18. Seperti Apa Orangnya

1.3K 158 7
                                    

Sebelum ke rumah sakit Limario meminta supirnya menjemput Diana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebelum ke rumah sakit Limario meminta supirnya menjemput Diana. Sehingga dia bisa mengantarkan Jennie ke rumah sakit. Sesampainya di lokasi Jennie cuma di infus untuk mengganti cairan tubuh yang hilang.

"Istirahat saja disini sampai sembuh. Jangan pikirkan soal biaya dan gantinya. Aku ikhlas" kata Limario.

Perut Jennie berbunyi karena lapar. Wanita itu menutup perutnya malu.

"Kamu lapar?" Kekeh Lim dibalas anggukan kecil olehnya.

"Sebentar ku belikan makanan di kantin dulu"

Sepulu menit di luar Limario datang membawakan makanan dan obat dari perawat yang tak sengaja bertemu di depan pintu ruangan.

"Habisin makanannya lalu minum obat jangan lupa minum vitaminmu"

Jennie memakan makanannya canggung karena terus diperhatikan Lim.

"Lisa, bagaimana kabarnya?" Tanya Jennie.

"Dia baik-baik saja. Sekarang dia sedang sibuk membuka mall baru di Seoul" Jennie tersenyum tipis dan mengangguk.

"Syukurlah. Jaga dia untukku"

"Dia menanyakanmu tapi aku tidak mau memberitahunya tentangmu"

"Tidak apa. Jangan beritahu dia. Aku takut dia malu mempunyai ibu sepertiku. Dia juga pasti sangat membenciku" Limario menghela napas lelah dan mengangguk melempar senyum.

"Apa dia suamimu dan wanita tadi juga istrinya?"

"Iya, dia mempunyai 4 istri dan aku nomor 3"

"Kenapa kau mau saja menjadi istrinya" ada jeda beberapa saat sebelum Jennie menjawab.

"Aku tidak bisa mengatakannya padamu"

"Wae, kau juga tidak mau memberi tau alasannya sama seperti saat kau meninggalkanku"

"Lim, tidak semuanya bisa ku katakan. Terlebih kau bukan siapa-siapa ku lagi. sedikit saja aku gegabah, nyawa keluargaku menjadi taruhannya.

"Dan kau masih menjadi mesin atm mereka? Apa restoran kemarin tempatmu bekerja?" Tebak Lim.

"I-iya. Aku bekerja bukan cuma karena mereka tapi juga menghidupi bayiku. Dia tidak pernah mengeluarkan sepersen pun uang untukku dan karena itulah aku harus bekerja. M-maaf merepotkan dan membuatmu terlibat dalam masalahku" Jennie menundukkan kepala. Enggan menatap Limario.

"Kau seharusnya tidak memilih jalan itu. Jika kau bersamaku kau tidak akan semenderita ini Jennie-ya"

"Sama saja Lim. Orangtuamu tidak menyukaiku" napas Lim tercekat di tenggorokan. Cinta mereka tidak direstui orangtua.

"Ada banyak hal yang tidak kau ketahui. Sebanyak waktumu diluar sebanyak itu juga air mataku terbuang. Dulu kau juga tidak mempercayai ucapanku dan selalu membela ibumu. Aku adalah kesalahan dimatamu. ku pikir kau juga mencintaiku ternyata aku keliru. Hanya aku yang mencintai sendiri"

"Sekarang pulanglah, jangan membuat istrimu menunggu lama karena aku tau bagaimana rasanya" dada Limario sesak di dalam sana.

"Setelah ini ku harap kita tidak pernah bertemu lagi dan jika bertemu bersikaplah seperti tak saling kenal"

"Aku akan mencobanya"

.

.

.

Lisa saat ini disibukkan dengan pembangunan mall barunya di Seoul. Baru saja tahun kemarin membuka cabang kafe baru di Busan sekarang gadis itu membuka sebuah mall. Uang Lisa seolah tidak ada habisnya.

"Oh Lisa, kau pulang nak" tanya Lim kaget mendapati putri sulungnya menonton di ruang keluarga.

"Hmm, Daddy darimana?"

"Perusahaan" Lisa manggut-manggut.

"Kau akan menginap malam ini?" Limario bergabung bersama Lisa. Tanpa dosanya mencomot susu kotak coklat anaknya.

"Aaa Daddy jangan dihabiskan" rengek Lisa.

"Eh maaf. Udah terlanjur habis nih" ujar Limario santai.

"Kamu gak nyari tentang Mommy mu lagi kan nak?"

"Kenapa Daddy nanya begitu?"

"Hanya ingin"

"Nggak, buat apa nyariin dia sementara dia gak nyariin aku"

"Dia selalu menanyakanmu Lisa" batin Limario.

"Halah, Daddy mu itu bohong. barusan dia ketemu sama wanita itu dan berduaan di rumah sakit" suara Diana menginterupsi. Memulai percikan api antara ayah dan anak.

"Beneran dad?" Lim cuma diam.

"Bagaimana rupa ibuku Diana-ssi?" Kini Lisa bertanya pada Diana karena tidak mendapat jawaban dari ayahnya.

"Dia cantik walaupun aku tidak suka memuji dan sangat miskin. Oh iya satu lagi, Mommy mu itu sedang hamil" mata Lisa berkaca-kaca. Dia tidak bisa menyembunyikan perasaannya.

"Lalu apa lagi, bagaimana bentuk matanya, hidungnya dan bibirnya. katakan padaku"

"Sudahlah Lisa lupakan saja. Dia tidak mau kau mencarinya" Limario menyela sebelum Diana menceritakan lebih jauh.

"Waeyo? Apa dia sebenci itu padaku"

"Dia malu karena menjadi ibu yang buruk untukmu dan dia takut kau membencinya Lisa. Daddy tau kau sangat ingin bertemu tetapi kondisinya jauh dari kata bahagia, ibumu,-"

"Kenapa dengannya Dad"

"Lupakan saja" ucap Lim pergi ke kamarnya.







Bersambung

Besok mereka bakal ketemu


Dear Mom ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang