02. Membeli Waktu

2.3K 190 6
                                    

"Uang jajanmu udah habis nak, mau Daddy transfer?" Limario bertanya ditengah-tengah makan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Uang jajanmu udah habis nak, mau Daddy transfer?" Limario bertanya ditengah-tengah makan. Limario dan Diana duduk berdampingan sementara Lisa dihadapan mereka.

Lisa tidak menjawab. Fokusnya pada makanan seorang. Melihat reaksi anaknya, Lim menghela napas berat dan berpikir positif kalau Lisa sedang tidak mau diganggu.

Dugh

Lisa merasakan lututnya ditendang seseorang. Ketika mendongak, tatapan intimidasi Diana layangkan kepadanya.

"Uangku masih banyak" jawab Lisa pada akhirnya setelah jeda cukup lama.

Ting

Bunyi notifikasi dari hp Lisa berdenting. Sebuah pesan masuk dari bank. Limario mengirim sejumlah uang kepada Lisa dengan nominal yang gila.

200 juta won.

"Jangan dihabiskan eoh, pandai-pandailah berhemat"

"Hmm"

Usai makan malam dan tanpa istirahat dulu di rumah, Limario langsung mengambil jadwal penerbangan ke Australia. Dirinya pulang hanya untuk mengambil berkas yang ia butuhkan.

"Baik-baik disini eoh kalau ada apa-apa langsung telepon Daddy, arrachi" jawaban Lisa cuma anggukan kepala. Bahkan matanya tak sedikitpun menatap sang ayah.

"Kau juga Yeoubo, jaga dirimu dan putri kita"

"Itu pasti sayang, sampai jumpa. Mmuachh"

Cuph

Cuph

Setelah memastikan Limario masuk pesawat, Diana menatap datar Lisa sembari mengulurkan tangan.

"Berikan uangmu"

Dengan malas Lisa mengirim uang dari Limario tadi ke rekening Diana. Seperti itulah setiap kali Limario memberinya uang. Diana pasti memintanya secara paksa atau Lisa menjadi sasaran empuk pukulannya.

Diana tersenyum licik melihat saldo rekening banknya.

"Bagus anak pintar" ucapnya menepuk-nepuk bahu Lisa kemudian pergi meninggalkannya.

Walau sebanyak apapun uang yang Limario berikan, wanita itu tidak pernah puas dan cukup. Kerjaannya setiap hari cuma shopping, arisan dan mentraktir bestie-nya. Sangat-sangat hedon dan membuang uang.

Soal Lisa bekerja di minimarket Limario tidak tau dan tidak mau tau. Perusahaan sialan itu lebih utama dibanding anak dan istrinya.

Hubungan Lisa dan Limario memang renggang dan jauh. Bukan Lisa yang meminta tapi Limario yang menginginkannya. Limario dulu sangat membenci Lisa akibat ulah mantan istrinya. Ibu kandung Lisa pergi dari kota setelah melahirkannya. Sampai sekarang Lisa tidak tau siapa ibu kandungnya, dimana dia tinggal dan apa alasannya meninggalkannya.

Pernah suatu hari Lisa bertanya, saat itu usianya masih lima tahun. Limario benci kalau Lisa membahas tentang wanita itu.

"Daddy, bagaimana bentuk wajah Mommy dan dimana dia sekarang" Lisa kecil bertanya pada sang ayah sembari memeluk boneka anak ayam.

"Mommy mu pergi setelah melahirkanmu. Tanpa memeluk ataupun menyusuimu sebentar dia pergi meninggalkan rumah sakit dan mengabaikan suara tangisanmu. Jadi jangan pernah bertanya apapun tentangnya lagi. Dia bukan siapa-siapa mu dan dia tidak pantas untuk diingat" acuh Limario tanpa memandang putrinya. Jari-jarinya sibuk menari diatas keyboard.

