04. Pukulan Maut Hermione

6K 772 36
                                    


"A-aw! Aw! Hermione! Hermione!" ringis Harry.

Hermione berhenti sebentar. Ia menatap Harry tajam, tapi kemudian melanjutkan aksi kejamnya.

"Ini. Semua. Karna. Kau. Harry. James. Potter!" geramnya seraya memukul Harry di setiap kata yang ia ucapkan.

"Iya, iya, tapi salahku apa? Kau menghilang seharian datang-datang malah memukuliku," protes Harry, mengelus bagian lengan kanannya yang habis oleh Hermione.

Lagi, Hermione memandang Harry tajam. Membuat Harry menjauh sedikit, takut gadis itu akan menyerangnya lagi.

Namun Hermione justru membanting bukunya ke atas meja menimbulkan bunyi  berdebum yang lumayan besar.

Beruntung suasana di aula utama saat makan selalu gaduh, sehingga yang menyaksikan adegan ini hanyalah anak Gryffindor yang berada dekat mereka.

"Mulai minggu ini aku akan membantu guru-guru mengajar ramuan anak tahun awal bersama Malfoy," desis Hermione kesal.

"Apa?!" pekik ketiga temannya dengan ekspresi terkejut yang sama.

"Ya! Itu adalah bagian dari syarat kebebasannya dari kementerian sihir. Jika bukan karena kau Harry Potter yang membebaskannya, ini semua tidak akan terjadi padaku!" pekik Hermione namun sedikit memelankan suaranya. Mungkin dia sadar beberapa anak Ravenclaw sudah mulai terdiam hendak mendengarkan perdebatan mereka lebih jelas.

"Well, aku-aku ti...-," ucapan Harry dipotong begitu saja oleh Hermione.

"Seharusnya dari awal kau menentang kembalinya Malfoy ke Hogwarts Harry! Merlin, di dunia ini ada banyak sekolah sihir! Kenapa tidak kau lempar saja dia ke Durmstrang?!" cecar Hermione.

Harry terlihat terpukau dengan ide Hermione, merasa bodoh tidak memikirkan opsi tersebut.

"Well, y-yeah. Hal itu sama sekali tidak terpikirkan olehku," cicit Harry.

"Nah kan!" kata Hermione lagi, mengangkat kedua tangannya dramatis.

"Oke, aku minta maaf Mione," ucap Harry sembari menundukkan kepalanya. "Tapi sungguh, aku tidak tahu mereka akan menambah syaratnya seperti ini," tambah Harry berupaya membela dirinya.

Lama Hermione terdiam. Hanya memijiti kepalanya yang sekarang sudah tidak keruan peningnya.

"Tapi nyatanya mereka menambahkan syaratnya Harry. Aku harus bekerja sama dengan si angkuh Malfoy," balas Hermione sekarang sudah terlihat jaub lebih tenang dan tidak marah lagi justru terlihat putus asa.

Yang mana malah membuat Harry merasa tidak enak.

"Tolak saja Hermione, mereka tidak mungkin memaksamu jika kau memang benar-benar keberatan," kata Ron, akhirnya menyingkirkan makanannya.

"Seandainya aku bisa. Namun aku sudah terlanjur mengiyakan sebelum mengetahui kalau aku akan mengajar bersama Malfoy. Lagipula kau harus lihat bagaimana wajah Profesor McGonagall, bahkan semua Profesor hari ini. Mereka harus menutup 14 kelas, belum lagi angkatan tahun ketujuh tahun ini berlipat ganda. Aku ingin membantu," tambah Hermione, sekarang matanya mulai berkaca-kaca.

Ron mengedikkan bahunya pelan. "Aku hanya memberi saran. Malfoy itu menyebalkan dia hanya akan menyusahkanmu."

Ucapan Ron justru mendapat pukulan dari Ginny. "Kau hanya membuatnya semakin terpuruk bodoh!"

Ron menatap adik perempuan satu-satunya kesal sembari mengusap tangannya pelan.

"Apa kau mau aku pergi dan berbicara soal ini pada Profesor McGonagall atau mungkin Kingsley? Well, mungkin dia akan mau sedikit mendengarkan perkataanku," ucap Harry sembari menggaruk tengkuknya yang dapat dipastikan tidak gatal.

POTION [DRAMIONE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang