26. Tragedi Hogsmeade

2.7K 334 59
                                    

4k+ words lbh panjang dari chapt sebelumnya😳

***

Baik Hermione maupun Ginny tak ada yang bersuara sepanjang perjalanan menuju menara Gryffindor. Bahkan hingga keduanya sudah terbaring di atas kasur masing-masing, kecanggungan itu tetap dibiarkan begitu saja. Keheningan yang tidak nyaman tersebut diperparah dengan absennnya Lavender dan Parvati dari kamar. Teman sekamar mereka itu masih bergosip ria di ruang rekreasi.

Ginny yang memang tidak terkenal dengan kesabarannya akhirnya memecah keheningan. "Were you guys kissing?"

Hermione spontan bangun dari tidurnya, ia menoleh kepada Ginny. "Hah? Tidak!" pekik Hermione. "Well, I think we were going to kiss but you came...-" sambung Hermione lalu membiarkan kalimatnya menggantung.

Ginny ikut membalikkan badannya menghadap Hermione.

"Jadi aku menghancurkan momen kalian ya? Oh merlin, maafkan aku!" ucap Ginny kedua tangannya ia apit di tengah badan.

Hermione tersenyum tipis. "Noo, it's okay. I guess...-" kata Hermione ragu. "Maksudku, aku juga tidak yakin aku ingin itu terjadi. Jadi tak apa, tak perlu minta maaf. Mungkin kedatanganmu adalah signal dari semesta kalau aku tak seharusnya berciuman dengan Malfoy," jawab Hermione lalu kembali berbaring di kasurnya, menatap ke langit-langit tempat tidurnya.

Selama beberapa saat tidak ada yang berbicara di antara mereka.

"Mione," lagi, Ginny yang memulai.

"Hmm?"

"Do you like him?"

Hermione tak langsung menjawab. Ia meluangkan waktunya untuk memikirkan pertanyaan itu matang-matang. "I mean he's nice..he's funny with his dry sense of humor, he's smart we could talk about a lot of things together. He's also matured, the way he handles everything with Lana... I just...he's changed, you know."

Ginny sadar Hermione tidak menjawab pertanyaannya. Hermione hanya perlu mengatakan ya atau tidak, namun ia justru menjabarkan ini dan itu terkait apa yang menarik untuknya dari Draco. Ginny bisa merasakan Hermione sudah memiliki jawaban, namun ia belum berani mengatakannya. Hermione takut karena dengan mengaku dan menjawab ya, segalanya dapat berubah. Semuanya akan menjadi lebih nyata dan sahabatnya itu belum siap untuk itu. Jadi Ginny menahan dirinya dari mencecar Hermione.

Alih-alih Ginny membalikkan tubuhnya untuk menatap Hermione tepat di matanya lalu berkata. "Look, I believe your judgement, okay? If you say he's changed, then he is. And I just want you to be happy. So whatever happens in the future, whatever you'll decide, i believe you've thought everything through and that's what's best for you."

Sepertinya Hermione sudah mendekati tamu bulanannya karena mendengar itu saja matanya sudah kembali berkaca-kaca.

"Terima kasih Ginny. Kau memang satu-satunya sahabat perempuanku," ucap Hermione tulus dari hatinya.

Ginny tersenyum miring. "Aku tahu."

Hermione tertawa.

Merasa hari ini sudah cukup berat, Hermione membenarkan bantalnya dan menarik selimutnya hendak bersiap untuk tidur.

Hingga ia teringat sesuatu. "Oh Gin bisakah kau me...."

"..rahasiakannya dari Harry dan Ron?" potong Ginny.

Hermione memasang wajah memohonnya sambil mengangguk kecil. "Maksudku aku juga belum yakin akan bagaimana ke depannya, jadi lebih baik mereka tidak tahu dulu, bukan begitu? Nanti kalau aku sudah memutuskan sesuatu, aku sendiri yang akan menceritakannya pada mereka."

POTION [DRAMIONE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang