San (8 tahun) menatap kedua orangtuanya disana yang sedang sibuk memuji Han karena mendapatkan ranking satu. Ia benci kasih sayang mereka yang berbeda.
Tanpa sadar tatapannya bertemu dengan Han, dia tersenyum lebar padanya sambil menunjukkan mainan baru yang dia dapatkan dari ayah dan juga ibu disana.
"San!! lihatlah, aku mendapatkan mainan yang baru, ayo kita bermain bersama!"
Itu lah yang diucapkan Han, bukan sekali atau dua kali Han mengajaknya bermain mainan baru yang dia miliki. Tapi– San menatap ibunya yang sudah menatapnya.
"Tidak sayang, San harus berusaha untuk mendapatkan apa yang dia inginkan."
"Lebih baik kamu pergi belajar sekarang."
"Berusaha lah untuk bisa menjadi seperti adikmu dan mendapatkan apa yang kamu inginkan."
San hanya terdiam, lagi-lagi kalimat itu keluar dari mulut ibunya. Menjadi seperti Han, pintar, penurut, baik, semua yang Han miliki adalah sesuatu yang ibu sukai.
Han (8 tahun) mulai sedikit menundukkan kepalanya. Ia selalu ingin bermain bersama San, tapi ibu selalu berkata seperti itu, tak pernah sekalipun ia bermain bersama San.
"Aku tak menginginkan mainan murah seperti itu."
Ucapan San berhasil membuat ibunya kesal, dan berakhir dengan ia yang hanya diabaikan oleh mereka, mereka memilih untuk kembali memperhatikan Han.
Han menatap kepergian San. Kenapa? meskipun ia memiliki saudara, tapi ia tak pernah diijinkan untuk bermain bersama San, bahkan kamar kita dibedakan.
Han ingin hubungan antar saudara yang normal seperti orang-orang, bermain bersama, belajar bersama, memiliki kamar yang sama, melakukan apapun bersama.
"Tapi ibu..."
—
"Oi San! sebelah sini."
San berjalan menghampiri mereka berdua disana. Sangat sulit untuk keluar rumah karena ibu yang selalu membuat ia terkunci didalam kamar. Sangat menyebalkan.
"Lihatlah apa yang aku bawa anak-anak."
Kino dan Yumi menatap takjub apa yang dibawa San. Itu adalah pisau yang mirip seperti di film-film pembunuhan, bahkan pisau nya terlihat seperti baru.
"Dari mana kau mendapatkannya San? itu benar-benar bagus."
"Aku mencurinya haha. Lihat– bukankah aku sudah terlihat seperti pembunuh bayaran seperti yang ada di film-film itu?"
"Kau benar-benar terlihat keren San!"
"Yumi benar, kau sangat keren!"
San tertawa pelan mendengar pujian dari teman-temannya itu. Ini lah yang ia inginkan, menjadi keren, dan bukannya menjadi apa yang diinginkan ibunya.
"Lalu apa yang akan kamu lakukan dengan itu San?"
"Hmm, bagaimana jika kita berburu?"
"Wah itu ide yang bagus! aku ingin makan tupai, bisakah dia melakukannya?"
San paham betul apa yang dimaksud Kino dengan "dia" adalah pisaunya, tentu saja ini bisa melakukannya, bahkan pisau ini juga bisa membunuh kalian berdua dasar bodoh.
"Tentu saja! ayo kita per–"
"San, apa yang kau lakukan disana!?"
San terkejut mendengar suara ibunya itu dari belakang. Bagaimana bisa ibu ada disini? tatapannya beralih pada Han yang bersembunyi dibelakang ibunya disana.
"Ibu sudah berkata jangan pernah bermain dengan gelandangan seperti mereka!"
San menatap pisaunya, baru saja ia ingin bersenang-senang tapi Han si bodoh itu malah memberitahu ibu. Ia langsung memberikan pisau miliknya itu pada Kino.
"Jaga itu baik-baik, aku akan kembali nanti malam, tunggu aku."
Kino dan Yumi hanya menganggukkan kepalanya. Mereka sebenarnya tak begitu menyukai ibu San, karena dia selalu saja menghina mereka, berbeda dengan San, itu lah mengapa San selalu terlihat keren.
"Kalian berdua, jangan pernah mendekati San lagi, aku sudah memperingati kalian."
"Dan bagaimana bisa kau terus berteman dengan preman kecil seperti mereka, San!"
San memutar bola matanya malas dan pergi meninggalkan ibu nya, ia menatap Han yang juga menatapnya. San dengan sengaja menabrak Han karena kesal.
Apa yang dikatakan San pada Kino dan Yumi tak bisa terlaksanakan karena semua dikunci oleh ibunya, dan ia juga dikurung selama berhari-hari didalam kamarnya.
Karena apa yang dilakukan ibunya itu, San semakin membenci keluarganya, terutama Han, karena dia lah yang mengadu pada ibu, membuat ia tak bisa keluar sekarang.
Setelah 2 minggu San dikurung. Ia tiba-tiba saja mendengar suara dari arah pintunya, dan itu terbuka menampakkan Han yang sekarang masuk kedalam dengan kembali menutup pintu kamarnya.
"Ma– maafkan aku San, gara-gara aku–"
"Aku tak butuh maafmu, dan lagi apa yang kau lakukan sekarang? kau mencuri kunci kamarku dari ibu?"
Saat melihat Han mengangguk tanpa sadar senyuman San terukir diwajahnya. Ia langsung menghampiri Han dan mengambil kunci kamarnya itu dari tangan Han.
"Apa kau ingin bermain petak umpet bersamaku Han?"
Mendengar hal itu Han mengangguk cepat karena senang, karena ini kali pertamanya ia bisa bermain dengan San. Meskipun ini sudah malam tapi tak masalah untuknya.
"Baiklah aku akan mulai berhitung dan kamu cepatlah bersembunyi."
"1... 2... 3..."
Setelah berhitung sampai 10, San mulai membuka matanya, ia tak melihat Han dimana pun, tapi yang pasti dia sedang bersembunyi didalam kamarnya.
Ia berjalan keluar kamar dan mengunci kamarnya itu dari luar. San sebenarnya tak benar-benar ingin melakukan ini pada Han, tapi mau bagaimana lagi, ia membenci Han.
San berjalan masuk kedalam kamar kedua orang tuanya. Ia menatap ibu dan juga ayah yang tertidur nyenyak disana. San berjalan mendekat pada mereka berdua.
"Sudah saatnya kalian semua mati."
![](https://img.wattpad.com/cover/344406153-288-k110143.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
DJANGO : Sanwoo/Woosan
FanficWooyoung memungut kucing liar yang ia temui dipinggir jalan, ia menjadikannya sebagai petinju lepas untuk dapat menghasilkan uang dan San rela melakukan apapun untuk Wooyoung karena munculnya perasaan pada managernya itu. - San : Dominant Wooyoung :...