30. Libur T'lah Tiba

4.1K 328 86
                                    

Jika Hermione tidak salah ingat, pertama kali ia mendengar Lavender Brown dan Parvati Patil berteriak-teriak kegirangan karena membicarakan laki-laki adalah saat mereka masih duduk di kelas tiga. Yup, tahun ketiga di saat mereka masih berumur kira-kira 14 tahun.

Lavender dan Parvati akan duduk berhadapan di tempat tidur salah satu dari mereka, tergantung siapa yang akan bercerita saat itu. Jika Lavender yang sedang ingin curhat maka di kasurnya dan begitu juga sebaliknya. Mengingat Lavender dan Parvati menghabiskan sebagian besar waktu mereka untuk berkencan dan sebagainya, bisa dibayangkan betapa sering Hermione harus menyaksikan sepasang sahabat itu berteriak-teriak heboh di asrama mereka. Untung saja Hermione adalah seorang penyihir dan mudah baginya untuk mengasingkan diri dari suara melengking mereka dengan satu ayunan tongkat sihir saja.

Satu hal yang Hermione tidak pikirkan sebelumnya adalah kalau suatu hari nanti ia akan berada di posisi tersebut. Saat ini tepatnya kejadian itu sedang berlangsung. Hermione duduk di kasurnya bersama dengan Ginny, sedang menceritakan apa yang baru saja terjadi padanya dan Draco di tepi danau. Yup! Lengkap dengan beberapa teriakan heboh dibagian-bagian yang menurut mereka gemas.

Well setidaknya Hermione tidak pernah mengatakan kekesalannya secara langsung kepada Parvati dan Lavender, jadi jikalau mereka tahu akan kelakuan Hermione ini pun mereka tidak bisa mengatakan, "Jadi bagaimana rasa ludah sendiri, Hermione?" kepadanya.

"Oh Merlin ini gila! Ini gila!" ucap Ginny dengan perpaduan ekspresi wajah yang sumringah dan sedikit tidak percaya dengan apa yang baru saja diceritakan Hermione "Kau dan Malfoy?!!" kata Ginny kedua telapak tangannya di sisi kepalanya.

"I know, right?" balas Hermione senyum 1000 watt belum bisa lepas dari wajahnya sampai saat ini.

"For the record, aku tahu ini akan terjadi. The tension between you guys was always crazy!!"

"Okay...okay...calm down Ginny the seer," canda Hermione lalu keduanya tertawa.

Ternyata Lavender dan Parvati selama ini benar juga. Membicarakan soal laki-laki dengan sahabat perempuanmu itu menyenangkan. 

"Lalu, lalu bagaimana? Apa yang terjadi setelah ia menciummu? Apa ia memintamu menjadi pacarnya? Aww pasti romantis sekali," kata Ginny memajukan bibir bawahnya.

Namun bukannya mengiyakan Hermione justru tertawa.

"You wish! Apa yang terjadi selanjutnya benar-benar kebalikan dari kata romantis. Kami justru berdebat," ucap Hermione tapi tetap tersenyum, kontras dengan apa yang baru saja ia katakan.

Setelah hampir kehabisan napas keduanya akhirnya menarik wajah masing-masing. Dengan mata yang berbinar penuh kebahagiaan Draco dan Hermione saling bertatapan. Tak bergerak menjauh, menikmati memandang wajah yang lainnya dari jarak dekat.

Hingga akhirnya Draco memecah keheningan. "Granger kau sadar tidak kita bisa berada di posisi ini dari sebulan yang lalu kalau kau peka sedikiiiit saja," ucap Draco sembari menyentil dahi Hermione pelan.

"Aww!" pekik Hermione terkejut. Spontan ia hendak bergerak mundur namun Draco menahan pinggangnya untuk tetap diam di tempat.

"Kenapa jadi salahku?" kata Hermione tak terima.

"Jelas ini salahmu. Aku sudah memberi tanda ini dan itu tapi kau tak menunjukkan respons apapun! Aku bingung berminggu-minggu harus maju atau mundur, kau tahu?!"

"Tanda? Tanda yang mana?"

Draco berdecak. "Mengantarmu ke sana kemari, memberikan rahasia ramuan pemberian Snape padamu? Menggenggam tanganmu???!! Granger kita hampir berciuman di menara astronomi!!! Oh dear Merlin," wajah Draco menunjukkan campuran kesal, gemas, dan putus asa.

POTION [DRAMIONE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang