34. Terjebak Dimansion Yoon

1.9K 238 6
                                    

Tamu undangan telah pulang. Pesta selesai 1 jam lalu dan kini waktunya untuk Jenlisa pulang. Namun berita dari televisi mengurungkan niat mereka.

"Badai salju diperkirakan mulai melanda kota Seoul dan sekitarnya. Diharapkan bagi seluruh warga agar tidak keluar dari rumah untuk sementara" 

"Kalian menginap disini sementara ya" ucap Limario. Jennie dan Lisa saling bertatapan. Lisa tidak apa tinggal disini karena mereka masih ada hubungan sementara dia? Jennie bukan siapa-siapa.

"Lisa saja. Aku akan pulang"

"Diluar sedang badai salju Jen, bahaya. Kamu juga belum sembuh" perhatian Limario membuat Diana dibakar api cemburu.

"Mommy disini saja sama aku"

"Tapi kan nak"

"Gak bakal ada yang berani ngusir Mommy" jawab Lisa paham dengan kekhawatiran ibunya.

Yang membuat Jennie canggung adalah karena mantan mertuanya juga tinggal disini. Jennie tau betapa bencinya mereka dengannya.

Usai makan malam, keluarga Yoon berkumpul mengobrol ringan di ruang tengah menyisakan Jennie dan Lisa di kamar.

"Mommy mau uyyu" pinta Lisa di kasur. wanita itu tersenyum sekilas dan merebahkan tubuhnya disebelah Lisa.

"Ngga dingin nak pake baju lengan pendek?" Tanya Jennie disela-sela menyusui Lisa. Gadis itu mengangguk kecil. Jennie menarik selimut hingga sebatas bahu Lisa.

"Tidurlah anak cantik Mommy"

Cuph

"Cini" Lisa menunjuk pelipisnya untuk dicium. Jennie terkekeh namun tak ayal menuruti kemauan sang anak.

"Kalian mau tidur" Limario berdiri diambang pintu.

"Emm ya" jawab Jennie agak ragu. Mata Lim berpindah pada Lisa yang sedang menyusu membelakanginya.

"Lisa udah tidur" Jennie melirik Lisa dan menggeleng.

"Kalau kalian belum tidur turun aja ke bawah. Kami memesan banyak makanan"

Keesokan harinya, Jennie bangun lebih awal dan turun membantu maid menyiapkan makanan. Kebiasaan memang selalu terbawa kemanapun kita berada.

"Bibi masak apa pagi ini?" Tanya Jennie ramah.

"Nasi goreng kimchi dan gamjatang nyonya"

"Ku bantu ya Bi biar cepat selesai"

"Nee nyonya"

"Jennie saja" maid itu mengangguk walau masih kaget mendapati Jennie sepagi ini di dapur.

Pagi ini Jennie hanya memakai dress putih selutut. Wanita itu sudah mandi dan rapi sebelum menyiapkan sarapan. Begitulah rutinitas sehari-hari Jennie.

Saat makanan telah selesai dihidangkan anggota keluarga datang dan duduk di meja makan untuk sarapan.

"Eoh Jen kamu ngapain sepagi ini di dapur" tanya Limario.

"Bikin sarapan sama bibi" jawab Jennie.

"Lisa belum bangun?"

"Belum"

"Mau kemana?" Langkah Jennie tertahan oleh pertanyaan Limario.

"Membangunkan Lisa"

"Biar aku saja" ucapnya. Jennie pasti kesulitan naik turun tangga. belum lagi jalannya masih lambat akibat luka operasinya.

15 menit kemudian Lisa bergabung di meja makan melakukan sarapan. Karena tidak bisa beraktivitas diluar. Lisa dan Lim mengerjakan tugas mereka di rumah. Saat ini ayah dan anak itu membahas soal perusahaan di ruangan kerja sementara Jennie menjadi budak nyonya Yoon.

"Hey kamu bukan nyonya disini jadi bantu dia memindahkan barang-barang ku ke dalam"

"Kenapa harus aku, maid di rumah ini kan banyak" bantah Jennie.

"Kerjakan saja tanpa mengomel. Kau harus sadar diri dimana berada" tidak mau berdebat. Jennie melaksanakan perintah nyonya besar itu.

Barang-barang itu berat. Sebuah kotak yang entah apa isinya harus Jennie pindahkan ke kamar. Awalnya dia pikir ini cuma kotak biasa ternyata berat. Perutnya mulai nyeri.

Di kotak kedua Jennie menjatuhkan kotak itu bersamaan dengan dirinya. Jennie memegang perutnya yang terasa basah. Darahnya merembes cukup banyak. Baju putih Jennie seketika berubah merah akibat darah.

"Yaa baru satu aja kamu udah tumbang pake drama darah segala" ledek nyonya Yoon mencengkram rahang bawah Jennie.

"Mommy! Jennie!" Limario dan Lisa saling memekik bersahutan.

"Apa yang Eomma lakukan" cemas Lim melihat kondisi Jennie.

"Aku cuma menyuruhnya memindahkan barang-barang ku ke kamar" jawabnya santai.

"Jennie habis operasi caesar Eomma dia gak boleh ngangkat berat"

"Aku gak peduli" celetuk nyonya Yoon melenggang pergi.

"Mommy"

"L-lisa s-sakit" lirih Jennie hingga kehilangan kesadaran di pelukan Lisa.

"Daddy telpon dokter Jung" Limario segera menghubungi dokter pribadi keluarga namun tidak dapat terhubung akibat badai salju.

"Gak bisa nak. Jaringan hilang"

"Lalu bagaimana dengan Mommy, lakukan sesuatu Dad. Darahnya tidak berhenti" panik Lisa hampir nangis. Tangannya menekan perut Jennie menggunakan handuk kecil guna menghentikan lajunya.

Untuk saat ini Jennie mereka bawa ke kamar tamu bawah. Soal lukanya, Limario mencoba untuk menanganinya. Dia pernah sekolah kedokteran dan membaca buku-buku tentang bedah. Obat-obatan di mansion Limario juga terbilang sangat lengkap.

Setelah 2 jam lamanya berperang melawan kegugupan. Lim berhasil menjahit luka Jennie yang terbuka. Pria itu meringis melihatnya, akibat kecerobohan dokter luka Jennie infeksi dan membutuhkan waktu lama untuk sembuh.

"Hiks Mommy bangun hiks"

"Sabar hum Mommy mu akan bangun sebentar lagi" ucap Limario mengusap kepala putrinya.

Beberapa menit kemudian mata Jennie mengerjap. Bibir ceri ranumnya pucat dan pecah-pecah.

"Lili"

"Hiks Mommy"

"Apa perutmu masih sangat nyeri?" Lim menyela dibalas anggukan lemah olehnya.

"Untuk sekarang jangan beranjak dari kasur. Kamu harus istirahat total"

Brak

Nyonya Yoon membuka kasar pintu kamar Jennie.

"Sedang apa kalian berdua di kamar ini dan kau Lim, jangan dekati jalang ini lagi" nyonya Yoon mendekat membuat Jennie memeluk erat tubuh Lisa.

"Eomma kau yang membuat Jennie seperti ini. Tindakanmu barusan hampir membuatnya kehabisan darah" marah Lim.

"Baguslah dia mati" Jennie menangis dan memeluk lebih erat kepala Lisa.

Lim segera menarik tangan ibunya keluar sebelum hal yang tidak dia inginkan terjadi.

"Lili" panggil Jennie membuat Lisa mendongak.

"Jangan pernah tinggalin Mommy. Mommy cuma punya kamu satu-satunya di dunia ini" ucapan Jennie membuat air mata Lisa mengalir.

"Dan Mommy adalah duniaku"






Bersambung



Maaf kalau gak update beberapa hari ini gaes. Tugas menyita seluruh waktuku xixi.

Dear Mom ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang