Aku Harus Bagaimana?

442 55 125
                                    

🦋🦋🦋

.
.
.
.
.

Semenjak kejadian itu, Ailee tak pernah lagi menghubungi Jimin. Dia terus menghindar dan tak mau di temui. Hal itu tentu membuat Jimin merasa begitu frustasi.

Jimin sudah ke sana kemari mencari Ailee tetapi tak kunjung bisa ditemui juga hingga kini. Hubungan mereka tidak jelas apakah masih bertahan atau sudah berakhir, tidak tahu. Semuanya masih abu-abu.

Jimin ingin sekali menjelaskan pada Ailee jika dia tak pernah berniat bermain di belakang Ailee. Tak pernah sekali pun. Namun, apa yang Ailee lihat tanpa penjelasan dari Jimin dan Jimin pun seolah menutupinya juga jadi semakin membuat Ailee berpikir jika Jimin memang sudah mencuranginya.

"Ailee.. Sayang.. Kau dimana? Kenapa jadi menghilang begini, sih? Setidaknya kau dengar dulu penjelasanku."

Jimin sedang berada di depan pintu apartemen Ailee. Dia sudah menunggu setengah hari di sana tetapi tak kunjung menemukan batang hidung kekasihnya itu.

Banyak orang berlalu lalang karena apartemen Ailee ini bukan unit apartemen mewah sehingga di satu lantai akan bertemu banyak penghuni tetapi Jimin tak peduli.

Entah orang-orang akan mengenalinya atau tidak, dia sungguh tak peduli. Dan tiba-tiba saja seorang wanita paruh baya datang menghampiri Jimin lalu mengajaknya bicara.

"Kenapa kau duduk di depan pintu begini? Sedang menunggu Ailee, ya?"

Jimin mengangkat kepalanya dan berpandangan dengan wanita tersebut, "Tidak apa, Bibi. Ya, aku menunggu Ailee. Mungkin sebentar lagi dia akan pulang."

Wanita paruh baya itu ikut duduk lalu mengamati wajah Jimin yang sedang tertutup masker dan memakai topi di kepalanya juga.

"Kau siapanya Ailee memangnya?"

"Aku temannya, Bibi. Ada hal penting yang harus kubicarakan padanya jadi aku akan menunggu saja sampai dia pulang," jawab Jimin sekenanya.

"Kenapa tidak meneleponnya saja? Lagipula jika kau temannya kenapa kau tidak tau jika Ailee sudah pindah?"

Jimin sungguh terkejut mendengar kenyataan jika Ailee sudah pindah entah sejak kapan. Jimin kesulitan menghubungi Ailee karena ponsel Ailee sendiri berada di tangan Jimin.

"Pi-pindah?"

"Dua hari lalu dia membawa banyak barang lalu mengatakan padaku jika dia hendak berpamitan karena dia akan pindah tempat tinggal," jawab wanita tersebut.

Detak jantung Jimin semakin cepat, dia sungguh tak menyangka jika Ailee seniat itu untuk menjauh darinya. Jika Jimin tak salah menebak, ini bukan hanya perkara Jimin memarahinya karena membuang sampah kemarin.

Tapi, pasti ada hal lain yang mendasarinya berbuat demikian yang Jimin sendiri belum bisa memastikan apa itu. Entah karena Ailee telah salah paham tentang pertemuannya dengan Daeyoung atau ada hal lain lagi, Jimin tidak tahu.

"Apa Bibi tau dia pindah kemana?" tanya Jimin penuh harap.

"Tidak. Dia tidak mengatakannya dan aku pun tidak bertanya."

Jimin mengepalkan tangannya lalu menyentak-nyentakkan kepalan itu pada dahinya sendiri merutuki kebodohannya yang telah lengah sehingga Ailee bisa menghilang begitu saja tanpa ia tau ke mana perginya dan kemana ia harus mencarinya.

MY BOYFRIEND IS MY BIASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang