Hari ini Lisa datang ke restoran setelah seminggu menghilang. Gadis itu membawa banyak paper bag sebagai buah tangannya dari Australia yang dibagi-bagikan kepada pegawai restoran.
"Mommy~" Lisa memanggil mencari Jennie padahal ia lihat sendiri ibunya itu sedang bekerja.
Jennie hanya melirik sekilas. Bocah itu sekarang suka merengek dan minta dimanja.
"Mommy aku lapar" rengekan manjanya membuat telinga Jennie berdengung.
Jennie pergi ke dapur dan kembali membawakan makanan untuk Lisa.
"Makanlah dan berhenti merengek" peringat Jennie ia balas cengiran.
"Suapin" Lisa memasang aegyo. Mata bulatnya berbinar-binar.
"Aku bekerja Lisa"
"Mommy kapan sih ngakuin aku sebagai anak" nadanya berubah sendu. Lisa ingin Jennie memanggilnya nak bukan nama yang terasa jauh.
"Ouch" ringisan Jennie membuat Lisa mendongak.
"Waeyo Mommy" paniknya memegang lengan Jennie.
"Anniya gwenchana"
"Gapapa gimana tadi aku denger Mommy meringis gitu"
"Cuma kram biasa kok"
"Mommy mau lahiran!" pekik Lisa membuat Jennie terkejut. Terlebih tatapan setiap mata mengarah ke meja mereka.
"Anni. baru kontraksi palsu"
"Kan sama saja" kukuh Lisa akan jawabannya.
"Di jelasin pun kamu gak bakal ngerti"
"Ke rumah sakit yok Mom. Takutnya brojol disini" Lisa berdiri dan menarik tangan ibunya.
"Masih 8 bulan Lili belum waktunya"
"Y-ya kadang ada yang cepat, kita kan gak tau" ucap Lisa terus menjawab. Mukanya tersipu malu lantaran dipanggil Lili oleh sang ibu. Lisa beranggapan Lili adalah nama kesayangan dari Jennie untuknya karena ini baru pertama kali Lisa mendengar itu dari siapapun.
"Duduk dulu. Mommy tuh ngeyel udah ku bilang di rumah saja masih mau kerja" omel Lisa membawa Jennie duduk ke sebelahnya dan memberikan air minum.
Dan tanpa izin, gadis cantik itu melepas apron Jennie kemudian memakainya.
"Kamu mau ngapain?" Heran Jennie.
"Bantuin Mommy" senyumnya hingga mata bulatnya menyipit.
"Lisa andwae"
Lisa menahan tubuh Jennie yang hendak berdiri "Eits, duduk saja jagain adikku"
"Tapi kan"
"No protes-protes kalau Mommy gak mau restoran ini aku ratain sama tanah" ancam Lisa membuat rahang ibu dua anak itu terjatuh.
Cuph
Kecupan manis mendarat di pipi mandu Jennie. Si pelaku langsung kabur setelah berhasil meninggalkan bekas bibirnya disana.
"Selamat menikmati, selamat menikmati" ramah Lisa menebar senyum. Percayalah orang yang mendapat senyumnya adalah orang paling beruntung sebab Lisa aslinya dingin.
"Loh kok kamu yang nganterin, Jennie mana"
"Mommy ku suruh istirahat Aunty" ucap Lisa menjawab pertanyaan Joy.
"Ini buat meja mana Aunty" Joy yang masih bingung menunjuk ragu meja di dekat jendela.
Jika berbicara malu dengan reputasinya, Lisa tidak malu sama sekali. Apa yang dimalukan menjadi pegawai restoran. Lagipula orang-orang tidak tau siapa dirinya.
"Pelayan" meja paling belakang berisi sekumpulan gadis cantik sebayanya.
"Ya, mau pesan apa?" Lisa menghampiri si pembeli bersama senyuman ramahnya.
"Loh Lisa, Lo kok kerja disini bukannya Lo CEO ya"
"Hanya ingin" jawab Lisa seadanya.
Si gadis berambut cokelat sebahu memandangi Lisa dari kaki hingga kepala. Tatapan remeh menusuk matanya.
"Haha, lihat guys. Orang terkaya no 1 di Korea jadi pelayan restoran" sampai saat ini Lisa masih tenang menghadapinya. Entah sejauh mana mereka bisa menguji kesabarannya. Kalau seorang Yoon Lisa sudah marah tidak ada satupun yang bisa selamat.
"Kalian mau makan atau menghinaku?" Suara Lisa berubah datar.
"Santai bro kita bakal bayar lebih buat nambah uang jajan Lo"
Lisa menahan gejolak emosi yang membuncah di dadanya. Jika tidak menjunjung profesionalisme, gadis-gadis ini sudah dia tendang ke luar. Setelah beberapa menit menunggu mereka memilih menu, Lisa ke belakang menyampaikan pesanan.
"Silahkan dinikmati" ujarnya berusaha sopan. Namun yang namanya setan gak bakal diam kalau belum mencaci korbannya.
Cekrek
Gadis itu mengambil fotonya dimana hal itu merupakan privasi yang selama ini Lisa jaga.
"Kita bakal sebarin di sosmed kalau CEO kebanggan Korea jatuh miskin"
"Kau pikir ini lucu" tangan Lisa terkepal hingga urat-urat ditangannya terlihat jelas.
"Waeyo? Kau membencinya. Dunia perlu tau bagaimana bentuk wajahmu"
"Berikan ponselmu"
"Aku tidak mau" ucapnya dengan wajah menyebalkan.
Brak
Lisa menendang meja hingga membuat perhatian pengunjung mengarah padanya.
"Jangan main-main denganku"
Sebelum amarah Lisa meledak, Jennie buru-buru menghampirinya.
"Ada apa Lisa?" Pertanyaan Jennie tidak ia jawab. Pandangan Lisa terkunci pada gadis tadi.
"Hey katakan pada temanmu ini agar menjaga sikap. Aku disini pembeli. kalian bisa ku tuntut" ucapnya berlagak sombong.
"M-maaf nona, dia bukan pegawai sini dia cuma mau membantu saya" lerai Jennie agar Lisa tidak terlibat masalah. Dia menyembunyikan Lisa di belakang punggung mungilnya. Sebagai seorang ibu, Jennie tentu tidak ingin anaknya terluka.
"Aku mau dia minta maaf padaku" Jennie bingung harus berbuat apa. Diliriknya Lisa tampak menahan amarah.
"Kau tidak mau?" Si gadis menaikkan sebelah alisnya membuat Lisa tersulut emosi. Sebelum itu terjadi, Jennie segera menahan tangan putrinya.
"Jangan buat keributan eoh, kajja" Jennie menarik tangan Lisa menjauh.
"Dia memfoto ku Mom"
"Mom?"
"Heol Daebak. Wanita ini ternyata ibumu" mereka semakin semangat mengejek Lisa.
"Lisa cuma membantuku. Dia masih seorang CEO jadi jangan merendahkannya dan tolong hapus fotonya. Anak saya tidak suka di foto" ucap Jennie mewakili Lisa.
"Bukan gak suka tapi malu harga dirinya turun" ledek mereka disusul gelak tawa.
Lisa menarik tubuh Jennie pelan lalu mendekatkan wajahnya ke si cewek.
"Sebarkan saja fotoku aku tidak takut tapi aku tau dimana rumah sakit ibumu di rawat" bisik Lisa horor membuat nyali gadis itu menciut.
"Jadilah anak baik" pungkasnya menepuk-nepuk bahu lawannya yang terdiam.
"Kajja Mom"
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Mom ✓
FanfictionKesalahpahaman membentang derita. Kim Jennie terpaksa meninggalkan suaminya tepat setelah ia melahirkan sang anak. Ada alasan dan kisah kelam dibalik kepergian Jennie yang dia tutupi. Bagaimana kehidupan Lisa tanpa sosok ibu disampingnya sementara L...