6

3K 312 3
                                    

"San, jika kau bisa memenangkan ini, aku akan memberikanmu hadiah."

"Hadiah? apakah itu makanan??"

Wooyoung memutar bola matanya malas, San masih saja memikirkan tentang makanan disaat-saat seperti ini, bahkan porsi makannya tak masuk akal baginya.

"Apakah isi otakmu itu hanya makanan?"

"Tentu saja, aku selalu berpikir tentang bagaimana aku bisa makan besok."

San mengerutkan dahinya saat melihat Wooyoung yang tiba-tiba diam. San menggedikkan bahunya tak peduli, entah apa yang membuat Wooyoung terdiam.

Wooyoung menahan tangan San saat dia akan pergi keatas ring disan, benar-benar mengapa dia terus membuatnya merasa kasihan padanya.

Bahkan ia tak pernah sekalipun merasa kasihan pada siapapun, tapi melihat San yang dengan santai berbicara tentang kesulitannya itu, membuatnya tak tega.

"Baiklah, kamu dapat makan sebanyak yang kamu mau nanti."

San tersenyum senang, ia merasa senang dengan itu karena tadi pagi Wooyoung tak membiarkan ia makan terlalu banyak karena ia harus menjaga tubuhnya itu.

San sedikit mengusak rambut Wooyoung disana, bagaimanapun caranya ia harus memenangkan pertandingan kali ini, tak peduli jika ia akan terluka parah.

"Itu mudah, aku akan memenangkannya."

Wooyoung menatap San yang sudah pergi dari hadapannya, ia sedikit memegang rambutnya yang tadi diusak oleh San. Itu cukup membuatnya kesal.

"Dia bersemangat hanya karena makanan dan itu membuatku kesal."

"Padahal aku ingin memberikan hal lain."

Pertandingan antara San dan juga Jiwoon sudah dimulai tapi Wooyoung tak bisa fokus melihat bagaimana San bertanding disana, ia masih merasa kesal pada San.

Dan baru kali ini ia berharap jika orang yang ia pungut itu kalah diatas sana, ia benar-benar ingin membuat San tersiksa karena tak bisa makan dengan banyak.

Tapi sialnya yang ia lihat berbeda dengan apa yang ia harapkan barusan, bahkan lawannya terlalu lemah untuk San, terlebih San sangat bersemangat disana.

"Cih membuatku jengkel saja."

San menendang kaki Jiwoon yang sudah tersungkur jatuh disana. Ia merasa kesal karena dia terus-menerus mengarahkan pukulannya itu pada pinggangnya.

Dan sepertinya dia tau jika ia merasa kesakitan dibagian pinggangnya, maka dari itu dia terus memukulnya disana, tepat dibagian yang masih memar itu.

San mengalihkan pandangannya mencari Wooyoung, tapi ia tak melihatnya dimanapun. San sedikit mengerutkan dahinya, seharusnya tadi dia masih disana.

Wooyoung tersentak saat tiba-tiba ada yang memeluknya dari belakang, ia langsung berbalik dan melihat San lah yang sedang memeluknya itu barusan.

"Aku menang! ayo kita pergi makan."

"Kenapa kamu meninggalkanku?"

San menatap bingung pada Wooyoung yang seperti terlihat kesal disana, apa yang membuat Wooyoung kesal, bukankah seharusnya dia senang karena ia menang.

"Apa kamu kesal padaku?"

"Ya! kau sungguh menyebalkan!"

"Tapi aku tak melakukan apapun."

"Otakmu yang terus memikirkan makanan itu membuatku kesal."

"Aku lapar, apakah itu salah?"

Wooyoung terkejut saat melihat San yang mengerucutkan bibirnya itu disana, dia benar-benar terlihat berbeda saat sedang diatas ring dan tidak.

Ia menghela nafasnya pelan, ini terlihat seperti San memiliki dua kepribadian, ia tak tahan jika melihat San seperti kucing malah seperti itu, itu membuatnya luluh.

"Sudahlah, kamu ingin makan apa?"

"Daging!"

Wooyoung menatap San yang sedang berbinar itu disana. Lihatlah betapa dia terlihat senang saat akan mendapatkan makanan yang dia inginkan.

San sedikit mengerutkan dahinya melihat Wooyoung yang langsung berjalan pergi meninggalkannya disana, ia dengan cepat berjalan mendekati Wooyoung.

"Bukankah kamu akan memberikanku hadiah? aku menang tadi."

"Kau masih tertarik dengan itu?"

"Tentu saja, apa hadiahnya?"

San kembali bingung karena Wooyoung tak juga menjawab pertanyaannya, dia malah terus berjalan mendahuluinya, sepertinya Wooyoung benar-benar kesal.

"Sayangnya aku tak bisa memberikan hadiah itu karena kamu sedang terluka."

"Apa hubungannya dengan aku yang terluka? aku tetap ingin hadiahnya."

Wooyoung mendengus kesal, entah kenapa San yang cerewet itu cukup membuatnya kesal sekarang, dia bahkan terdengar seperti anak kecil yang tak tau apapun.

Wooyoung menghentikan langkah kakinya dan berbalik badan, melihat San yang sedang kebingungan. Ia mulai menangkup wajah San dan mengecup bibirnya.

"Baiklah aku akan memberikannya, tapi ingatlah kau tak dapat protes nantinya."

DJANGO : Sanwoo/WoosanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang