San menatap Wooyoung yang sedari tadi terus mengabaikannya, bahkan ini sudah hampir seharian Wooyoung tak juga mau menatap padanya sedetikpun.
San menghela nafasnya berat, Wooyoung benar-benar mengabaikannya karena kejadian semalam, dia juga hanya berkata akan pergi menemui temannya sekarang.
"Woo, apa kita tak akan pergi untuk bertanding?"
Lagi dan lagi Wooyoung masih terus mengabaikannya, dia bahkan hanya fokus pada ponselnya itu disana. San semakin merasa bersalah pada Wooyoung.
"Woo, maafkan aku, aku tak sengaja."
Wooyoung mendengus kesal, bagaimana bisa dia menyebut itu ketidaksengajaan padahal jelas-jelas dia menikmati sex nya, bahkan saat ia memaksa untuk berhenti.
Ia bahkan tak bisa berjalan dengan benar sekarang, itu lah mengapa ia akan pergi ke tempat temannya. Ia juga harus mengobati San karena dia terluka parah kemarin.
"Woo–"
"Bisakah kau tutup mulutmu itu?! kau semakin membuatku kesal."
Wooyoung tersentak saat San tiba-tiba memeluknya dari belakang sekarang, ia mencoba untuk melepaskanya tapi San semakin mengeratkan pelukannya.
"Aku benar-benar minta maaf Woo, kamu dapat menghukumku."
"Tapi jangan mengabaikanku."
San sungguh tak menyukai saat dirinya diabaikan oleh seseorang, itu akan membuatnya merasa sedih dan kesepian. Apa yang harus ia lakukan sekarang.
Wooyoung menghela nafasnya, tidakkah ini berlebihan untuknya mendapatkan seseorang seperti San, bahkan dia hanya anak kecil dengan tubuh kekarnya itu.
"Aku tak akan melakukannya lagi, aku berjanji Woo. Berhenti mengabaikanku."
Wooyoung memutar bola matanya malas, ia bahkan sudah tak ingin berhubungan sex dengan San lagi, dia benar-benar tak dapat menahan nafsu gilanya itu.
Meskipun ia juga menikmati sex nya tapi tetap saja tidakkah San terlalu mengikuti nafsu gilanya, sampai dia benar-benar terus menyetubuhinya tanpa henti.
Tapi jika ia terus mengabaikan San, itu hanya akan membuatnya semakin kesal karena San yang terlalu cerewet sekarang, dia tak berhenti mengoceh sedari tadi.
"Aku mengerti, sekarang lepaskan aku."
San mulai melepaskan pelukannya, ia dapat melihat Wooyoung yang berbalik dan menatap padanya sekarang dan Wooyoung masih terlihat kesal disana.
"Ingatlah baik-baik San, jangan pernah menyukaiku atau bahkan mencintaiku."
"Dan berhentilah bersikap manja padaku."
San menatap kepergian Wooyoung disana, mengapa ia tak boleh menyukai Wooyoung, tapi jika boleh jujur ia memang mulai menyukai Wooyoung sekarang.
Itu membuatnya merasa sedih karena Wooyoung bersikap dingin padanya, entah itu karena sikapnya kemarin atau memang Wooyoung tak menyukai orang sepertinya.
"Aku akan tetap mendapatkanmu Woo."
"Karena aku hanya memilikimu sekarang dan sudah semestinya kamu harus tetap berada disampingku."
—
Wooyoung berjalan masuk kedalam salah satu gang didepan sana, entah kenapa Seonghwa memilih tempat yang sempit seperti ini, itu membuatnya sulit masuk.
Wooyoung sedikit melirik kebelakang melihat San yang masih setia mengikutinya, dia benar-benar menjadi diam setelah ia mengatakan kalimat itu.
San sadar jika Wooyoung melirik padanya barusan, ini semakin membuatnya kesal karena ia teringat ucapan Wooyoung tadi, ia bahkan tak akan menurutinya.
"Seonghwa hyung!! buka pintunya!!"
San menatap Wooyoung yang terus mengetuk-ngetuk pintu rumah seseorang bernama Seonghwa dengan kencang. Ia penasaran tentang siapa itu Seonghwa.
"Seonghwa hyung!! buk–"
"Berisik!"
Seonghwa menatap kesal pada Wooyoung yang terus mengetuk pintu rumahnya itu dengan cara yang tak wajar, ia sepertinya harus terbiasa dengan Wooyoung.
Seonghwa sedikit mengerutkan dahinya saat melihat ada orang lain disamping Wooyoung, ia dapat melihat beberapa luka memar dan bercak darah di wajahnya itu.
"Kucing barumu?"

KAMU SEDANG MEMBACA
DJANGO : Sanwoo/Woosan
Fiksi PenggemarWooyoung memungut kucing liar yang ia temui dipinggir jalan, ia menjadikannya sebagai petinju lepas untuk dapat menghasilkan uang dan San rela melakukan apapun untuk Wooyoung karena munculnya perasaan pada managernya itu. - San : Dominant Wooyoung :...