19

840 132 9
                                    

SARANGHAE








"Jisoo.. Jisoo bangun.. Jisoo ayo pulang, Jisoo.." Seseorang mengusap kepalanya. Merasa tidurnya terusik, Jisoo membuka matanya.

Jisoo terduduk, ia menatap sekeliling dengan bingung. Terakhir yang ia ingat, ia sedang bersama Chaeyoung. Tapi malah orang lain yang kini ada di hadapannya.

"Apa aku bermimpi?" Gumam Jisoo melihat sekitar.

"Apa yang kau cari Jisoo?" Jisoo menatap lawan bicara.

"Apa tadi kau melihat Chaeng?"

Nampak kerutan dikeningnya. "Chaeng? Jisoo.. Kau hanya sedang bermimpi." Sahutnya. "Sudahlah.. Ayo pulang, appamu ada didepan."

"Appa?" Wajah Jisoo terlihat bingung.

"Iya.. Sudah ayo pulang.." Tangan Jisoo di tarik, mereka keluar dari ruangan itu. Jisoo menatap datar sang ayah kini tengah berdiri bersama beberapa guru lainnya.

Namjoon menoleh ke arah Jisoo yang kini di tarik seseorang. Namjoon tersenyum, sedangkan Jisoo nampak malas melihat wajah pria itu.

"Jisoo.. Aku pulang dulu." Jisoo menatap sekilas orang itu, lalu menatap sang appa dan juga para guru yang berdiri di hadapannya.

"Jisoo.." Panggil sang appa. "Ayo pulang bersama, appa sengaja datang menjemputmu sayang."

"Sungguh? Bukan karena panggilan pak tua itu?" Sahut Jisoo datar, jarinya menunjuk kepala sekolah dengan berani.

Namjoon terkejut mendengar ucapan tidak sopan dari mulut anaknya.

"Tidak.. Tentu saja. Appa kemari karena appa ingin menjemputmu." Sahutnya berusaha untuk tersenyum.

"Appa?" Panggilnya heran, ia mendekat disusul dua lainnya di belakangnya. Jisoo dan lainnya menoleh kearah.

Wajah datar Jisoo berubah menjadi semakin datar. Tatapan benci dan menusuk pada dia yang berani memanggil appanya dengan sebutan appa.

"Appa sedang apa appa disini? Tumben sekali."

"Appa menjemput Jisoo. Irene mau ikut?" Tanyanya pada Irene.

Irene tersenyum lebar lalu mengangguk.

Rahang Jisoo mengatup mendengar ucapan sang appa. Karena marah, Jisoo meninggalkan mereka begitu saja.

Melihat Jisoo pergi, Namjoon terkesiap. Ia salah langkah lagi.

"Jisoo.. Sayang dengarkan appa dulu, Jisoo." Namjoon menahan tangan Jisoo, terpaksa Jisoo menghentikan langkahnya.

"Jisoo.."

"Dengar. Dalam bentuk apapun aku tidak sudi berdekatan dengan dia!" Bentak Jisoo menatap sang appa. "Apalagi harus berbagi mobil. Aku tidak sudi dia memanggil appa dengan sebutan appa. Appa itu hanya appaku, dan anakmu hanya aku. Tidak ada yang boleh memanggilmu appa selain aku. hanya aku! Kenapa kau tidak mengerti juga!!" Teriak Jisoo kesel, ia menangis, nafasnya menggebu gebu tidak bisa menahan amarahnya.

"Kau appaku. Kenapa tidak bisa sekali saja kau menenangkan aku, huh?" Lirih Jisoo menatap sang ayah dengan tatapan kabur karena air mata yang terus mengalir. " Hanya kau keluargaku didunia ini.. Kenapa kau tidak mengerti aku sih appa."

"Jisoo maafkan appa nak." Wajah Namjoon terlihat penyesalan.

"Sudahlah.. Aku mau pulang sendiri." Kata Jisoo, lalu meninggalkan sang ayah. Ia menghapus air matanya kasar sembari berjalan cepat.

Sedangkan Namjoon hanya mendesah. Ia mengusap wajahnya lelah. Jisoo benar, Namjoon tidak pernah mau mengerti anaknya.

Irene hanya menatap punggung adik tirinya yang menjauh, lalu bergantian melirik sang ayah tiri yang tengah berdiri mematung ditempatnya.

SARANGHAETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang