yang panik.

"Hem Blaze, ini cuma luka kecil" gumam Gempa pelan dan suaranya menghilang ketika manik jingga adiknya berkilat marah.

Bulir keringat mulai turun dari dahi Blaze, dapat ia rasakan peredaran darah menuju jantungnya semakin cepat.

Menghiraukan ucapan kakaknya, ia dengan cepat memasukan jari telunjuk Gempa ke dalam mulutnya.

Menghisap semua darah yang keluar dari jari kakaknya, ia ingat ketika kecil dulu ia atau saudaranya yang lain terluka, kakaknya pasti akan melakukan hal yang sama seperti ini.

Mulut Gempa terbuka melihat tindakan adiknya, padahal kan lukanya kecil hanya tergores seperti biasanya.

Selama ia memasak pun, jika terluka ia akan mencucinya lalu menutup lukanya dengan plester luka yang ia simpan dilaci atas.

Senyuman tulus terpantri di wajahnya, melihat ketulusan Blaze yang khawatir dengannya.

Tangan kirinya yang bebas terulur ke surai berantakan milik adiknya, ia mengusapnya pelan untuk menenangkan pikiran Blaze.

Blaze sendiri masih berusaha menghentikan darah yang keluar, sesekali mengecupnya untuk mengurangi rasa perih yang akan dirasakan kakaknya.

Gempa sedikit meringis ketika lidah adiknya tak sengaja menyentuh lukanya, maniknya tertutup kaget.

Blaze yang tak sengaja menekan luka kakaknya pun menjadi kalang kabut, ia langsung mengangkat tubuh kakaknya dan mendudukannya di atas meja pantry dapur.

Manik jingga miliknya menilik luka goresan di jari Gempa, sudah tak ada darah yang tersisa.

Ia menghela nafasnya lega, untung saja ia dengan cepat menghisap darah kakaknya yang keluar banyak.

Sejak kejadian dulu, ia menjadi cepat overthingking dan panik melihat darah yang keluar dari Gempa.

Mau darah yang keluar itu sedikit atau banyak sekalipun, sekujur tubuhnya akan menegang dan detak jantungnya menjadi tak bertauran.

Dapat Gempa lihat, wajah adiknya yang memerah dan nafasnya tak jelas.

Gempa melihat jemarinya yang sudah tak terdapat darah, ia tersenyum senang dengan tindakan cepat Blaze walau dirinya sendiri seang panik.

Ia menangkup wajah adiknya yang berkeringat dingin, mensejajarkannya dengan wajahnya.

"Tenanglah Laze, hanya luka kecil dan lihat darahnya sudah hilang berkatmu" ujar gempa dengan tenang.

Ia juga menunjukkan jemarinya di hadapan Blaze, adiknya itu langsung menatap jemarinya dengan tajam.

Tak berhasil dengan pujukannya, Gempa pun menarik leher belakang adiknya lalu menenggelamkannya pada pelukannya.

Ia membiarkan adiknya mendengar detak jantungnya, berharap adiknya bisa sadar kembali dan tidak panikan.

Blaze yang mendengar detak jantung kakaknya pun mulai tenang, ia langsung memeluk perut kakaknya.

Elemental Daily | Season I  [PROSES PENERBITAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang