14. Kekejaman Taehyung

1.5K 134 5
                                    

Satu Minggu pun telah berlalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Satu Minggu pun telah berlalu. Jennie sangat keteteran menjaga tiga bayi sekaligus tanpa bantuan siapapun. Semua dia urus lewat pantauan Taehyung setiap jam-nya.

Sejak tadi bayi Irene dan Rosè terus rewel. Jennie yang pamitnya ingin mandi sejak tadi tidak balik lagi. Sementara orangtua dari mereka sampai sekarang masih belum pulang.

Oekk....oekk....oekk

"Omo baby!" Pekikan cempreng wanita cantik memenuhi penjuru ruangan. Dia berlari kecil mengambil anaknya yang menangis kencang di karpet.

"Jennie!" Teriak Taehyung membuat para maid terkejut. Bibi Joo selaku kepala maid menghampiri sang majikan.

"Dimana Jennie, bibi"

"Di kamar tuan"

Dengan langkah penuh amarah, Taehyung membawa kakinya ke kamar Jennie diikuti ketiga istrinya.

Brak

Pintu kamar Jennie di dobrak kasar. Kamar sederhana beraroma vanila itu kosong. Tidak ada tanda-tanda Jennie disana hingga akhirnya mereka menemukannya tergeletak tak sadarkan diri di lantai.

"Jennie-ya" Jisoo membalikkan badan Jennie. menepuk-nepuk pelan pipinya. Wajahnya pucat dan tubuhnya panas.

"Oppa ayo kita bawa ke rumah sakit"

"Buat apa, dia cuma pingsan biasa" jawab Taehyung santai.

"Kamu gak punya hati apa. Jennie Unnie sedang hamil Oppa. Kau tidak takut hal buruk terjadi pada kandungannya" tanya Rosè tak percaya.

"Lalu kalian menyalahkan ku. Kalau dia kehilangan bayinya itu salahnya sendiri karena gak becus!, Udah dibilangin jangan kerja malah nyari penyakit. Udahlah biarin aja dia" acuh Taehyung berbalik badan meninggalkan kamar Jennie. Bisa dipastikan setelah bangun Jennie mendapatkan hukuman berat darinya.

"Unnie gimana ini" cemas Rosè.

"Pertama kita pindahin dulu dia ke kasur" kedua wanita itu bahu-membahu memindahkan Jennie ke atas kasur.

Jisoo menggeledah laci meja untuk mencari minyak angin dan mengoleskannya ke pelipis Jennie.

"Rosè tolong ambilin handuk dan baskom kecil buat ngompres demamnya" Rosè mengangguk dan turun ke bawah untuk melaksanakan perintah.

Bibi Joo yang sedang memasak di dapur keheranan tatkala nyonya keduanya tergesa-gesa mengambil baskom kecil.

"Buat apa nyonya"

"Jennie Unnie bi, dia demam tinggi" setelah urusannya di dapur selesai, Rosè kembali ke kamar.

"Apa gak sebaiknya kita panggil dokter aja Unnie"

"Gak ada dokter-dokter an. Buang-buang uang saja. Biarin aja dia bangun sendiri" sela Taehyung menyender di pintu sembari berpangku tangan.

"Unnie darah!" Pekik Rosè membuat Jisoo langsung menatap Jennie.

Darah mengaliri hidung Jennie. Wanita itu masih setia memejamkan matanya.

Bergegas Rosè mengambil tisu dan mengelap darah tersebut. Namun lajunya semakin deras sehingga Jisoo harus menyumpalnya.

"Tae, demamnya tinggi banget. Aku mohon bawa dia ke rumah sakit" mohon Jisoo amat sangat. Dia khawatir kondisi Jennie tambah memburuk, terlebih dalam tubuhnya sedang bersemayam malaikat kecil.

Taehyung berjalan mendekati kasur. Bukannya mengangkat tubuh Jennie ke mobil dia justru menampar keras pipinya.

"Bangun sialan!"

"Tae!" Jerit Jisoo mendorong tubuh suaminya dari Jennie.

"Cukup sandiwaramu, sekarang bangunlah jalang!" Taehyung tak mengindahkan ucapan Jisoo.

Dengan hati membatu, Taehyung menyeret tubuh Jennie ke bawah.

"Tae ingat bayimu!" Pekik Jisoo dan Rosè. Taehyung menyeret Jennie seperti menyeret karung ke ruang tengah.

Bibi Joo dan maid lain membulatkan mata melihat pemandangan kejam tuan rumah.

"Berikan aku segelas air" pintanya lantang. Bibi Joo cepat-cepat mengambil air dan memberikannya ke Taehyung.

Byur

Air tersebut menyapu wajah pucat Jennie. Masih belum ada pergerakan, mata Jennie masih tertutup.

"Oh masih belum mau bangun, bagus!" Taehyung mencengkram kerah baju Jennie dan membawanya ke kamar mandi.

"Tae!"

Brak

Pintu kamar mandi dia kunci dari dalam. Sifat kasar dan temperamen Taehyung membuatnya tak segan melukai Jennie. Tanpa hati dan belas kasihan, pria itu memukul wajah Jennie berkali-kali dan membenturkan kepalanya. Aksi kejinya itu ia sudahi dengan memasukkan kepala Jennie ke bak mandi.

Alhasil Jennie terbangun sebab kesusahan bernapas.

"Bangun juga Lo, puas tidurnya"

"T-tae" lirih Jennie lemah.

"Lo di rumah gue suruh jagain anak, bukannya tidur. Gara-gara Lo muka anak gue memerah karena kelamaan menangis"

"M-mianhae"

"Gue habisin keluarga Lo" ucap Taehyung keluar dari kamar mandi namun kakinya di tahan Jennie.

"Jangan, ku mohon jangan"

"Lepas!"

"Aku saja, lakukan apapun semaumu asalkan jangan menyentuh mereka"

"Tae cukup! Sebelum kau ku lapor polisi" ancaman Jisoo membuat semua terdiam. Amarah Jisoo meledak. Taehyung sudah sangat keterlaluan.

"Kau tega melaporkan suamimu sendiri Jisoo-ya?"

"Kau kelewatan tuan Kim. Dia manusia bukan binatang. Jika memang tidak mencintainya setidaknya pikirkan calon bayimu dalam perutnya. Kau tidak seharusnya melakukan ini padanya"

"Aku tidak peduli! Jika dia keguguran aku bisa menghamilinya lagi begitu seterusnya sampai dia gak bisa keluar dari rumah ini"

Plak

Tamparan keras melayang ke pipi Taehyung. Kesabaran Jisoo diujung tanduk. Selama ini dia diam saja tapi dia tidak bisa terus-terusan mengabaikan rasa kemanusiaannya.

"Kau menamparku demi membela jalang ini?"

"Sekali lagi ku lihat kau menyakitinya. Akan ku laporkan kau ke polisi dan Appa ku" ancam Jisoo membuat Taehyung tak berkutik. Bukan takut sama polisi tapi lebih takut ayah Jisoo akan mencabut saham diperusahaannya.

"Jennie-ya gwenchana?" Jennie mengangguk pelan.

"Ada yang sakit, mau ku antar ke rumah sakit eoh?"

"Ngga usah Unnie. Aku tidak apa-apa" Jisoo menghela napas dia tidak bisa memaksa wanita itu dan memilih memapah tubuh Jennie kembali ke kamar.

"Istirahatlah. Kalau butuh sesuatu panggil aku, jangan pikirkan apapun. Taehyung tidak akan menyentuh keluargamu" Jennie mengangguk paham.

"Gomawo Unnie"







Bersambung

Dear Mom ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang