𝙳𝚊𝚒𝚕𝚢 𝙰𝚌𝚝𝚒𝚟𝚒𝚝𝚒𝚎𝚜 27

1.8K 166 225
                                    

Notes!!!

Taufan : adoii makin menjadi lah chapter ini, bau² masa lalu pun akarghhh *dipukul Blaze*

Blaze : lama lama kau seperti Thorn dan Abang Hali yang suka nyeplos _-

Thorn : Apapun, selamat membacaaa
⚘️😋

~~~

Setelah seharian diberikan kejutan, dan mood nya dibuat naik turun oleh semua saudaranya.

Sepertinya, daya tahan tubuhnya yang belum sepenuhnya pulih kini melemah.

Gempa jatuh tak sadarkan diri di pelukan saudara - saudaranya, Halilintar yang berada dekat dengan adiknya langsung menggendong nya di kedua lengannya.

Dapat Halilintar perhatikan, senyuman lelah tak hilang dari wajah adiknya yang tak sadarkan diri.

Mereka semua membawa Gempa ke kamarnya, meletakkannya diatas kasur.

Solar memeriksa suhu tubuh Gempa dengan termometer, ia sesekali merapikan rambut Gempa yang berantakan.

Jemari Ice melepaskan coat dan merapikan sweater hangat milik Gempa, tak lupa memberikan selimut.

Taufan dan Blaze pun sedang menyiapkan air kompres untuk menurunkan demam Gempa.

Keadaan Gempa tak jauh berbeda saat di rawat di rumah sakit, wajahnya pucat dan deru nafasnya tak teratur.

Merasa sudah waktunya, Solar mengambil termometer pada ketiak Gempa.

Ia menghela nafasnya pelan, syukurlah demamnya tidak melebihi batas normal.

Halilintar yang melihat itu langsung mendekati Solar, "Berapa suhunya?"

Si bungsu yang ditanya pun memberikan termometer kearah kakak sulungnya, ia pamit ijin ke laboratorium nya untuk mengambil obat penurun demam.

Genggaman Halilintar pada termometer pun menguat, suhu tubuh adiknya tidak menurun sejak ia diperbolehkan pulang.

Melihat geraman kakaknya, Ice mengambil paksa termometer pada tangan Halilintar.

Kedua bola mata Ice mebelalak kaget, demamnya tinggi sekali. Pantas saja, tubuh kakaknya sampai menggigil.

Ia menyentuh pundak Halilintar, menyadarkan dari emosinya yang meluap.

"Bukan salahmu, ini salah kita semua karena tidak peka dengan keadaan Gemgem"

Ice berusaha menenangkan kakaknya, yang akan menyalahkan dirinya sendiri.

Sadar dengan perkataan adiknya, Halilintar menghela nafasnya gusar.

Ia menenangkan emosinya, berusaha tidak menyalahkan dirinya sendiri karena lalai menjaga Gempa.

Halilintar mengangguk kearah Ice, "Terimakasih Ice" ucap Halilintar lega.

Ice tersenyum singkat, manik OceanBlue miliknya menatap Thorn yang menangis dalam diam di pinggiran kasur Gempa.

Tangannya mengenggam tangan Gempa dengan erat, Thorn bahkan tak mempedulikan dirinya yang bersimpuh dilantai.

Walau dalam diam, pundaknya terlihat bergetar karena menahan sesenggukannya.

Ia sangat takut, apabila saudaranya nya itu akan kembali dirawat di rumah sakit.

Ia takut, Gempa-nya tak bisa bermain atau memperhatikannya lagi.

"Katanya Gemgem mau metik bunga daffodil di sungai saat pulang dari rumah sakit, cepet sembuh Gem, Thorn rindu main sama Gemgem"

Suara Thorn berubah serak karena menangis, ia sebenarnya ingin memeluk kakaknya diatas kasur.

Elemental Daily | Season I  [PROSES PENERBITAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang