35

394 48 12
                                    


Jennie terdiam menatap Jisoo yang kini sedang terbaring di brankarnya. Tak ada yang bisa ia lakukan selain menemani gadis itu.

Setelah suara Jisoo memanggil nama Chaeyoung beberapa jam yang lalu, Lisa memanggil dokter untuk memeriksa Jisoo kembali.

Mendengar penjelasan dokter pun membuat Jennie dan kedua temannya bernafas lega, sebab ingatan Jisoo tidak memiliki masalah yang serius. Hanya karena ia baru saja tersadar dari tidur panjangnya, ingatannya mengalami sedikit masalah. Jisoo hanya perlu tidur kembali agar ingatannya kembali ke semula.

"Jennie.." Rosie memanggil Jennie yang terdiam dengan tatapan kosongnya.

Jennie menoleh membalas tatapan Rosie.

"Sebaiknya kau istirahat di rumah. Kau pasti lelah. Kau harus istirahat, Jennie."

Jennie menghela nafas panjang. Matanya kembali pada brankar, dimana Jisoo berada. "Apa dia baik baik saja? Apa benar ingatannya baik baik saja? Bagaimana jika dia tidak mengenalku Rosie? Aku akan kehilangan dia lagi..." Lirih Jennie pilu.

"Dokter tidak mungkin salah, kan?"

"Entahlah.. Dia hanya berbicara padamu, Rosie. Dia menganggapmu sahabatnya. Dia bahkan tidak tersenyum padaku." Jennie mendesah.

Rosie tersenyum tipis, tangannya merangkul Jennie. "Semoga saja ketika Jisoo bangun nanti, dia akan mengenali kita. Sudahlah, apa kau tidak bekerja?" Rosie berusaha mengalihkan pembicaraan mereka agar Jennie tidak larut dalam pikiran buruknya.

"Untuk hari ini tidak ada yang penting yang mengharuskan aku untuk hadir, biar yang lain yang mengurus. Besok pagi aku ada pemotretan untuk majalah terbaru kami."

Rosie mengangguk. "Jika kau tak mau pulang sekarang, kau tidur saja disini. Aku harus pulang sekarang. Jika ada apa apa beritahu aku, oke."

Jennie mengangguk sekali

Sepeninggalan Rosie, Jennie bangkit dan mendekati tempat Jisoo berbaring. Jennie duduk di kursi yang ada di dekat brankar, menggenggam tangan Jisoo yang menganggur dari kabel infus.

"Chu.. Aku merindukanmu... Jangan lupakan aku Chu... Kau tahu ini menyakitkan.." Jennie tersenyum getir. Matanya menyendu menatap Jisoo. "Chu... Apa hukuman untukku belum berakhir hum? Apa kau masih terus membenciku..? Bagaimana ini, Chu... Kapan ini akan berakhir..?"

Jennie mengelus tangan Jisoo dengan ibu jarinya. Sesekali mencium tangan gadis itu.

Jennie kembali menghela nafas panjang.

Jennie membaringkan kepalanya di atas telapak tangan Jisoo, menutup matanya, mencari kenyamanan dari tangan Jisoo yang lembut.

"Aku bermimpi kalau kita bertunangan... Ku harap akan terjadi suatu hari nanti.. Cepatlah sembuh."


Jennie telah di sibukkan oleh pekerjaannya. Hari ini hari yang panjang untuknya. Bagaimana tidak, ia tidak dapat melihat wajah Jisoo karena kesibukannya. Hari sudah sore sementara pekerjaan belum juga selesai. Ia kehilangan banyak tenaganya.

Dia mengambil ponsel untuk menghubungi temannya Lisa.

"Oh, Jen? Ada apa menelfon?"

"Bagaimana keadaannya, apa dia sudah bangun?"

"Jennie, tapi aku lagi di kantor. Jika kau ingin bertanya keadaannya, kau hubungi saja Namjoon." Terdengar suara kikik dari Lisa di seberang sana.

Jennie mengerang jengkel sebelum mengakhiri panggilan itu tanpa pamitan pada Lisa.

Jennie kembali menghubungi seseorang, sampai terdengar suara khas pria dewasa.

"Kenapa?"

"Bagaimana keadaannya? Dia masih tidur?"

SARANGHAETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang