7

3K 305 3
                                    

San terus menatap Wooyoung disana dan terus memasukan makanan kedalam mulutnya itu. Ia sepertinya tak pernah melihat Wooyoung makan dengan banyak.

"Ada apa San? berhentilah menatapku."

"Kenapa kamu tak makan?"

"Aku sudah kenyang."

"Tapi aku tak melihatmu makan."

Wooyoung menyimpan ponselnya diatas meja dan mulai menatap San yang masih sibuk menikmati makanannya itu. Ia juga sebenarnya sedikit merasa lapar sekarang.

"Aku sedang menjaga pola makanku."

"Tapi kamu harus makan, makanlah ini, ini sangat enak."

"Tidak."

"Makanlah."

"Aku bilang tid–"

Tak sempat Wooyoung menolak kembali, San sudah terlebih dahulu memasukkan potongan daging itu kedalam mulutnya. San benar-benar menyebalkan.

Dan lihatlah itu dia terlihat bangga karena dia dapat membuatnya makan sepotong daging tadi. Wooyoung mendengus kesal, meskipun begitu ia tetap memakannya.

"Makanlah lagi, buka mulutmu."

San mengerutkan dahinya saat Wooyoung menggelengkan kepalanya itu disana, ia langsung beranjak dari duduknya dan berpindah tempat duduk disampingnya.

"Apa? aku tak mau, aku sedang diet."

Wooyoung menggelengkan kepalanya saat San tiba-tiba saja mencengkram pelan wajahnya dengan memaksa dirinya untuk membuka mulutnya itu sekarang.

"Tidak San."

"Makanlah Woo."

"Tidak!"

San menatap kesal pada Wooyoung, entah mengapa dia melakukan diet padahal tubuhnya sudah kurus. San melepaskan tangannya dari wajah Wooyoung.

Wooyoung kembali melihat San yang sibuk dengan makanannya itu dan mengapa dia tiba-tiba terlihat seperti sedang merajuk. Dia juga menatapnya dengan kesal disana.

"Ak–"

Wooyoung membulatkan matanya terkejut saat tiba-tiba San menciumnya sekarang, ia menatap bingung pada San saat ciuman itu sudah terlepas, dia cemberut disana.

"Ayo pergi."

"Tapi makanannya masih tersisa banyak."

"Aku sudah kenyang."

Wooyoung sedikit mengerutkan dahinya melihat San yang sudah berjalan keluar, sepertinya San benar-benar merajuk padanya sekarang, dia seperti anak kecil.

"Tapi kenapa dia menciumku? itu membuatku terkejut."


















"Aku akan memberikanmu hadiahnya jadi berhentilah merajuk seperti anak kecil."

San mengalihkan pandangannya pada Wooyoung, ia sebenarnya penasaran dengan hadiah yang dimaksud Wooyoung, tapi entah mengapa ia masih merasa kesal.

San mengerutkan dahinya saat Wooyoung mulai duduk dipangkuannya, tapi ia dibuat terkejut saat melihat Wooyoung yang nulai melepas kamejanya itu disana.

"Apa yang kamu lakukan?"

"Memberikanmu hadiah tentu saja."

San sedikit menelan ludahnya melihat tubuh Wooyoung yang terpampang dengan jelas dihadapannya sekarang, ia langsung mengalihkan pandangannya.

"Pakai kembali bajumu itu."

Wooyoung menangkup wajah San dan membuat San menatap padanya. Ia merasa tergoda karena melihat otot-otot San itu disana dan lukanya terlihat seksi.

"Kamu lupa? kamu tak dapat protes saat aku memberikan hadiahnya."

"Tapi aku tak berpikir–"

"Kamu suka makanan bukan? tidakkah lebih enak jika memakanku?"

San mencoba untuk tak menatap pada tubuh Wooyoung itu, bahkan saat tangannya tak sengaja menyentuh tubuh Wooyoung itu benar-benar terasa halus.

Apa yang dikatakan Wooyoung berbeda dengan apa yang ia sukai, ia memang suka makanan tapi jika seperti ini, tentu saja itu mengarah pada sesuatu hal lain.

"Aku menginginkanmu San, apa kamu tak menginginkanku juga?"

"Aku menginginkanmu, tapi–"

Tak sempat San melanjutkan kalimatnya, Wooyoung sudah terlebih dahulu mencium bibirnya, berbeda dengan sebelumnya, dia mulai melumat bibirnya.

San memang menginginkan Wooyoung tapi bukan keinginan seperti ini, ia hanya ingin Wooyoung tetap bersamanya karena ia tak memiliki siapapun sekarang.

Wooyoung melepaskan ciumannya karena San tak juga membalas lumatannya itu, dia terus saja berdiam diri. Wooyoung mulai meraba dada San dengan sedikit sensual.

"Kamu sungguh tak menginginkanku San?"

San mulai mencium bibir Wooyoung dan melumatnya. Ia menahan punggung leher Wooyoung dengan mencoba memasukkan lidahnya kedalam mulut Wooyoung.

Wooyoung tersenyum tipis merasakan lidah San yang sudah bermain didalam mulutnya sekarang, itu benar-benar terasa hangat saat lidahnya dihisap oleh San.

San menghisap bibir bawah Wooyoung dan menjilatnya, bahkan bibir Wooyoung terasa lembut, ia menyukainya. San terus menjilat dan mengecup bibir Wooyoung.

"Aku menginginkanmu Woo."

"Jangan meninggalkanku."

"Hanya kamu yang aku miliki."

Wooyoung menyeringai kecil, San berkata seperti itu dengan terus menjilati bibirnya, dia juga terus menghisap bibirnya penuh nafsu sedari tadi. Sangat menggemaskan.

"Itu benar, kau membutuhkanku San."

DJANGO : Sanwoo/WoosanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang