21. Kau Adalah Ibuku

2.1K 200 6
                                    

Keesokan harinya seperti biasa, Lisa makan siang di restoran tempat Jennie bekerja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keesokan harinya seperti biasa, Lisa makan siang di restoran tempat Jennie bekerja. Ia terus memperhatikan gerak-gerik Jennie. Pandangannya berubah teduh saat matanya bertemu perut sang ibu. Lisa tau itu pasti sangat berat dan melelahkan.

Namun Jennie masih kuat bergerak kesana-kemari mengantar pesanan orang tanpa mengeluh sedikitpun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Namun Jennie masih kuat bergerak kesana-kemari mengantar pesanan orang tanpa mengeluh sedikitpun. Lisa jadi teringat, apakah sewaktu mengandungnya dulu Jennie bekerja sekeras ini juga.

Prang

Gelas yang dibawa Jennie terjatuh dan pecah di lantai. Seseorang menyandung kakinya membuat Jennie tersungkur.

"UPS sorry miskin" ucap si pelaku menarik kakinya.

"Yaa kau membuat baju mahal ku kotor" protes orang di belakang meja si pelaku. Jennie berusaha bangun meskipun perutnya terasa sangat sakit.

"Jeosonghamnida" Jennie mengambil beberapa tisu guna membersihkan noda kopi di pakaian si gadis.

"Enyahlah, kau membuat bajuku semakin kotor" sentaknya.

Seketika suasana restoran menjadi gaduh. Jennie menatap orang yang menyandung kakinya tadi.

"Kenapa kau melakukan itu?"

"Melakukan apa?"

"Kau menyandung kakiku, apa salahku"

"Entahlah tapi dari dulu aku jijik sama kamu" ucap wanita itu. Dia adalah teman Jennie waktu SMP.

"Yaa! Kenapa kalian malah ribut. Dan kau ganti kerugianku"

"Cogiyo dia itu miskin. Buat makan aja susah apalagi mengganti baju mahal dia gak bakal sanggup, suruh saja di berlutut mencium kakimu" saran wanita bernama Soyeon.

"Aish. Kau tidak tau berapa harga baju ini. Kalau begitu cepatlah cium kakiku" Jennie menunduk dan enggan bersujud di kaki gadis itu. Lisa memperhatikan itu dari jauh. Dia tidak mendengar baik apa yang mereka bicarakan.

Hingga tiba saatnya Jennie di dorong sampai berlutut dan dipaksa mencium kaki si gadis.

"Cepat sialan" Soyeon menekan kepala Jennie dengan kakinya membuat Lisa langsung berdiri dari duduknya.

"Hentikan" interupsinya membelah kerumunan. Lisa mengeluarkan segepok uang dari saku blazernya dan meletakkannya diatas meja.

"Masih kurang?" Si pemilik baju bergegas menghitung nominal uang tersebut.

"Ini baru sebagian harganya"

Lisa menelepon seseorang. Tak berselang lama, seorang pria berjas hitam datang membawa koper.

Koper itu berisi sejumlah uang membuat mata semua orang disana berbinar-binar.

"Sudah cukup?" Gadis itu dengan semangat mengangguk dan mendekap koper berisi uang tersebut.

"Hey bagi dong, kan aku yang membuatmu dapatin uang itu" sela Soyeon meminta bagiannya. Tau begitu dia rela bajunya kotor tadi.

"Yang bajunya kotor kan aku bukan kamu"

Sementara Jennie masih terduduk di lantai menundukkan kepalanya. Lisa membantunya berdiri.

"Uang itu tidak bisa membeli harga diri ibuku" peringat Lisa tegas membawa Jennie ke belakang dapur.

"Ada yang sakit Mom?" Jennie menggelengkan kepala. Lisa berlutut dibawah kaki Jennie yang duduk diatas kursi panjang.

"Beneran? Tadi aku lihat perut Mommy ke tekan" kata Lisa memperhatikan jelas peristiwa tadi. Gadis itu melirik kaki sang ibu, takut keluar darah.

"Mau ke rumah sakit Mom?"

"Anniyo tidak perlu"

"Aku cuma takut adikku kenapa-napa" papar Lisa tak ayal mengelus lembut perut ibunya. Walau baru beberapa hari bertemu Lisa merasa sangat nyaman bila di dekat Jennie. Dari perasaan itu Lisa yakin wanita ini adalah ibunya.

"Adik?" Ulang Jennie ambigu.

"Hmm, dia adikku walau bukan dari Daddy tapi kita satu rahim. Apa aku salah?" Lisa mendongak meminta jawaban.

"Tapi aku bukan ibumu" ujar Jennie masih berusaha berdalih.

"Nama Mommy ku Kim Jennie, dia punya mata seperti kucing, pipi mandu dan ini" Lisa menunjuk perut Jennie. "Daddy dan Diana Ahjumma yang memberi tahuku"

"Dan saat pertama kali kita bertemu. Aku udah merasakan perasaan itu. Saat menyentuh tangan halusmu hatiku menghangat, Mommy tau itu kenapa? Karena kau adalah ibuku. Ikatan batin anak dan ibu tidak pernah berbohong Mommy" ungkap Lisa membuat Jennie meneteskan air matanya.

"Dulu aku sempat membencimu. Bertahun-tahun aku berada ditempat gelap itu sendirian. Bertanya pada diri kenapa Mommy meninggalkanku waktu itu. Aku takut, aku gelisah. Saat aku menangis orang-orang memunggungiku" dan laju air mata Jennie semakin mengalir deras. Wanita itu memalingkan muka lantaran tak ingin terlihat oleh Lisa.

"Aku ditelantarkan. Daddy menyuruhku melupakanmu setiap kali aku bertanya tentang dirimu. Namun sekarang aku mengerti, sedalam apapun kau melukaiku aku tidak akan pernah membencimu. Aku tau kau punya alasan untuk itu dan aku akan menunggu hari itu tiba Mommy"

Suasana sekitar mendadak menjadi haru biru. Para karyawan terharu mendengar kisah hidup mereka yang terpisah puluhan tahun lalu.

"Mianhae" satu kata itu mampu mengundang si air mata turun. Lisa, sosok yang dikenal dingin dan kejam akhirnya menjatuhkan air matanya di depan umum.

Perlahan tangannya melingkar di pinggang Jennie. Membenamkan wajah di perut besar sang ibu.

"Neomu bogoshipoyo" Jennie bingung harus bereaksi seperti apa. Matanya melirik teman-temannya yang mengangguk sambil tersenyum sendu.

Deringan ponsel dari saku celana Lisa menghentikan aksi pelukan tersebut.

"Waeyo?"

"Kau dimana sajangnim. Kita ada rapat sepuluh menit lagi" Lisa spontan melirik jam rolex-nya.

"Aku bakal telat. Katakan pada mereka untuk menunggu sebentar di ruangan dan siapkan seluruh berkas rapatnya" titah Lisa pada sekretarisnya.

"Mereka sudah menunggu sejak tadi sajangnim dan mengancam akan membatalkan kerjasama"

"Batalkan saja. Mereka pikir aku sangat membutuhkannya" balas Lisa enteng membuat orang yang mendengar melongo.

"Masalahnya ini perusahaan besar sajangnim, nama perusahaan kita bisa jelek dimata dunia"

"Sejak kapan kau menjadi bertele-tele Mina. Lakukan saja yang ku suruh!" Lisa menaikkan satu oktaf suaranya.

"Shit! Mereka pikir siapa bisa mengancamku" gumam Lisa. auranya menguar menyeramkan. Namun saat matanya bertubrukan dengan Jennie mata itu berubah teduh.

"Aku harus balik ke kantor Mom. Jaga dirimu eoh" Lisa mengorek tasnya dan memberikan segepok uang ke tangan Jennie.

"Pegang dulu besok aku tambah sisanya dan hati-hati jaga adikku, xixi" kekehnya mengecup perut dan pipi Jennie lalu berdiri.

"Tolong jaga Mommy ku" kata Lisa membungkukkan badan pada jajaran karyawan lalu lari keluar dari restoran.

"Heol itu tadi cukup mengejutkan" ujar Joy membuang napas kasar.

"Diluar garang sama Mommy hello kitty. Dasar bayi piyik" celetuk Yerin disamping Joy.








Bersambung

Dear Mom ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang