Ketika hendak siap-siap berangkat, Lisa dikejutkan oleh presensi Limario bersama mobil sport merek Audi R8 Spyder berwarna hitam dibelakangnya.
Dirinya bersandar pada badan mobil dengan kaki ia silangkan. Sangat tampan dan mempesona diusia Limario yang menginjak kepala tiga.
"Kajja" ajaknya membukakan pintu untuk Lisa.
"Mwoyo, aneh banget" gerutunya tak ayal tetap masuk.
"Daddy ganti profesi ya jadi tukang taksi" ucap Lisa dengan wajah tanpa dosanya.
"Enak aja. Mana ada sopir taksi setampan Daddy"
"Elah, bagusan juga pantat Leo daripada mukanya" gumam Lisa sangat pelan tanpa ia tau Limario dengar.
"Sembarangan nyamain Daddy sama pantat kucing gendutmu itu"
"Dia gak gendut cuma bulunya yang tebal" bantah Lisa tidak terima kucingnya dibilang gendut.
"Kau harus bisa melihat fakta Lisa"
Tak lama kemudian mobil mereka memasuki halaman besar kampus. Limario menepikan mobilnya di parkiran.
"Turun sana" Lisa berdecih lalu turun dari mobil ayahnya.
"Kamsahamnida Ahjussi"
"Yak!"
"Udahlah pergi sana Dad. Malu diliatin teman-teman" usir Lisa tanpa dosa.
"Malu? Kamu malu mempunyai Daddy spek pangeran surga ini"
"Geer banget, gantengan juga Gong Yoo Oppa" dengus Lisa balik badan meninggalkan Limario yang berteriak memanggil namanya.
"Dasar anak kurang ajar! Dimana sopan santunnya, aish"
Di lorong sekolah teman-temannya menggerubungi Lisa.
"Lisa, siapa pria yang bersamamu tadi?"
"Apa dia pacarmu"
"Dia Daddy ku" kedua gadis itu menganga mendengar ucapan Lisa.
"Are you kidding me?"
"Gak liat muka kita mirip" ucap Lisa menatap wajah gadis itu.
"Iya juga sih, ada mirip-mirip nya"
"Kita pikir dia sugar Daddy mu" ujarnya disusul gelak tawa.
.
.
.
Acara resepsi Jennie berjalan lancar. Pernikahan mereka tertutup hanya dihadiri keluarga dari kedua belah pihak. Dalam acara bahagia tersebut Jennie warnai dengan air mata. Dia trauma membina biduk rumah tangga. Belasan tahun lamanya ia habiskan memperbaiki diri nyatanya Jennie belum siap menghadangnya kembali.
"Imo" sendu Jennie menatap bibinya memelas. Berharap bibinya Hye Kyo menolongnya kali ini.
"Jangan takut. Kamu pasti bisa bertahan. Imo selalu disampingmu nak" ujar Hye Kyo memeluk Jennie dengan bibirnya tersenyum miring.
Jennie dibawa tuan Kim yang bernama lengkap Kim Taehyung itu ke mansion mewahnya.
"Mulai sekarang rumah ini adalah rumahmu" ucapnya membentangkan tangan membanggakan besar rumahnya.
"Oppa" dua orang wanita berlari kecil memeluk kedua lengan Taehyung.
"Oh sayang-sayangku, maaf lama menunggu" ucap Taehyung mengecup kepala mereka satu-satu.
"Apa dia wanitanya Oppa?"
"Nee, kalian harus akur ya"
"Pasti Oppa" jawab mereka melirik Jennie smirk.
"Hai namaku Jisoo"
"Aku Rosè"
"Nan Jennie" jawab Jennie singkat membalas jabatan tangan mereka.
"Tolong bawa Jennie ke kamarnya Jisoo-ya" Jisoo dengan senang hati mengalungkan tangannya di lengan Jennie. Membawanya ke lantai dua, dimana kamar berada.
"Nah ini kamarmu Jennie. Kami menghabiskan sepanjang hari menghiasnya. Semoga suka" Jisoo memamerkan gigi rapinya. Senyum itu terlihat tulus dimata Jennie.
"Terimakasih Jisoo-ssi"
"Hei, jangan formal begitu. Panggil aku Unnie dan dia Rosè. Ku rasa dia lebih muda darimu"
"Nee Unnie, Rosè. Gomawo" gummy smile Jennie terpampang. Gusi rapi merahnya begitu menggemaskan.
Usai kepergian Jisoo dan Rosè. Jennie mengelilingi isi kamar luas ini. Kamar mandinya besar dilengkapi bathup. Ada tv serta sofa di dalam kamar itu beserta AC.
"Kau sudah mau tidur?" Taehyung masuk ke kamar setelah pergi siang tadi.
"Nee" Jawab Jennie tidur agak bergeser menjauh.
"Gak mau melayaniku dulu malam ini"
"Maaf aku lelah, lain kali saja" Jennie cepat-cepat memejamkan mata. Takut pria itu memaksakan kehendak.
"Hmm baiklah" Taehyung kecewa namun apa boleh buat. Dia juga lelah main berjam-jam bersama jalangnya.
Jisoo dan Rosè adalah istri Taehyung. Awalnya Jennie berpikir kalau mereka adalah adiknya ternyata salah begitu melihat foto pernikahan di dinding mansion. Jadi bisa disimpulkan dia istri ketiganya. Jisoo istri pertama dan Rosè kedua.
"Mengapa dia masih menginginkanku sementara dia telah mempunyai dua istri cantik"
"Karena tuan ingin punya anak nyonya" suara lain menyahut pertanyaannya. Jennie menoleh ke belakang. Dia seorang wanita tua yang bekerja sebagai maid.
"Apa dia belum punya anak sampai sekarang" maid itu menggeleng. Melirik sekeliling lalu mengikis jarak dari Jennie.
"Nyonya Jisoo dan Rosè tidak mau punya anak. Mereka takut tubuhnya gendut dan tidak cantik lagi"
"Heol masih adakah orang seperti itu" kata Jennie tidak percaya. Memiliki anak dalam pernikahan adalah sebuah anugrah keharmonisan keluarga. Jennie tidak mengerti jalan pikir orang yang menganggap mempunyai anak adalah sebuah beban.
"Itu benar adanya nyonya dan tuan tidak mau memaksa karena dia sangat mencintai mereka. Nyonya pasti sudah diberi tahu alasannya menikahi nyonya" Jennie mengangguk dia masih ingat hal itu.
"Tapi kenapa harus aku diantara banyaknya wanita yang lebih dariku. Itu yang belum ku mengerti. Jika memang soal hutang, aku bisa membayarnya dengan cara lain" cerocos Jennie masih belum terima.
Maid itu tersenyum menanggapi ucapan Jennie kemudian balik ke dapur.
Jennie membuang napas kasar.
"Kau harus cepat pergi dari rumah ini Jennie. Kau pasti bisa bertahan, setelah aku melahirkan anak,-" kalimatnya tergantung. Air muka Jennie berubah sendu.
"Itu sama saja aku menjual anakku sendiri. Bagaimana jika dia memisahkan kita. cukup sekali saja. Aku tidak bisa jauh dari anakku" lirih Jennie meneteskan air mata. Di pernikahan dulu dia juga terpaksa dipisahkan oleh keadaan dan Jennie tidak mau kejadian itu terulang lagi.
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Mom ✓
FanfictionKesalahpahaman membentang derita. Kim Jennie terpaksa meninggalkan suaminya tepat setelah ia melahirkan sang anak. Ada alasan dan kisah kelam dibalik kepergian Jennie yang dia tutupi. Bagaimana kehidupan Lisa tanpa sosok ibu disampingnya sementara L...