Kepala Lisa tertunduk, rasa sakit mendadak menyergap seluruh bagian tubuh mungilnya. Ayahnya menjadi cuek dan ibu tirinya kejam. Lisa tidak punya sandaran kala menangis. Tubuh siapa yang akan dia peluk ketika hujan menyambut dinginnya malam. Suara lembut siapa yang akan menenangkannya saat dilanda ketakutan.

Lisa takut sendirian. Lisa benci diabaikan. Mengapa tubuh mungil itu harus menghadapi kejamnya dunia sebelum tiba waktunya.

"Daddy boleh temaniku bermain?" Pinta Lisa amat berharap Limario meluangkan waktunya sebentar saja untuk bermain bersama.

"Daddy sibuk, main saja sama pengasuhmu Lisa. tinggalkan ruangan Daddy sekarang!"

"Aku bosan Dad" jawab Lisa enggan beranjak dari sana sebelum sang ayah memenuhi keinginannya.

"Pergilah ke mall atau taman bermain bersama ibumu, Daddy tidak punya waktu dengan hal-hal tidak berguna itu"

Bahu Lisa turun. bibirnya mencebik. Ada kaca dimata bulatnya namun Limario tidak menyadari.

Lisa lari keluar dari ruangan Limario menuju kamarnya. Bocah perempuan itu menggeledah isi lemari dan laci meja.

Lisa menemukan celengan anak ayam di laci meja kamarnya. Tanpa basa-basi, Lisa membanting celengan itu sampai pecah hingga uang di dalamnya bertaburan.

Satu-persatu uang tersebut ia kumpulkan. Ada sekitar 10 juta won uang dalam celengan. Uang jajan dari Limario sehelai pun tidak pernah Lisa belanjakan melainkan dia simpan dalam celengan.

"Oh ya satu lagi kan ada" kekeh Lisa membuka kotak mainannya. Diantara banyaknya mainan, ada satu celengan beruang disana. Itu juga celeng miliknya.

Blam

Semuanya terkumpul 15 juta won. Cukup banyak untuk anak seusia Lisa. Bergegas Lisa lari menghampiri ruang kerja sang ayah.

Limario yang mendengar pintu dibuka sontak menoleh sekilas.

"Apa lagi?"

Lisa menyerahkan semua uang tabungannya diatas meja kerja Limario

"Apa itu cukup untuk membeli waktu Daddy. Satu jam saja kok"

Degh

Jantung Limario berdegup kencang. Sensasi panas mendadak bermain disekitar mata.

Melihat ayahnya terdiam. Lisa semakin sedih.

"Uangnya kurang ya Dad. Kalau gitu aku tabung lagi biar banyak" Lisa mengambil kembali uangnya dan keluar namun sebelum itu tangannya lebih dulu ditahan Lim.

"Kajja kita main"

Mata Lisa berbinar-binar. Senyuman manisnya mengembang.

"Jinjayo" Lim mengangguk seraya tersenyum kecut.

"Uangnya dibelanjakan saja eoh jangan terus ditabung. Beli apapun yang Lili inginkan. Kalau uangnya habis, Daddy kasih lagi"

"Anniyo, uangnya buat beli waktu Daddy. Kalau aku belanjakan, uangnya habis dan Daddy gak mau main sama aku" tak dapat dideskripsikan lagi bagaimana hancurnya hati Lim. Lisa tidak salah apapun dalam masalah yang menimpanya.

"Daddy akan main tanpa bayaran darimu. Kapanpun kamu mau Daddy akan menemanimu" Lim meninggalkan layar laptopnya yang masih menyala. Menggendong tubuh Lisa dan membawanya main di ruang keluarga.

Tes

Air mata Lisa terjatuh. Lekas ia hapus sebelum dilihat orang. Malu, dia sudah dewasa.

Diana sudah pulang duluan menggunakan mobilnya, tinggal Lisa pulang bersama taksi.









Bersambung


Kira-kira siapa ibu kandung Lisa?


Dear Mom ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang