16

2.5K 250 9
                                    

"Hahaha sialan kau kalah dari kucing kecil sepertinya? benar-benar konyol!"

Mingi menatap kesal pada Yunho yang terus menertawakannya disana, ia memilih untuk menyesap rokoknya itu dengan perasaan jengkel.

Ia tak mengerti mengapa tikus liar itu bisa tiba-tiba berubah, dia terlihat mengerikan saat sedang bertarung dengan serius atau dia sengaja tak menunjukkannya diawal.

Ini semakin membuatnya kesal karena ia tak bisa mendapatkan Wooyoung dan lagi ia harus melihat orang yang ia sukai bercumbu dengan tikus liar itu disana.

"Berhentilah menertawakanku."

"Hahaha baiklah-baiklah."

Yunho tersenyum tipis, ia berpindah tempat dan mendudukan dirinya diatas pangkuan Mingi. Entah mengapa dia terlihat kesal hanya kalah bertarung.

Ia merebut rokok yang sedang dihisap oleh Mingi dan ia menghisap rokok tersebut. Ini membuatnya cemburu karena Mingi yang terobsesi pada Wooyoung.

"Mau menghisap yang lain?"

Mingi sedikit menyeringai, meskipun ia merasa jengkel karena kekalahannya itu tapi jika ada Yunho yang akan menghiburnya, ia akan merasa membaik.

"Tentu."




















Wooyoung mengusap wajah San yang terlihat mengerikan karena banyaknya luka memar dan bercak darah disana. Tapi mengapa dia masih terlihat tampan.

"Apa aku keterlaluan jika menciummu yang sedang terluka sekarang?"

Wooyoung sedikit mengerucutkan bibirnya, San sudah tertidur sedari tadi karena terlalu lelah, bahkan dia tak sempat untuk makan meski sebentar.

Wooyoung yang memang sedari tadi terus mengusap wajah San itu sedikit tersentak saat tiba-tiba tangannya dipegang oleh San sekarang. Ia mengerutkan dahinya.

San menarik tangan Wooyoung membuat wajah mereka semakin dekat dan San mulai mencium bibirnya dengan menahan kepala bagian belakang Wooyoung.

Wooyoung berniat menjauhkan dirinya dari San tapi karena lumatan lembut dari San membuatnya menginginkankan lebih. Wooyoung mulai menutup matanya.

Ia membuka mulutnya saat San mengigit bibir bawahnya itu, ia dapat merasakan lidah San yang bermain didalam mulutnya dengan dia yang menghisap lidahnya juga.

San yang terlalu menikmati ciumannya itu tak sadar jika Wooyoung sudah kehabisan nafas. Ia melepaskan ciumannya karena Wooyoung yang terus memukul dadanya.

Wooyoung menatap San yang hanya tersenyum manis disana. Ia mendengus kesal, San selalu saja tak mau melepaskan ciumannya, dia sungguh menyebalkan.

"Aku lapar Woo."

"Hm aku sudah memesan makanan tadi."

"Tidak, bukan itu."

"Lalu? bukankah kamu lapar?"

"Aku menginginkanmu."

Wooyoung terkejut dengan jawaban yang diberikan San, bahkan wajahnya sudah terasa sangat panas sekarang. Ia langsung mengalihkan pandangannya dari San.

"A-apa?! apa maksudmu!!"

Wooyoung tersentak saat San menarik tangannya membuat ia tertidur diatas tubuh San dengan bertumpu tangan dan wajah mereka sangat dekat sekarang.

Ia semakin merasa gugup karena San yang terus menatapnya dan entah mengapa tangan kasar San yang sedang mengusap wajahnya itu membuat ia merona malu.

"Aku berhasil mendapatkanmu Woo."

"Aku juga berhasil menjadikanmu milikku."

Wooyoung tak bisa menahan rasa malunya sekarang karena ucapan konyol dari San, itu membuat jantungnya berdegup tak karuan, cukup menyebalkan menurutnya.

"A-aku tau! hentikan omong kosong itu."

San terkekeh pelan melihat Wooyoung yang terus mengalihkan pandangannya darinya, meskipun begitu ia masih bisa melihat telinga Wooyoung yang memerah.

"Apa boleh? aku sudah sangat lapar."

"Tunggulah sampai makanannya datang!"

"Tapi aku ingin makanan utamanya, aku menginginkanmu Woo."

Entah darimana San belajar kalimat seperti itu, meskipun terdengar mesum tapi itu berhasil membuat wajah Wooyoung memerah sempurna sekarang.

Ini bahkan bukan seperti dirinya yang mudah merona hanya karena kalimat rendahan seperti itu, tapi karena San yang mengatakannya, itu jadi terasa berbeda.

"Apa yang kau lakukan!"

"San–"

DJANGO : Sanwoo/WoosanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang