𝙳𝚊𝚒𝚕𝚢 𝙰𝚌𝚝𝚒𝚟𝚒𝚝𝚒𝚎𝚜 28

1.7K 161 186
                                    

Notes!!

Thorny : eyoooo teman teman Thornyyy!!
Ada yang kangen sama Thorny?🤭

~~~~

Seluruh jiwa raga Halilintar tertegun, tak menyangka ia akan mendengar kata - kata itu lagi.

Kata - kata yang dulu sempat Gempa ucapkan dihadapannya, dengan kondisi yang sama.

Manik ruby Halilintar melebar, wajahnya mengeras seketika.

Karena kesal dengan ucapan adiknya, Halilintar menarik paksa wajah Gempa lalu menyatukan dahinya.

Gempa yang ditarik pun terkaget, ketika wajah kakaknya yang sangat dekat.

"Abang Ha--"

"Jangan pernah ucapkan kata - kata itu lagi" dengan cepat Halilintar memotong ucapan Gempa.

Bukannya mendengarkan ucapan kakak sulungnya, Gempa malah memikirkan kondisi kakaknya yang terlalu dekat dengannya.

Takutnya, demam miliknya menular ke Halilintar. Ia tak mau itu terjadi.

Gempa berusaha menjauhkan dahinya, tapi pegangan Halilintar pada wajahnya sangat kuat.

"Gem, tatap mataku"

Gempa mengikuti arahan Halilintar, ia menatap manik ruby kakaknya yang terlihat menyala.

Ia seakan terseret masuk kedalam manik semerah darah milik Halilintar, sangat jarang ia melihat mata kakaknya sedekat ini.

"Abang kenapa, Gem salah ngomong ya?" tanya Gempa bingung.

Jika saja ini bukan Gempa, Halilintar pasti akan memukulnya dengan keras.

Sudah jelas tadi adiknya itu mengatakan hal yang tidak baik, perkataan yang sangat tak mau ia dengar lagi.

Terutama keluar dari Gempa atau adiknya yang lain, ia tak mau itu menjadi kenyataan.

Halilintar mendengus kesal, "Siapa yang menyuruhmu untuk meninggalkan abangmu ini?"

Kelopak mata Gempa tertutup karena dengusan kakaknya, ia kembali melihat Halilintar yang sudah menjauhkan wajahnya.

Namun wajahnya masih dipegang oleh kedua tangan Halilintar, bahkan sekarang kakaknya itu ikut duduk disebelahnya.

Halilintar menyamankan duduknya disebelah adiknya, ia memasang bahunya lalu meletakkan kepala Gempa pada pundak tegapnya.

Gempa tersenyum karena perhatian kakaknya, ia pun menutup matanya lelah dan bersender penuh pada pundak Halilintar.

Tak mendapatkan jawaban dari adiknya Halilintar pun mencubit hidung Gempa dengan gemas.

Gempa pun menepis tangan kakaknya yang jahil, "Ngga ada yang nyuruh, cuma terlewat aja di benak Gemgem"

Halilintar menggenggam tangan adiknya erat, mengusapnya dengan tangan satunya lagi.

"Aku tidak akan pernah mengizinkan mu meninggalkan aku dan yang lainnya"

Binar mata Gempa semakin terlihat, ia terharu dengan ucapan kakaknya.

Selama ini, ia dihantui oleh bayang - bayang masalalu saudaranya.

"Aku tahu, kita semua tahu, kalau kamu masih mengingat kejadian itu dengan jelas Gem" sambung Halilintar selagi mengusap surai Gempa yang ada di pundaknya.

Tubuh Gempa menggigil seketika, memang benar apa yang dikatakan kakaknya.

Kejadian itu masih selalu membayangi dirinya, bahkan sampai tidur dan di alam mimpi pun masih mengejarnya.

Elemental Daily | Season I  [PROSES PENERBITAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang