Bab ¹³

9.7K 746 5
                                    

°
°
°

Happy reading! Bantu Vote, Comen, follow.

"Hari ini kita pergi ke mana, Tuan?" tanya Xiao Zhan di sela sarapan paginya.

"Habiakan sarapan mu, Babby. Jangan banyak bicara." Sergah Wang Yibo. Dia hanya tidak ingin kekasih cantiknya ini tersedak nantinya.

Selepas sarapan, Wang Yibo membawa Xiao Zhan berkeliling danau menggunakan mobil mewahnya.

Xiao Zhan tertawa bahagia, berdiri sembari melebarkan kedua lengannya. Menikmati desiran angin yang menyapu wajahnya.

"Tuan!! Aku sangat bahagia hari ini!!" Teriaknya.

Sedang Wang Yibo hanya tersenyum sembari menggeleng gemas. Tak lama Wang Yibo menghentikan mobilnya di sebuah pinggiran dermaga. Lalu mengajak Xiao Zhan turun dan berjalan menuju ke arah dermaga kayu di saja.

Xiao Zhan tak henti tersenyum, tanpa menyadari tatapan kagum pria dingin di sebelahnya.

Wang Yibo mengambil sebuah kotak persegi panjang kecil di dekatnya. Memberikan benda itu untuk Xiao Zhan.

"Apa ini?" Tanya Xiao Zhan. Membuka bungkusan kotak persegi itu.

Sebuah kaleng makanan yang masih nampak tertutup rapat.

"Tuan, bukankah kita sudah sarapan? Kenapa memberikan aku makanan lagi?" Polosnya.

Wang Yibo mendengus pasrah, "Bukalah."

Xiao Zhan membuka penutup kaleng itu. "Kerang? Aku tidak suka makanan mentah, Tuan."

"Siapa yang menyuruhmu makan? Buka kerang itu."

"Tidak mau! Aku tidak mau menyakiti binatang."

Wang Yibo merolling bola matanya. Mengambil kerang segar di tangan Xiao Zhan. Lalu membuka cangkangnya dan membuka daging kerang segar itu, yang kini menampakkan mutiara hitam keluar dari dalamnya.

Xiao Zhan membuka mulutnya takjub. Dia baru sadar jika Wang Yibo saat ini tengah memberikan kejutan untuknya.

Yibo beralih mengambil kotak kecil di samping kaleng berisikan kerang tadi. Membukanya dan mengambil sebuah kalung berlian putih, berliontinkan sangkar berbentuk diamond. Kemudian membuka sangkar itu dan memasukkan mutiara hitam tadi ke dalamnya.

"Babby, kau tau .. mutiara hitam ini gambaran dari diriku, duniaku yang penuh dengan kegelapan. Dan aku ingin, kau menyimpannya di dalam sangkar ini, yang ku ibaratkan sebagai hati mu." Memasangkan kalung tersebut ke leher Xiao Zhan.

Xiao Zhan tak bisa menahan rasa harunya. Dia menangis dan memeluk erat tubuh Wang Yibo.

"Aku akan menyimpannya di dalam hatiku, Tuan. Selamanya .. sampai tiba saatnya nanti kau akan mengetahui siapa diriku." Gumam dalam hati Xiao Zhan di akhir kalimatnya.

Baru kali ini Wang Yibo merasakan kebahagiaan yang sebenarnya. Kebahagiaan yang selama ini tak pernah ia rasakan, mencintai dan mendapatkan balasan cinta tulus dari sang kekasih.

"Kenapa kau menangis, hm?" Yibo mengusap lembut air mata Xiao Zhan menggunakan ujung ibu jarinya.

"Aku terlalu bahagia, Tuan ..."

"Ingat Babby, aku tidak akan membiarkan air mata berharga mu terbuat sia-sia."

"Tuan .." Xiao Zhan semakin menangis sesenggukan. Memeluk erat tubuh Wang Yibo, seolah begitu takut untuk kehilangan pria tersebut.

Wang Yibo sedikit bingung dengan reaksi berlebihan Xiao Zhan. "Babby, sebaiknya kita kembali. Kau butuh istirahat." ujarnya lembut.

Xiao Zhan mengangguk lemah, kemudian mereka bergegas pergi dari sana dan kembali ke villa.

.
.
.


Keesokan harinya, selepas Xiao Zhan bangun dari tidurnya, dia tidak mendapati keberadaan Wang Yibo. Sedikit merasa aneh, namun Xiao Zhan tidak ingin berpikiran negatif. Dia mencoba bertanya pada maid di sana.

"Bi, apa kau melihat Tuan Yibo?"

"Maaf, Tuan. Tuan Yibo sudah kembali ke China pagi-pagi sekali. Dan beliau menyuruh saya untuk menunggu Anda." Seorang pengawal menjawab pertanyaan Xiao Zhan.

"Dia tidak berpesan apapun?" tanya Xiao Zhan lagi.

"Tidak, Tuan." Sahut pengawal itu, sembari menundukkan kepalanya.

Xiao Zhan terdiam sendu.
"Kenapa dia meninggalkan aku?"

"Baiklah, aku akan segera berkemas. Lagipula untuk apa aku di sini." Xiao Zhan berucap miris. Melangkah tanpa semangat menuju ke ruang kamarnya, lalu mengemasi barang-barangnya.

Xiao Zhan tersenyum tipis, memegang liontin mutiara hitam yang tergantung di kalungnya.
"Kenapa aku merasa jika benda ini tanda perpisahan kita."

.
.

Sesampainya di mansion Wang. Xiao Zhan lagi-lagi tak menemukan keberadaan pria itu. Bahkan nomor ponsel Wang Yibo pun tak dapat dia hubungi.

Hari berganti Minggu, dan Minggu berganti bulan. Genap satu bulan Wang Yibo tak ada kabar. Xiao Zhan merasa hilang kesabaran, dia memutuskan untuk mencari keberadaan pria itu.

Pertama Xiao Zhan menemui Wang Zhuocheng. Pria itu juga sangat sulit untuk dia temui akhir-akhir ini. Sebenarnya apa yang tidak Xiao Zhan ketahui di sini?

Merasa geram karena ponsel Wang Zhuocheng tidak bisa dihubungi, Xiao Zhan mendatangi tempat tinggal pria tersebut.

Wang Zhuocheng yang tengah sibuk di dalam ruang kerja pribadinya terkejut saat tiba-tiba saja Xiao Zhan masuk tanpa permisi.

"Xiao Zhan --"

"Katakan padaku! Apa yang sedang kalian sembunyikan dariku?!" Emosi Xiao Zhan menggebu. Dia mengambil langkah lebar mendekati Wang Zhuocheng.

"Xiao Zhan, aku bisa menjelaskannya --"

"Cepat katakan, Kak! Apa yang sebenarnya terjadi?! Kenapa kalian semua menghindari ku?" Xiao Zhan mulai terisak frustasi.

"Tuan Yibo juga tidak pernah menghubungiku lagi, selama satu bulan ini. Hik ... hik ... aku ingin bertemu dengannya." Xiao Zhan terduduk, menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangan.

Wang Zhuocheng bergegas mendekati tubuh bergetar Xiao Zhan, lalu memeluk tubuh pemuda itu. "Kemarilah, aku bisa menjelaskan semuanya." Membawa Xiao Zhan duduk di atas sofa.

Merasa keadaan Xiao Zhan sedikit tenang, Wang Zhuocheng memberikan minum untuk pemuda itu.

"Bisa kau ceritakan sekarang?" lirih Xiao Zhan.

Wang Zhuocheng mengangguk pelan, menarik napas dalam lalu menghembusnya sebelum kemudian bercerita.

"Aku rasa Wang Yibo sudah mulai mencurigai mu, Xiao Zhan."

Xiao Zhan mendongakkan wajahnya syok. "Tapi kenapa dia tidak marah padaku?"

Wang Zhuocheng menggeleng, "Mungkin dia tidak ingin menyakiti perasaanmu."

Xiao Zhan kembali menitikkan air matanya. "Ini semua salahku. Aku harus menemui tuan Wang sekarang juga. Bisa antarkan aku menemuinya?" tanya Xiao Zhan penuh harap.

"Sebaiknya jangan, Xiao Zhan. Kau tidak tahu bagaimana Wang Yibo jika sudah dalam keadaan marah. Dia bisa melenyapkan siapapun. Aku tidak ingin kau terluka."

Xiao Zhan menggeleng cepat. "Ada yang ingin aku beritahukan padanya."

Wang Zhuocheng menggerutkan keningnya tak mengerti.

Xiao Zhan mengeluarkan benda pipih dari dalam saku celananya. Memperlihatkan benda itu kepada Wang Zhuocheng. "Aku hamil."

TWINS [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang