20. Seseorang Yang Sangat Berarti

1.6K 175 4
                                    

4 bulan kemudian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

4 bulan kemudian...

Kekerasan selalu Jennie dapatkan dari Taehyung namun hebatnya wanita itu masih bisa bertahan. Bekerja membawa perut besarnya kemana-mana demi menghidupi si buah hati dan menyelesaikan perjanjian gila ini.

Selama ini juga Jennie sering melihat Lisa berkunjung ke restorannya. Entah sekedar minum kopi ataupun makan. Selesai makan pun Lisa tetap duduk disana memperhatikan ibunya bekerja.

Kring

Bunyi bel diatas pintu restoran berbunyi kala dibuka. Sepasang suami istri setengah baya dengan pakaian sederhana terlihat kebingungan mencari seseorang.

"Ah itu dia Yeoubo" ucap suaminya menunjuk Jennie yang sedang melayani pelanggan. Suami istri itu tak lain adalah Song Joong-Ki dan Song Hye Kyo. Paman dan bibi Jennie.

Hye Kyo menarik tangan Jennie ke sudut ruangan. Hampir dekat dari meja Lisa duduk.

"Mana uangmu?"

"Bibi, aku sedang bekerja nanti saja kita bicarakan ini"

"Kau keterlaluan Jennie. Sudah 2 bulan ini kamu gak pernah transfer lagi ke kita. Kamu pikir biaya sekolah adikmu itu murah apa. Kami cuma makan nasi putih dan garam setiap harinya" drama Hye Kyo padahal setiap bulan Taehyung memberinya uang 100 juta.

"Arrayo tapi biarkan aku bekerja dulu. Kalau bos ku tau aku bisa dipecat bibi"

"Gak usah banyak alasan. Berikan saja sekarang maka kami akan pulang" Hye Kyo memasukkan tangannya ke saku Jennie dan mengambil semua uang disana.

"Bibi jangan ambil semuanya sisakan untukku beli makanan"

"Aku tidak peduli ini salahmu sendiri berani-beraninya melawanku Jennie. Kamu hidup sampai sekarang itu karena kami, apa jadinya waktu itu kamu kami buang mungkin kamu udah lama mati"

"Bibi kok ngomongnya gitu. Jadi bibi selama ini gak ikhlas ngerawat aku" mata Jennie berkaca-kaca.

"Kalau bukan karena uang aku gak sudi" ucapnya berlalu pergi setelah mendapatkan apa yang dia mau.

Sepasang bola matanya melelehkan cairan bening mewakilkan rasa sakit yang ia terima. Lisa spontan mengalihkan muka. Enggan menyaksikan air mata ibunya terjatuh begitu deras.

"Yaa pelayan kau lama sekali" pelanggan yang Jennie tinggalkan tadi protes membuat wanita itu cepat-cepat menghapus air matanya dan menghampiri si pembeli. Jennie melupakan Lisa kalau anak itu ada disana.

"Maaf, mau pesan apa tadi?" Tanya Jennie memaksakan senyuman terukir dibibirnya.

Lisa melirik jam rolex nya. Setengah jam lagi dia ada rapat penting bersama pemimpin perusahaan asing yang hendak bekerja sama.

"Pelayan" panggil Lisa.

"Ya?"

"Aku mau pesan ini, ini dan ini dibungkus" ucapnya menunjuk beberapa makanan di buku menu.

"Baik, mohon ditunggu"

Sekitar 15 menitan pesanan Lisa datang. Gadis itu membayar seluruh makanan yang dipesannya di meja kasir tapi tiba-tiba,

"Lah ini gimana sih, aku kan gak mesan ini" protesnya membuat Jennie dan Joy yang berada disana mengalihkan perhatian.

"Maaf nona kalau begitu akan kami ganti"

"Gak perlu. Waktuku tidak banyak. Ambil saja untukmu" ujar Lisa sedikit kasar menyodorkan makanan itu ke Jennie.

"Hah" bingung Jennie menerima makanan dari Lisa.

"Maaf nona" pelayan tadi membungkuk berkali-kali sampai Lisa keluar dari restoran.

"Perasaan tadi aku bener nyatat pesanannya deh" gumam si pelayan.

Jennie membuka kantong kresek itu dan terkejut menemukan dua gepok uang di dalamnya.

"Akal-akalan dia aja buat ngasih kamu makanan" celetuk Joy tertawa. Dirinya sudah tau kalau Lisa adalah anaknya Jennie. "Makan dulu gih dia tau kamu belum makan"

"Berdua aja, gak habis di aku kalau sendiri"

.

.

.

Di ruang meeting, pikiran Lisa bercabang-cabang. Antara memikirkan Jennie dan usaha yang mau dia dirikan. Tiba-tiba sebuah ide muncul di benaknya.

"Aha"

"Nee" semua orang melihat ke arah Lisa yang tiba-tiba berteriak ditengah jalannya presentasi.

"Anniya lanjutkan saja" 

Karena jadwalnya tidak ada lagi hari ini Lisa pulang ke mansion Limario. Rencananya mau menginap malam ini.

"Oh putri Daddy pulang"

"Hmm" Jawab Lisa membalas pelukan ayahnya.

"Kemarin Daddy suruh pulang kamu gak mau"

"Aku sibuk kemaren"

"Setiap hari pun kau sibuk" Lisa cengengesan.

"Kau tidak mau melihat adik bayimu?"

"Lihatlah sebentar, dia bersama Mammy mu di ruang keluarga" Lisa mengikuti langkah Limario ke ruang keluarga.

Ada Diana sedang menyusui bayinya bersama Liam.

"Adikku juga sebentar lagi akan lahir" gumam Lisa.

"Ya?"

"Anniyo"

Lisa dan Limario duduk di sofa yang agak jauh.

"Ada perubahan Daddy lihat darimu. Siapa penyebab senyummu ini hum?" Kata Limario mencubit pipi berisi Lisa. Meski sebatas senyuman tipis, Limario sangat senang anaknya mengapresiasikan perasannya. Selama ini wajah Lisa selalu datar dan dingin.

"Seseorang yang sangat berarti untukku"

"Woah apa artinya Daddy akan punya menantu"

"Anniyo. Ini bukan soal namja" bantah Lisa.

"Meskipun begitu Daddy senang melihat senyummu kembali"







Bersambung

Dear Mom ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang