Sementara itu di mansion Taehyung...
"Berani melawan sekarang mentang-mentang anak kamu kaya hah?" Jennie menggeleng.
"Hutangnya kan sudah ku bayar lunas jadi apa salahnya aku pergi bukankah perjanjiannya begitu. Jika tidak sanggup bayar maka menikah denganmu"
"Kamu pikir aku bodoh. Uangmu sudah ku bakar. Aku gak bakal biarin kamu pergi dari rumah ini"
"Hari ini juga bakal aku habisin anakmu itu"
"Jangan Tae. Jangan sakitin dia"
"Dia berani ikut campur dalam urusanku dan dia harus mendapatkan hukumannya. sekarang kau yang ku habisi dulu"
"Aku kan sudah membayar hutangnya jadi biarkan aku pergi" lirih Jennie memohon memeluk kaki Taehyung.
"Aku tidak akan membiarkanmu membawa pergi bayi itu. Dia milikku!"
"Bayi ini anakku. Aku tidak akan menyerahkannya pada pria gila sepertimu"
Plak
Tamparan keras mendarat mulus dipipi Jennie.
"Katakan sekali lagi" Taehyung mencengkram kuat rahang bawah Jennie.
Jennie menggigit tangan Taehyung dan beringsut menjauh. "Akkhh" Taehyung menjerit kesakitan lalu melirik Jennie yang mencoba kabur.
"Kemari kau jalang" Taehyung menyeret tubuh Jennie lalu memukul wajahnya.
Bugh
Bugh
Bugh
Seolah tidak membiarkan Jennie bernapas barang sejenak. Taehyung membenturkan kepalanya ke meja.
"Kau sangat ingin menjaga anak ini kan. Baiklah, jika aku tidak dapat memilikinya maka kamu juga"
Bugh
Bugh
Bugh
Bugh
"Argghh" Jennie menjerit kesakitan. Taehyung menendang perut besar Jennie serta memukulnya menggunakan tongkat bisbol. Darah merembes keluar amat banyak dari sela-sela kakinya dan menggenangi lantai.
"Tae cukup! Sebelum ku panggil polisi" ancam Jisoo.
"Jangan ada yang ikut campur" peringat Taehyung. Mata pria itu menggelap seolah dikuasai iblis.
Taehyung mencengkram rahang Jennie dan memukulinya tanpa ampun. Darah pun keluar sangat banyak dari mulutnya.
Brak
Pintu depan di dobrak keras menampilkan presensi Lisa. Matanya menjelajahi seisi ruangan kemudian turun ke bawah.
"MOMMY!!!" jerit Lisa menemukan sang ibu bersimbah darah. Dia terlambat. Taehyung selangkah di depannya. Rencana bodoh yang ia susun sia-sia.
"Kamu siapa?" Jisoo bertanya.
"Siapa yang melakukan ini pada Mommy ku" bukannya menjawab, Lisa balik bertanya. manik matanya menggelap. Bibirnya menggertak menahan amarah.
"Aku, waeyo? Kau tidak terima si jalang ini ku bunuh" jawab Taehyung santai berpangku tangan.
Lisa mendekatinya dan melayangkan kepalan tinjunya ke wajah songong Taehyung bertubi-tubi. Amarah membuat tubuhnya serasa dilahap api. Dadanya naik turun seirama dengan napasnya yang memburu.
Akibat luapan emosinya bak gunung berapi yang hendak memuntahkan lahar membuat Taehyung terluka parah. Lisa tidak bisa menghabisinya sekarang, ia harus membawa Jennie ke rumah sakit.
"Mommy, Mommy bertahanlah eoh" ucap Lisa menggendong tubuh lemah Jennie keluar dari rumah neraka ini.
Sesampainya di rumah sakit, Jennie terpaksa harus di operasi untuk mengeluarkan bayinya.
3 jam menunggu dibangku tunggu, akhirnya lampu ruang operasi tersebut mati. Dokter yang menangani Jennie keluar bersama dua perawat.
"Bagaimana keadaan Mommy saya dok?"
"Maaf nona bayinya meninggal dalam kandungan" tubuh Lisa terhuyung ke belakang. Lututnya melemas. sekeliling nampak berputar di pandangannya.
Air matanya tak terbendung lagi. Bayi yang selama ini dijaga ibunya sepenuh hati telah pergi. Lisa tidak tau bagaimana mengatakannya pada Jennie saat bangun nanti.
"Lalu Mommy ku?"
"Dia koma, berdoalah agar dia bisa melewati masa kritisnya"
"Apa aku boleh menjenguknya"
"Untuk saat ini belum, kondisinya sangat buruk dan kami tidak mau mengambil resiko" ucap dokter melarangnya masuk.
Setelah mendapat telepon dari Lisa, Limario dan Diana bergegas ke rumah sakit.
"Apa yang terjadi Lisa?" Tanya Limario panik. Cukup lama Lisa diam hingga akhirnya menjawab,
"Mommy, dia akan baik-baik saja kan Dad?" Air mata jatuh bergulir membasahi pipinya membuat Limario terhenyak. Limario memutus kontak. Kini pelariannya pada bayi mungil di tangan Lisa.
"Bayi itu,- "
"Adikku" jawabnya mendekap erat jasad sang adik pilu. Limario tersadar kalau bayi itu telah meninggal. Pria itu membuang muka diiringi jatuhnya setetes air mata. Limario tidak sanggup melihatnya dan sekarang pandangannya bertemu dengan tubuh lemah Jennie di ruang UGD.
"Jennie-ya. Kau harus bangun" lirihnya dalam hati mengusap kaca pintu UGD.
"Pulanglah dulu, biar Daddy yang menjaga Jennie" Lisa tetap diam seperti orang kehilangan akal. Kemeja putih berbalut blazer itu berlumuran darah Jennie.
"Dan untuk bayinya kita harus melakukan proses pemakaman secepatnya" kesadaran Lisa ditarik ke alam nyata. Gadis itu menoleh ke samping.
"Anniyo. Mommy belum melihatnya. Kita harus menunggu Mommy bangun"
"Kita tidak tau kapan Jennie akan bangun. Jika terlalu lama dibiarkan kasihan jasadnya Lisa" Lisa menunduk menatap adiknya.
"Hiks adikku hiks aku tidak mau berpisah dengannya" tangisan Lisa mengoyak lebar luka hatinya. Melihat Lisa menangis adalah sebuah momen yang tidak pernah Limario saksikan. Kali ini Lisa berada di titik terendahnya. Lukanya menguap ke permukaan.
"Kasihan adikmu nak" Lisa menggeleng dan menyembunyikan wajahnya diantara leher pendek sang adik. Tidak salah Lisa memanggilnya adik karena bayi itu lahir dari rahim Jennie. Hanya saja Limario iri karena dua anak lainnya tidak dianggap adik oleh Lisa.
Seminggu berlalu, Lisa masih kukuh tak mau membiarkan jasad adiknya dikuburkan sebelum Jennie bangun.
"Lisa dengerin ucapan Daddy. Tubuh adikmu sudah bau" tegur Limario. Lisa spontan melirik sang adik di gendongannya.
"Aku mau menemui Mommy dulu" ucapnya melenggang masuk ke ruang UGD. Begitu kakinya masuk, suara monitor jantung Jennie memenuhi udara. Jennie masih terbaring lemah di ranjang penyakitan itu bersama alat-alat medis.
"Mommy aku bawa adek ke sini" Lisa membuka obrolan. Napasnya tercekat di tenggorokan. Dadanya sesak seolah ditimpa benda berat.
"Aku minta izin buat nganterin adek ke tempat peristirahatan terakhirnya ya Mom. Maaf aku gak bisa nunggu Mommy" air mata Lisa bercucuran membasahi seprai rumah sakit. Genggaman tangan Jennie terasa dingin di kulit.
"Mommy harus balik ya. Mommy harus bangun" usai berpamitan, Lisa setuju untuk menguburkan jenazah sang adik ditemani Limario.
Bersambung
Gimana part malam ini, apa menguras air mata? Maaf lupa ngingetin kemarin😂
Sedia tisu sebelum nangis ya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Mom ✓
FanfikceKesalahpahaman membentang derita. Kim Jennie terpaksa meninggalkan suaminya tepat setelah ia melahirkan sang anak. Ada alasan dan kisah kelam dibalik kepergian Jennie yang dia tutupi. Bagaimana kehidupan Lisa tanpa sosok ibu disampingnya sementara L...