Kidung Nestapa

519 57 35
                                    

🦋🦋🦋


.
.
.
.
.

Aera pergi dari apartemennya membawa barang-barang yang menurutnya penting seperti kartu identitas dan pasportnya. Bersama Daniel, Aera pulang ke rumah Ayahnya. Tetapi Daniel hanya mengantar saja dan segera pulang setelahnya.

Aera masuk dalam sebuah bangunan mewah 6 lantai yang megah dan mewah di kawasan perumahan elit di Seoul. Aera berjalan dengan cepat ketika dia sudah memasuki rumah lalu berlari ketika dia sudah melihat sosok Ayahnya yang sedang menikmati kopi panasnya di ruang kerjanya.

"Ayah.." sapa Aera.

Aera berjalan mendekat lalu memeluk Ayahnya. Seojoon yang sedang duduk di kursi kerjanya itu sedikit terdorong karena Aera menaiki kedua kakinya dan duduk di atas paha Ayahnya. Beruntung kopi panas tadi sudah ia letakkan di atas meja terlebih dahulu.

"Ayah.."

Aera mulai terisak. Dia memeluk leher Seojoon begitu erat, menumpahkan semua rasa sedih dan sesak dalam dadanya. Aera menangis sejadi-jadinya tanpa rasa malu sedikit pun karena dia sudah dewasa sekarang.

Seojoon menepuk-nepuk punggung Aera lalu mengusapnya juga. Sudah setahun ini putrinya itu tidak pernah pulang lalu ketika ia pulang dalam kondisi seperti ini. Wajah bengkak karena menangis lalu tubuhnya kurus dari biasanya kemudian pelipisnya yang terdapat perban yang menempel di sana.

"Tidak apa-apa. Kau sudah pulang, kau sudah bersama Ayah. Tidak apa-apa," ucap Seo siang n menenangkan Aera.

Aera memejamkan matanya, dia masih memeluk ayahnya tetapi wajahnya itu ia sembunyikan dalam ceruk leher Seojoon. Tangisannya terhenti saat mendengar suara seseorang masuk ke dalam ruangan ayahnya.

"Ara.. Kau sudah pulang?"

Dia Nam Yuri, wanita paruh baya tetapi masih terlihat awet muda yang merupakan ibu sambung Aera. Selama pernikahannya dengan Seojoon mereka tidak memiliki seorang anak. Aera adalah anak tirinya satu-satunya yang ia anggap sebagai putrinya sendiri tetapi sampai saat ini Aera belum bisa menerima kehadiran Yuri.

Yuri mendekat pada Aera dan Seojoon, ia mencoba mengelus kepala Aera tetapi Aera semakin mengeratkan pelukkannya pada Seojoon. Hal itu membuat Seojoon melirik Yuri dan memberi isyarat padanya untuk tidak melakukan itu.

Dengan berat hati Yuri pun menjauh lalu duduk di kursi lain tetapi tidak jauh dari suami dan anak tirinya itu.

"Ayah, ada yang ingin ku bicarakan padamu. Tapi bisakah kau suruh dia keluar dulu? Aku hanya ingin bicara berdua saja denganmu," pinta Aera.

Sebelum Seojoon menyuruhnya keluar, Yuri lebih dulu bangkit berdiri.

"Ya, tentu saja. Aku akan keluar, kalian bicara lah. Kalian sudah lama tidak bertemu. Pasti banyak sekali yang akan kalian bicarakan," ucap Yuri.

Yuri beranjak dari ruangan kerja suaminya. Dan setelah Yuri menutup pintu dari luar, Seojoon menjauhkan jarak wajahnya dan putrinya. Dia dapat melihat keadaan putrinya yang sangat kacau. Dari penampilannya saja Seojoon sudah dapat menebak sesakit apa hati putrinya itu.

"Apa sesuatu yang buruk telah terjadi?" tanya Seojoon.

Aera mengangguk dengan lemah, sedikit malu karena sudah keras kepala ingin hidup mandiri tapi kini dia datang sendiri pada Ayahnya dengan keadaan yang seperti ini. Dia berusaha menghentikan tangisnya dan mengumpulkan keberaniannya untuk menceritakan semuanya pada Seojoon.

MY BOYFRIEND IS MY BIASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang