Win merebahkan dirinya diatas rerumputan, disampingnya ada bright yang sudah lebih dulu tiduran diatas rumput.
Sore ini mereka berada dikampus didepan kolam ikan, didekat lapangam tempat win pernah dibully oleh fans bright, sekarang entah kemana perginya fans bright yang mayoritas gila itu.
Win beberapa menit lalu baru selesai latihan teater, besok win akan pentas, bertepatan dengan hari dimana bright yudisium.
Win dan bright sibuk dengan pikiran masing-masing.
Win sibuk memikirkan pentasnya dan beberapa hal kecil lainnya.
Bright sibuk dengan masa depan yang sudah berada didepan mata nya, ah tidak, disampingnya.
Dalam hitungan minggu, bright akan resmi lulus dan akan ke London, mengejar masa depannya dan akan kembali ke pelukan win 2 tahun kemudian.
Apakah pelukan win masih sama hangat nya? Apakah win akan tetap menunggu nya? Atau jangan-jangan dirinya lah yang terlena dan menggila disana?
Bright menghela nafasnya, kemudian menoleh kekiri, sekedar ingin melihat apa yang sedang kekasihnya lakukan.
Bright tersenyum melihat win yang entah sedang memikirkan apa namun tampak serius.
Mata indahnya terpaku pada awan dilangit, tapi pikirannya melayang jauh entah kemana, bright tau itu.
Bright mengangkat tangan kanannya dan menutup mata win, membuat win terkejut dan memberontak.
"cok! Ngapain sih?!" protes win, bright terkekeh, kemudian melepaskan tangannya.
"aku cuma takut kamu kesambet" kata bright jahil, win berdecak kemudian tersenyum.
"mikirin apa?" tanya bright, win melirik pada bright yang menatapnya ingin tahu, mata tajam itu kini berganti jadi mata penuh ingin tahu, seperti bocah berumur 5 tahun, menggemaskan.
"nggak ada" elak win, bright melengkungkan bibirnya kebawah
"boong" ucap bright, win terkekeh "cuma mikirin pentas besok" kata win, bright ber oh ria.
"santai, akting mu udah bagus kok" ucap bright sambil menggenggam tangan kanan win yang bebas.
Win mengangguk "emang, aku gak bilang akting ku jelek kok" jawab win dengan pede, membuat bright tertawa renyah, ah metawin memang out of the box.
"haduh.. Metawin.. Si always win" ucap bright, win terkekeh mendengarnya, sudah lama dia tidak mengatakan jargonnya.
Dua hari lalu win tiba-tiba menggunakan 'aku' 'kamu' ketika bicara dengan bright, padahal bright tidak pernah memintanya.
Bright dan win kembali diam dengan tangan saling tertaut.
Tidak perduli bahwa mereka masih dilingkungan kampus, toh hari sudah sore, setidaknya para dosen juga sudah pulang, tinggalah mahasiswa dan beberapa penjaga kampus saja.
"win, pernah mikir gak-"
"pernah"
"aku belum selesai win"
"oh, sorry"
"tck"
Win terkekeh, akhir-akhir ini dia juga senang menguji kesabaran bright.
"pernah gak kamu mikir apa jadinya kalau kamu gak kuliah disini?"
"hmmm.. Pernah,
Mungkin aku bakal kuliah di bandung, masuk jurusan Kedokteran, ketemu cewe cantik, pacaran terus ni-"
"oke stop"
"lah apaan, belum kelar bri"
"gak usah dikelarin, udah ketebak"
KAMU SEDANG MEMBACA
NAYANIKA
Fanfiction"terus aja liatin gw, gw cium mampus lo!" Kata Win mencoba membuat pria didepannya kicep. Tapi bright malah semakin mendekat, membuat win ingin berteriak kencang. "Silahkan, gw siap kok" kata bright menantang win. Setan! Biadab! emang bright palin...