19. Pertemuan Tak Terduga

1.8K 159 9
                                    

Baru 3 hari lalu Lim tidak bertemu Jennie sekarang bertemu lagi di restoran tempatnya bekerja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Baru 3 hari lalu Lim tidak bertemu Jennie sekarang bertemu lagi di restoran tempatnya bekerja. Bedanya kali ini dia bersama Lisa dan Diana.

Jennie dan Limario sama-sama kaget namun sebisa mungkin Jennie bersifat normal.

"Oh udah kerja aja, apa kau sudah sehat?" Diana iseng bertanya. Lebih tepatnya memberi kode kepada Lisa.

"Nee"

Sementara Lisa memperhatikan Jennie lekat. Ucapan Diana kemarin berputar di kepalanya.

"Matanya mirip mata kucing" 

"Baguslah, jadi suamiku gak perlu repot-repot lagi bayarin biaya rumah sakit mu"

"Nee kamsahamnida dan jeosonghamnida"

Jennie mencuri pandang pada Lisa. Dia yakin gadis berponi itu putrinya Yoon Lisa. Jika ditelisik lebih dalam, gadis ini dulu pernah menabraknya di bar.

"Kamu tumbuh baik dan sangat cantik nak" gumamnya dalam hati.

"Kim Jennie, ponselmu berisik!" Joy teriak menghampiri Jennie sembari membawa ponsel miliknya.

"Kamu layani dulu" Jennie pergi menjauh mengangkat teleponnya.

"Mau pesan apa?" Tanya Joy ramah.

Selesai mencatat pesanan mereka, Joy balik ke dapur.

"Kim Jennie, apa dia Mommy ku Daddy?" Mata Lisa berlinang.

"Kamu pikir nama Jennie di Korea ini cuma dia" elak Lim masih belum mau jujur.

"Mata kucingnya, perut hamilnya serta namanya saja sudah cukup membuktikan bahwa dia Mommy ku. Terlebih Diana Ahjumma terlihat sangat mengenalnya tadi"

"Majayo, dia Mommy mu" Diana berucap membenarkan pertanyaan Lisa tadi.

"Dia sangat cantik hiks. Kenapa aku menangis" air mata Lisa meluruh tanpa diminta. Hal yang sangat jarang terjadi. Setelah belasan tahun lamanya ini pertama kalinya Lisa menangis.

Begitu pesanan mereka tiba, bukan Jennie yang mengantarnya melainkan pelayan lain. Mata Lisa terus tertuju ke arah meja kasir mencari Jennie.

"Makanlah makananmu Lisa ntar sup nya dingin" Limario menegurnya.

"Yaa! kenapa Lo nangis disini Jen" Jennie menggeleng dan duduk memeluk lutut di dapur.

"Siapa yang nyakitin Lo hah?"

"Di meja tadi adalah putriku"

"Lalu?"

"Aku belum siap berhadapan dengannya. Tatapannya menusuk hatiku" Joy yang tidak mengerti benang merahnya hanya bisa memeluk Jennie.

"Pelayan"

"Hitung semuanya" suruh Limario.

"Dimana Kim Jennie?" Lisa bertanya.

"Dia memasak di dapur nona"

"Suruh dia kesini menghitungnya" titah Lisa tidak bisa Limario cegah. Dia mengerti Lisa ingin melihat wajah Jennie lebih lama lagi.

Pelayan tadi memanggil Jennie sesuai permintaan Lisa.

"Jennie-ssi, pelanggan di meja 27 memanggilmu" walau berat hati. Jennie membawa kakinya ke meja Lisa. Entah apa yang diinginkan mereka.

"Nee, ada yang bisa ku bantu?"

"Tolong hitung semuanya" Jennie mengangguk dan mencatat jumlah harga makanan mereka.

"Ini" ucapnya memberikan biaya tagihan.

Lisa mengambil tangan Jennie yang berdiri di sampingnya. Aksi tiba-tibanya membuat Jennie terkejut.

"Kau Mommy ku?" Jennie memutus kontak mata. Kini pelariannya pada vas bunga diatas meja. Ada buliran bening mengaliri pipinya dan itu tak luput dari perhatian mereka.

"Jawab aku Mommy, kenapa kau membuangku. Apa kau sejijik itu sampai tidak mau melihatku. Kalau memang tidak menyayangiku kenapa tidak membunuhku dulu saat masih hamil seperti itu"

"Lisa!" Tegur Lim.

"Justru karena aku menyayangimu makanya aku mempertahankanmu"

"Tapi kenapa kau meninggalkanku. Kau pikir cuma kau saja yang menderita. Aku lebih menderita. Ayahku membenciku dan menikah lagi. Dia melupakanku sebagai anaknya dan menyayangi anaknya yang lain. Kau tidak tau betapa menderitanya aku mencoba bertahan hidup. Kau egois Ahjumma!"

"Anggap aku sesuka hatimu Lisa. Jika terlalu sakit maka abaikan. Jangan merusak hidupmu demi wanita tak berguna sepertiku. Aku bukanlah ibu yang kau inginkan" Jennie menarik tangannya dari Lisa dan pergi ke belakang dapur.

Jennie tidak pernah menduga kalau hari ini dia bertemu Lisa. Disatu sisi dia bahagia melihat wajah anaknya namun disisi lain sedih karena ternyata selama ini Lisa tumbuh bersama luka akibat keegoisannya.

.

.

.

"Mulai berani ngelawan ya sekarang Lo" sontak Jennie mengangkat kepalanya dan menemukan Taehyung dan ketiga istrinya berdiri sejajar menghadapnya.

"Apalagi"

"Lo mau nunjukin ke gue kalo Lo bisa selingkuh, iya?" Jennie mendesah lelah. Pikirannya yang semrawut tambah kusut dibuat Taehyung.

"Dia cuma mantan suamiku. Hubungan kami telah berakhir 23 tahun lalu. kemarin aku gak sengaja ketemu dia di rumah sakit jadi dia mengantarku pulang itu saja" jelas Jennie.

"Lo pikir gue percaya"

"Yaudah aku juga gak maksa kamu buat percaya"

"Apa pekerjaannya"

"CEO Volkswagen Group"

"Mwo?" Rahang bawah Taehyung terjatuh begitupun dengan ketiga istrinya.

"Wae? Kau kaget karena ada yang lebih kaya darimu?"

"Haha, aku cuma kaget karena dia mencampakkanmu. Kau seharusnya berterimakasih karena aku satu-satunya pengusaha sukses yang mau menerimamu menjadi istri"

"Bukan dia yang meninggalkanku tapi aku yang meninggalkannya. Aku meninggalkannya 23 tahun lalu tepat setelah aku melahirkan putri pertama kami" lagi, ucapan Jennie membuatnya terdiam.

"Kau dengannya sama. Selalu sibuk dan tidak perhatian tetapi setidaknya dia tidak pernah melukai fisikku. Aku dari dulu tidak pernah meminta apapun pada suamiku. Kalau aku menginginkan sesuatu maka aku harus kerja dulu" Jennie mencurahkan isi hati terdalamnya. Suasana disekeliling berubah menjadi haru biru.

"Alasanku bekerja bukan karena ingin membeli emas permata, bukan juga buat beli barang-barang bagus yang mewah tetapi untuk membayar semua hutang-hutang bibiku agar setelah aku melahirkan nanti kau tidak mengambil anakku. Cukup dulu terpisah dengan putriku, kehilangan janinku dan sekarang aku tidak mau kehilangan lagi. Aku akan menjalankan tugasku sebagai seorang ibu" Jennie merogoh saku celananya. Ada segopok uang di dalam amplop.

Ucapan Jennie membuat Jisoo dan Rosè menangis tak terkecuali Irene.

"Lo pikir uang segini bisa bayar semua hutang bibi Lo yang mencapai miliaran itu hah?"

"Memang, akan ku usahakan membayar sisanya dan aku mohon jangan sakiti mereka"

Setelahnya Jennie naik ke lantai atas dimana kamarnya berada. Hari ini sangat menguras tenaga dan air mata. Tubuh mungilnya meronta untuk diistirahatkan.









Bersambung

Dear Mom ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang