Hari ini hari jumat, win duduk berteduh dibawah pohon beringin besar, hujan sudah mengguyur sejak setengah jam lalu, hari ini dia naik motor, tidak membawa mobilnya. Off juga sudah pulang sejak 3 jam lalu, JJ tidak masuk, khao entah dimana, intinya win sendirian.
"huhu dingiinn" kata win, menggigil saat angin berhembus kencang, air hujan ikut berhamburan membasahi kemeja hitam win, untungnya dia hari ini menggunakan pakaian yang berwarna gelap, jadi meskipun basah, tidak tembus pandang.
Kampus sudah sepi, win sebenarnya agak takut, mengingat ini lingkungan baru dan dia tidak tau jelas seluk beluk kampusnya.
Meski terkenal songong dan berani, tapi win aslinya penakut kalau soal per hantuan.
Dan yang mengetahui itu sejauh ini hanya Ayahnya, dia bersyukur sekali Off tidak tau, kalau sampai tau, bisa-bisa win dijadikan bahan keisengannya.
Yah meskipun sekarang pun win sudah jadi bahannya Off.
Semilir angin menyentuh kulit putih win, dinginnya angin langsung meresap masuk ke kulitnya, bibir win sudah gemetar.
"Kapan berhentinya siihhh, gw udah gk kuat ini" keluh win. Dia segera menggosok kedua tangannya, mencoba memberi efek hangat.
Bright yang baru saja keluar dari ruang rapat, sekilas melihat siulet win yang berdiri beberapa meter didepannya, dibawah beringin besar.
"goblok, ada bangunan lain, malah neduh disitu, kemana sih otaknya?" komen bright saat dilihatnya win gemetar.
Bright segera melepaskan hoodie hijau yang dia kenakan, kemudian dia masukan kedalam totebag nya yang nantinya akan dia pinjamkan pada win karena iba dengan win yang gemetar.
Sebenarnya dirinya juga kedinginan, tapi mungkin win lebih membutuhkan, mengingat entah sudah berapa lama dia berdiri disana.
"Bri? Mau kemana?" tanya Tu yang melihat bright bersiap menutup kepalanya dengan totebag nya, ingin menerobos hujan.
Bright berdecak, Tu lagi Tu lagi.
"kepo" balas bright sambil berlari meninggalkan Tu yang berkacak pinggang.
Tu heran, kenapa bisa bright secepat itu move on dari nya, padahal Tu sendiri mati-matian berusaha move on dari bright, bahkan mereka putus pun Tu sampai saat ini tidak tau apa penyebabnya.
Tu hanya bisa pasrah melihat bright yang berlari menjauh, menerobos hujan.
Kalau Tu sedih karena bright yang menjauh, Pria lain didalam ruang rapat yang tengah mengintip Tu dari jendela juga ikut sedih melihat Tu yang masih berharap lebih pada Bright.
Bright berlari menghampiri win, win terkejut saat tiba-tiba saja bright sudah ada disampingnya.
Ini pertemuan pertama mereka setelah adegan ciuman di dalam ruang rapat 2 hari yang lalu, win masih kesal dengan bright, dan tentu saja, malu.
"ngapain lo?" tanya win sentimen.
Bright merapihkan rambutnya, tidak mau menanggapi win.
Bright segera mengeluarkan hoodie nya dari dalam totebag nya, dan melemparkannya keatas kepala win hingga menutupi wajah win.
Win terkejut, wangi parfum bright dapat dia hirup dengan baik dari hoodie hijau ini.
"apaan sih?!" omel win, masih tidak paham dengan kelakuan bright.
"pake, pentil lo njiplak banget" kata bright tanpa mau membuang muka, justru malah fokus ke dada win yang memang benar sudah terjiplak dengan cantik kedua nipple nya.
"Anjiiing" umpat win, dia segera menutupi dada nya dengan hoodie yang bright lemparkan tadi.
Bright terkekeh melihat wajah pucat win berubah jadi merah seketika, menggemaskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
NAYANIKA
Fanfiction"terus aja liatin gw, gw cium mampus lo!" Kata Win mencoba membuat pria didepannya kicep. Tapi bright malah semakin mendekat, membuat win ingin berteriak kencang. "Silahkan, gw siap kok" kata bright menantang win. Setan! Biadab! emang bright palin...