𝙳𝚊𝚒𝚕𝚢 𝙰𝚌𝚝𝚒𝚟𝚒𝚝𝚒𝚎𝚜 29

1.6K 155 252
                                    

Notes!!!

Taufan : Wuihhh hebat betulah Hali, dari kemarin dapet momen terussss :)

Blaze : YANG KEPO SAMA MASA LALU GEMGEM SIAPA HAYO?!! 👻🔥

Thorn : YANG PENASARAN BISA ANGKAT LAMBUNG KALIAN KE ATAS TEHEKK😋🥬

Tuafan & Blaze : erkk 🫣

~~~

Gempa hanya mengangguk, menyetujui ucapan kakaknya.

Ia tersenyum senang, melihat tangan Halilintar mulai menyuapinya dengan bubur buatan Taufan.

Ia berharap, fungsi indra pengecapnya masih bisa merasakan rasa dari semangkuk bubur itu.

Halilintar meniup pelan bubur yang ada di sendok, berusaha mengurangi rasa panasnya.

Merasa sudah cukup, ia mulai menyuapi Gempa dengan telaten.

Halilintar menatap wajah adiknya yang layu, "Hati - hati masih panas, jangan lukai lidahmu"

Dapat ia lihat, adiknya mengangguk dan mulai melahap sendokan buburnya.

Halilintar tersenyum puas, adiknya tak menolak suapan buburnya. Karena ia tahu, lidah adiknya pasti pahit.

Dapat Gempa rasakan, lidahnya masih pahit dan tak merasakan citra bubur yang terlihat enak di matanya.

Ia berusaha menelan bubur itu dengan susah payah, baru 1 suapan ia merasa perutnya sangat penuh.

Halilintar terus menyuapi Gempa dengan pelan dan telaten, sesekali ia akan memberikan air untuk Gempa.

Merasa perutnya penuh, Gempa menolak suapan dari tangan Halilintar.

Walaupun ia hanya menerima 3 suapan saja, ia merasa sudah penuh dan takut akan memuntahkan semuanya.

Halilintar yang melihat adiknya menolak suapannya pun menghela nafasnya, adiknya itu baru makan 3 sendok bubur.

"Gem ini baru 3 sendok, kalau perutmu sakit bagaimana?", Halilintar berusaha menekankan adiknya untuk memakan buburnya lagi.

Gempa tetap menolak, ia menggelengkan kepalanya dengan menutup mulutnya dengan kedua tangannya.

Ia bisa muntah kalau memaksa memakan bubur itu lagi, lagipula lidahnya masih pahit dan tak merasakan apapun.

Melihat tingkah adiknya yang keras kepala bercampur imut, Halilintar menolehkan kepalanya dan tak mau melihat wajah adiknya.

Didalam dirinya, ia sedang bertarung dengan kuat agar tak menerkam adiknya seperti Taufan yang lalu.

Berusaha menetralkan dirinya, ia menghembuskan nafasnya gusar.

Meletakkan sisa bubur di meja nakas, ia juga mengambil beberapa butir obat untuk Gempa minum.

Manik emas milik Gempa hanya menatap polos wajah kakaknya yang memerah,

'Eh, wajah Abang Hali memerah... aku yakin dia pasti tertular demamku'

Ia jadi tak enak hati dengan Halilintar, kakaknya itu sudah merawatnya dengn baik tetapi ia malah menularkan sakitnya.

Secara perlahan, ia beringsut mundur dan menjauh dari Halilintar.

Ia sudah sangat senang, saudaranya yang lain merawatnya tetapi ia tak mau karena dirinya, saudaranya yang lain akan terkena sakitnya.

Alis Halilintar menaik sebelah, bingung dengan adiknya yang mulai menjauh darinya.

Selimut yang awalnya ada pada tangan Gempa, kini telah menutupi seluruh tubuh adiknya.

Elemental Daily | Season I  [PROSES PENERBITAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang