30. Quality Time

2.3K 229 10
                                    

Setelah dua Minggu Jennie tinggal bersamanya baru hari ini Lisa bisa menepati janjinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah dua Minggu Jennie tinggal bersamanya baru hari ini Lisa bisa menepati janjinya. Pekerjaannya di kantor menumpuk dan tidak bisa ditinggal.

Hari kamis ini Lisa mengosongkan seluruh jadwalnya dari perusahaan. Khusus hari ini Lisa mengajak Jennie Quality Time ke mall beli bahan makanan dan keperluan Jennie.

"Mommy pilih aja, aku gak tau mau beli apa" Lisa mendorong troli belanjaan sementara Jennie yang berbelanja.

"Gak usah liat harga. Ambil aja yang Mommy mau" kebiasaan Jennie sangat susah dihilangkan. Perasaan gak enakan dan takut menyusahkan orang walau itu adalah anaknya sendiri.

Dua troli belanjaan penuh oleh barang sembako. Jennie memprioritaskan kebutuhan ketimbang keinginan meski Lisa terus menyuruhnya membeli apapun yang dia mau.

"Lili boleh beli ini?" Jennie menunjuk daging sapi di dalam freezer membuat Lisa tertawa.

"Ambil aja Mom. Daging ayam, daging babi semuanya"

Pas bayar di kasir mata Jennie melotot melihat nominal angkanya. 100 juta. dia belanja apaan sampai ratusan juta begitu, pikirnya.

"Udah, kita mau kemana lagi?"

"Beli pompa ASI" jawab Jennie.

"Gak usah Mom. Biar aku aja yang uyyu" cengirnya membuat Jennie geleng kepala.

Tiba-tiba mata Lisa menyorot toko pakaian. "Ke sana yuk beli baju buat Mommy" Lisa menarik tangan Jennie ke toko Chanel.

Jennie melihat-lihat baju disana. Harga bajunya membuat wanita itu shock. Satu baju saja bisa beli sebuah apartemen.

"Lili disini mahal, toko biasa saja"

"Gapapa Mom. Baju disini bagus-bagus pilih saja"

"Eh Lisa" dua orang gadis tiba-tiba menyapa Lisa.

"Oh kalian"

"Sama siapa?" Mereka melirik Jennie.

"Mommy ku"

"Kok kampungan banget. Kita pikir pembantumu" Jennie menunduk malu. Pakaiannya sederhana dan bila bersanding di samping Lisa kesenjangan sosial itu kentara sekali.

"Jaga mulut kalian. Dia orangnya sederhana" kecam Lisa membuat dua gadis itu takut.

"Nak kita pulang aja. Mommy gak mau buat kamu malu"

"Aku gak peduli omongan sampah mereka. Mommy adalah ibuku dan aku gak pernah malu dengan keadaan Mommy"

"Sajangnim kebetulan banget, ada hal penting yang mau saya bicarakan" salah satu karyawan Lisa menghampiri mereka.

"Mommy tunggu disini eoh. Pilih aja dulu bajunya"

"Woah Jennie, lihatlah gaes orang miskin di sekolah kita udah bisa belanja di mall. Chanel lagi" seolah tidak ada habisnya. Makhluk halus selalu ada dimana-mana mencibirnya.

"Emang kamu punya uang hah beli baju branded begini? SPP aja dulu sering nunggak" celetuk gadis berambut pirang pendek meledeknya disusul gelak tawa yang lain.

"Pasti uang dari hasil jual diri atau minjam ke rentenir. Bibinya kan langganan depkolektor" hinaan dan cacian itu saling sahut-sahutan. Tubuh Jennie gemetar ketakutan.

"Lihat aja tuh penampilannya kumal banget. Masak ke mall pake sandal jepit"

"Ekhem" dehem Lisa.

"Udah puas bacotin orang? Aku jamin kalian belanja masih minta duit orangtua. Udah nikah masih nyusahin orangtua. gaya sok-sokan istri CEO padahal pengangguran" semprot Lisa pedas.

"Eh jaga mulutmu itu, apa kamu gak diajarin sopan santun oleh orangtuamu"

"Mulutku ini sekali bicara bisa menghasilkan uang sedangkan kalian? Cuma bisa gunjingin orang"

"Kurang ajar! Anak sekarang memang gak punya sopan santun"

"Sayang gak boleh begitu nak" tegur Jennie lembut.

"Biarin aja Mom. Mulut-mulut jahanam mereka perlu disemprot air zam-zam biar adem"

"Oh jadi kamu anaknya si miskin ini pantesan kelakuannya sama. Ibunya aja gak tamat sekolah ya mana bisa ngajarin anaknya" ejek mereka tertawa.

"Gegaya bilang kita orang miskin padahal disini dia yang miskin. Palingan itu blazer kw emperan toko" Jennie menahan tangan Lisa yang mau membalas omongan mereka. Wanita itu menggeleng dengan mata berkaca-kaca.

"Jangan dilawan nak, malu diliatin orang. Kita pulang aja yuk. Gak enak ribut di toko orang" Lisa tersenyum hangat kemudian mendaratkan kecupan ringan di pipi ibunya.

"Kita ke sini mau belanja bukan pulang. Beli dulu baju apa yang Mommy mau"

"Mommy mau baju yang mana?" Lisa berusaha mengabaikan setan-setan tadi yang misuh-misuh ngomongin dia.

"Disini baju anak muda semua, Mommy kan udah tua" ucapan polos Jennie membuat tawa Lisa meledak.

"Mommy masih muda. Disini bajunya cocok untuk remaja dan orang dewasa jadi Mommy gak perlu khawatir"

"Ngga tau. Mommy bingung milih yang mana soalnya bagus semua"

"Pelayan bungkus semua" teriak Lisa. Seorang karyawan menghampiri Lisa dan terkejut mendapatinya disini.

"Oh sajangnim, kenapa anda tidak bilang kalau anda mau datang"

"Aku ke sini mau mengajak Mommy ku belanja bukan bekerja" senyum Lisa ramah.

"Tolong dibungkus semua baju disini"

"B-baik sajangnim" butuh 15 karyawan untuk memborong semua baju di dalamnya. Jennie melongo begitupun dengan teman Jennie tadi.

"Maaf ya, bajunya aku borong semua" ledek Lisa memamerkan black card-nya.

Selesai memborong baju, sepatu dan tas Lisa mengajak Jennie ke salon kecantikan. Tak lupa Lisa membelikan Jennie hp baru yang paling mahal. Lisa tidak mau ibunya terus dihina miskin.

Usai makan malam diluar mereka baru pulang ke rumah. Lisa kalau shopping lupa waktu.









Bersambung



Dear Mom ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang