40. SEBUAH CERITA MASA LALU

577 44 134
                                    

Happy Reading ~~

Delapan bulan kemudian. . . . .

Hii, dengan Ten disini.

Gue cuma bilang makasih sama kalian semua. Makasih udah jadi temen sekaligus abang-adek gue. Makasih udah setia dan peduli sama gue selama ini. Sorry kalau gue selama ini selalu jadi Ten yang sering bikin emosi. Mungkin tingkah gue emang bar-bar, tapi ini cara gue perhatian sama kalian. Karena gue nggak akan bertingkah banyak sama orang yang nggak akrab sama gue.

Buat semua bocil-bocil didikan Doyoung sama Bang Taeyong, sorry ya kalau selama ini gue nggak bisa jadi abang yang baik buat kalian. Gue bahkan selalu ngomong kasar di depan kalian. Terutama Ecan. Sorry ya gue suka ngegas dan nyuruh lo seenak jidat. Tapi dibalik sikap gue yang keterlaluan itu, gue sebenarnya peduli sama kalian. Setiap malam gue bakal ngecek ke kamar kalian satu-persatu buat pastiin kalian semua aman dan nyenyak tidurnya. Gue bahkan nggak tega ngeliat kalian tidur kedinginan, makanya gue suka matiin kipas di kamar.

Soal Doyoung, gue nggak tau lo lagi ada masalah apa disana. Tapi gue percaya lo bisa selesein masalah itu. Semangattt. Ada kita-kita yang bisa jadi moodbooster lo ^‿^

Gue juga nggak tau buku ini bakal sampai di tangan siapa, tapi buat siapapun lo yang lagi baca ini, gue cuma mau lo tau, kalau gue sayang sama anak-anak NCT, meskipun gue aslinya stress serumah sama lo lo pada. Tapi jujur, gue nggak tau hidup gue bakalan jadi kayak gimana selepas gue pergi dari kosan.

Sekarang pesan gue cuma satu, kalau nanti kalian ketemu, jangan sebar aib ataupun ghibahin satu sama lain, okay?

Thanks.

Bekasi, 05 Mei 2023

—— Si Cakep Ten.
 

       
          
Aku menutup buku milik Bang Ten dengan pelan. Kemudian mataku menatap lurus ke arah jendela di depan meja belajarku yang kacanya sedikit terbuka. Otakku masih terus mencerna kata-kata yang laki-laki itu tulis.

Beberapa bulan yang lalu--aku lupa persis tanggalnya, tapi tepat pukul 06:06 aku kedatangan tamu, Bang Yuta. Dia mengatakan bahwa Bang Ten menitipkan sebuah buku untukku. Aku pikir itu buku pelajaran yang tertinggal di kosan. Tapi ternyata buku pribadinya. Seingatku, aku pernah membaca buku pribadinya dia saat hari terakhir aku berada di kos-kosan, tapi ku pikir yang ini berbeda.

Aku beranjak turun dari kasur, mengambil sebuah pulpen di laci meja belajarku. Kemudian membuka kembali buku itu dan menulis di halaman selanjutnya yang masih kosong.
        
         
—— Park Jisung.

Dulu aku punya 23 mainan robot yang aku simpan di dalam sebuah kardus kecil. Tapi satu-persatu menghilang. Entah hilang sendiri atau ada yang mengambil.

Tapi ini bukan tentang robot.
        
         
Aku tersenyum tipis saat membaca ulang kalimatku. Kembali menutup buku itu.

Ini sudah bulan ke-delapan sejak kami berpisah. Dan sampai saat ini rasanya aku masih terbayang-bayang dengan wajah dan tingkah mereka semua.

Bagaimana kami selalu berebut kamar mandi di pagi hari karena hendak pergi ke sekolah, kami selalu adu mulut ketika salah satu dari kami diistimewakan oleh Bang Taeyong, kami bermain gitar bersama di halaman kos-kosan di sore hari, kami menonton tv bersama, berghibah banyak hal, sampai akhirnya kami menangis bersama saat jumlah geng kami berkurang satu persatu.

Hidupku yang kemarin––selama tujuh tahun aku hidup bersama anak-anak NCT--benar-benar terasa seperti hanya mimpi belaka. Aku tidak menyangka jika akhirnya akan seperti ini, meski aku tahu bahwa di setiap pertemuan pasti ada perpisahan. Dan bagaimana pun akhirnya, aku harus tetap melanjutkan hidupku dengan semangat.

NCT [Nih Circle-nya Taeil] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang