17

2.9K 249 12
                                    

"Lepaskan San, apa kau tak sadar jika kau sedang terluka sekarang."

Wooyoung sedikit mengerutkan dahinya saat melihat San yang mengerucutkan bibirnya itu disana, entah apa yang dia pikirkan tapi ia tak akan membiarkannya.

Tapi setelah cukup lama San bertahan dengan bibir yang mengerucut itu dan tak mengeluarkan suara sedikitpun membuat Wooyoung mulai merasa tak tega padanya.

"Tch sialan. Baiklah-baiklah! tapi hanya satu kali saja."

Wooyoung memutar bola matanya malas saat melihat San yang langsung merubah ekspresi wajahnya itu dengan senyuman lebarnya disana. "Menyebalkan."

"Aku mencintaimu Woo."

"Kau terus berbicara omong kosong."

Wooyoung benar-benar tak mengerti pada San, dia dapat bertingkah seperti anak kecil karena terbukti sekarang dia kembali mengerucutkan bibirnya itu disana.

Hanya karena perkataan atau perbuatan yang tak sesuai keinginannya, dia akan terlihat sangat sedih dan tentu itu berhasil membuat ia mudah luluh padanya.

Wooyoung menatap San yang melepaskan bajunya itu disana, ia melihat banyak luka memar. Wooyoung mendengus kesal, ia tak bisa membiarkan San melakukannya.

"Aku ingin diatas, kamu tidurlah."

San meringis pelan saat Wooyoung mendorong tubuhnya, meskipun dia mendorongnya dengan pelan tapi itu menekan memarnya yang terasa sakit.

"Aku baik-baik saja."

"Tap–"

Tak sempat Wooyoung berbicara, San sudah terlebih dahulu mencium bibirnya sekarang, bahkan dia melumatnya sangat kasar dan dipenuhi dengan nafsu.

San perlahan melepaskan satu persatu kancing kameja Wooyoung dan mencoba untuk memasukkan lidahnya itu kedalam mulut Wooyoung disana.

Ia mulai meraba pinggang Wooyoung dan sedikit memilin puting Wooyoung yang sudah sedikit mengeras itu. San menjilat dan menghisap bibir bawah Wooyoung.

"Mmhhh Shhanhh–"

Wooyoung merapatkan kedua pahanya saat lutut San terus menekan penisnya itu. Ia memeluk leher San dan membalas lumatannya, ia juga menghisap lidah San.

San melepaskan ciuman mereka dan mulai menurunkan ciumannya, ia mengecup leher Wooyoung, memberikan beberapa tanda kepemilikan disana.

Mendengar desahan lembut yang keluar dari mulut Wooyoung membuat San semakin terangsang, bahkan miliknya sudah terasa sangat sesak didalam sana.

Wooyoung sedikit mendongak dan menekan kepala San saat San sudah mulai menghisap putingnya itu, ia suka saat San bermain lidah dan menghisap putingnya.

"Shhh mhhh sialhh..."

Jilatan lidah San terus menurun sampai ke perutnya, Wooyoung melirik kearah San yang diam tiba-tiba diam disana dan San membuka celananya dengan paksa.

"Hei! tak bisakah kau melepaskannya perlahan?!"

Tak menjawab perkataan Wooyoung, San memilih untuk melepaskan celananya dan itu membuat Wooyoung terkejut karena penis San yang menegang sempurna.

"Haha kau menegang hanya karena mencumbu tubuhku? itu sangat lucu."

"Jangan berpikir jika hanya aku saja yang menegang sayang, milikmu juga."

Wooyoung kembali terkejut mendengar panggilan dari San, itu membuat wajahnya sedikit terasa panas, bagaimana bisa dia memanggilnya seperti itu.

San tersenyum tipis melihat rona merah diwajah Wooyoung, sangat menggemaskan melihat Wooyoung merona malu. San sedikit mengangkat kaki Wooyoung.

"Lakukan dengan perlahan, ingat!"

"Kau membuat lubangku terluka saat kita melakukan sex terakhir kali."

San hanya menghiraukan perkataan Wooyoung, seharusnya ia melonggarkan lubangnya terlebih dahulu tapi ia sudah tak tahan ingin menyetubuhi Wooyoung.

San mulai mengarahkan penisnya itu ke lubang Wooyoung dan ia sedikit melirik pada Wooyoung yang sudah menatapnya dengan tajam disana.

Tak takut dengan tatapan dan peringatan dari Wooyoung, San menahan pinggang Wooyoung dan langsung menghentakkan penisnya itu dengan sekali hentakan.

"Arghhh! fuck Choi San!!!"

Wooyoung menendang bahu San dengan kuat melampiaskan rasa sakitnya itu karena tindakan San barusan, bahkan itu lebih menyakitkan dibanding sebelumnya.

San yang memang sudah bernafsu itu kembali mengabaikan Wooyoung yang sedang menahan rasa sakit dan ia mulai menggerakkan penisnya didalam sana.

"Akhhh arghh!! he–hentikan sialanhh!"

Wooyoung mencoba untuk memberontak tapi tangan dan kakinya ditahan kuta oleh San membuat ia tak bisa melakukan apapun selain menahan rasa sakitnya itu.

San benar-benar gila saat sedang bernafsu dia seperti orang yang sudah kehilangan akal sehatnya, berbeda dengan San yang biasanya dia terlihat seperti kucing manis.

"Hahhh akhhh itu– itu menyakitkanh!!"

Setelah cukup lama Wooyoung menahan rasa sakitnya dengan San yang terus menghentakkan penisnya itu dengan kasar didalam sana tanpa henti.

San yang sudah menekan titik prostat miliknya disana dengan bermain lidah pada putingnya itu membuat Wooyoung perlahan menikmati sex nya.

"Ahhhh nghhh..."

San sedikit meringis karena penisnya yang terjepit kuat oleh lubang Wooyoung disana entah karena ia yang sudah akan keluar atau dia sengaja mengetatkan lubangnya.

"Mhhh hahhh disana Sanhh– lebih cepat.."

Sesuai dengan keinginan Wooyoung, San mempercepat gerakan pinggulnya itu, membuat penisnya semakin membesar didalam sana dan terasa semakin sempit.

Wooyoung menarik tangan San dengan langsung mencium bibirnya itu, ia melumatnya dengan kasar melampiaskan rasa nikmatnya didalam ciuman tersebut.

Ia membuka mulutnya membiarkan San bermain dengan bibir dan lidahnya itu, penis San yang terus menekan lubangnya membuat ia tak bisa menahannya lagi.

"Sanhh mmhh aku– aku... ahhh!"

Bersamaan dengan Wooyoung yang mengeluarkan cairannya itu tepat diperut San, San juga mengeluarkan cairannya didalam lubang Wooyoung.

Membuat Wooyoung merasa lubangnya dipenuhi oleh cairan milik San dan saat San mengeluarkan penisnya, cairan milik San itu mulai mengalir keluar.

"Kau mengotori perutku."

"Apa kau bilang!? dasar pria tak tau diri!!"

DJANGO : Sanwoo/WoosanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang