Win berlari kesetanan, sekarang sudah jam 06.10 pagi, artinya dia sudah telat 10 menit, sial, memang nasib sial selalu datang dihari pertama win memulai kehidupan sekolahnya, bahkan berlanjut sampai kuliah.
"oalah asuuu, pake ditutup ni gerbang" umpat win saat gerbang terdekat dari lokasi ospek sudah ditutup, win tidak mau menangis, enak saja, meski dia panik luar biasa, haram hukumnya kalau dia sampai menangis gara-gara ospek tidak bermutu itu.
"telat lo?" win hampir berteriak saat seseorang menegurnya, pria itu nampak terlalu tampan untuk ukuran maba yang telat datang sama sepertinya, terlalu rapih.
Kemeja putih rapih dengan lengan yang tergulung sampai siku, rambut agak panjang, dan totebag yang bertengger dipundaknya, yang juga win yakini itu hanya berisi 1 buah pulpen.
Belum lagi mata tajamnya yang berwarna cokelat menatap win intens, ugh, ingin win congkel rasanya.
"lo nanya?" kata win, mata nya menatap datar pria itu ditambah lagi kata-kata dari mulut win tadi rasanya menyebalkan sekali bagi pria itu "lo budeg? Conge an?" balas pria itu, sama menyebalkannya dengan kalimat win tadi.
Mata win yang minta dicolok itu membuat bright gemas. Berani sekali dia menatap ketua BEM seperti itu.
Win mendengus, bukannya dia berfikir untuk cari jalan lain, malah asik menanggapi pria didepannya ini, buang waktu sekali.
Win bergegas berjalan menuju gerbang utara, siapa tau gerbang itu masih buka, ya meskipun win akan bertambah telat.
Pria itu yang melihat win berjalan meninggalkan dirinya, membuat bright menaikan satu alisnya.
"bocah tolol, mau ditolongin malah kabur" kata pria itu, kemudian berjalan membuka gerbang yang tertutup tadi dan masuk begitu saja.
Tentu saja pria itu punya kunci cadangan, dia kan selalu dikampus dari subuh sampai malam, jadi satpam yang juga sudah mengenalnya dengan berbaik hati memberikan kunci duplikat itu padanya.
"Hoi bright! Udah gila? Lo ini ketua BEM! Malah telat" omel pria lain yang datang menghampiri pria bernama bright itu.
Bright mengangkat bahunya acuh "si Bibble udah kasih sambutan kan?" tanya bright, pria brewokan tipis itu segera mengangguk, bright segera mengacungkan jempolnya "bagus, emang gak salah nunjuk dia jadi wakil gw" kata nya.
Bright kemudian meraih ponsel disaku nya, dan mengetik sesuatu disana, kemudian dia melanjutkan langkahnya.
Dia ingin tau, apakah pria songong tadi sudah sampai ditempat ospek atau belum.
Melihat dari pita yang melekat dilengannya, bright tau bahwa pria itu harusnya berada dijurusan hukum.
"mau kemana cok?" panggil pria brewokan itu, bright mendengus, masih pagi mood nya sudah amburadul, sudah bagus dia tadi melihat 'udara segar' didepan gerbang, sekarang malah kembali berantakan mood nya.
"nyariin lo pacar mike, biar berenti homo an sama gw" kata bright sambil tetap melangkahkan kakinya, mike si pria brewokan itu terkekeh mendengarnya.
"cariin yang spek rafaela ya" kata mike menanggapi candaan bright. Bright mengangkat jempol nya tinggi-tinggi.
Sepanjang jalan, setiap mahasiswa yang mengenal bright berbasa-basi dengannya, ada yang sekedar menyapa, mengajak ngobrol, bahkan ada juga yang caper.
Ada juga yang berbisik-bisik, membicarakan rumor hangat yang tengah menimpa bright, tapi dia tidak peduli, bright terus melangkah.
Kemudian langkahnya terhenti saat gerombolan mahasiswi yang berasal dari fakultas kedokteran tengah mengepung bright.
"kak bri, udah sarapan? Aku bawa roti nih kalau belum" bright menggeleng, menolak dengan halus.
KAMU SEDANG MEMBACA
NAYANIKA
Fanfiction"terus aja liatin gw, gw cium mampus lo!" Kata Win mencoba membuat pria didepannya kicep. Tapi bright malah semakin mendekat, membuat win ingin berteriak kencang. "Silahkan, gw siap kok" kata bright menantang win. Setan! Biadab! emang bright palin...