Chapter 7

1.4K 192 30
                                    

"Hiks memangnya, hiks a-aku tak seberguna apa? Hiks" tangisnya terdengar lirih, sambil menyikat pakaian kotor ia menangis meluapkan rasa sedih dan sakit hati yang ia rasakan.

Setelah mengatakan kalimat menyakitkan Sasuke langsung keluar dari kamar dan membiarkannya tenggelam dalam setiap kata yang diberikan suaminya tersebut.

Sakura tak bohong, ia begitu sakit hati. Bahkan tadi sempat sesak napas karena menahan tangisnya agar tidak didengar orang lain.

Menikah dengan Sasuke memanglah keinginan mereka bersama, ia tak ingin meninggalkan Sasuke begitu juga sebaliknya, selain karena menyayangi suaminya, ia juga menghargai janji suci pernikahan mereka, sesulit masalah apapun yang dihadapi ia berusaha keras agar bisa melewatinya.

Lagi, alasan lainnya karena orangtuanya begitu bahagia saat tahu ia menikah dengan pria baik dan mapan yang mampu membawa putri mereka ke kehidupan yang lebih baik.

Dan alasan yang paling utama adalah anak yang dikandungnya ini, ia begitu menyayangi bayinya dan tak ingin bayi tersebut kehilangan sosok ayah.

"Sakura apa yang kau lakukan nak?"

Sakura segera menghapus air matanya, dan berbalik pada nenek Chiyo. "Ya nenek, aku sedang mencuci pakaianku"

"Sudah, biar nenek saja. Ini sudah malam, tidak baik untuk kesehatanmu"

Memberikan senyumnya agar wanita tersebut tidak khawatir. "Tak apa nek"

"Kalau begitu cuci saja pakai mesin kenapa harus pakai tangan?"

Menggeleng lagi, bukan tanpa alasan. Ia tahu betapa Mikoto sangat tidak menyukai jika ia mencuci pakaiannya menggunakan mesin, makanya selelah apapun ia selalu mencuci dengan tangan, tak ingin ada perdebatan kecil hanya karena mencuci pakaian.

"Sudah nenek tenang saja, lagipula pakaian kotornya tersisa sedikit, tidak banyak kok"

"Hmm kau memang keras kepala" gumam nenek Chiyo, meski begitu tatapan cemasnya kentara sekali. "Nenek akan membuatkan minuman hangat untukmu ya, jangan terlalu lama berada di disini cepat selesaikan jika kau lama nenek yang akan mengambil alih cucianmu"

Sakura tertawa lebar menampilkan giginya yang rapih dan putih, merasa lucu dengan ancaman nenek Chiyo padahal wanita itu memang sedang tidak bercanda. "Iya-iya nenek jangan marah"

.

.

.

Merasa tubuhnya hangat dan lebih enakan ketika menghabiskan minuman hangat buatan nenek Chiyo, padahal tadi pinggangnya lumayan terasa pegal dan sekarang lumayan terasa enak. Di minuman buatan nenek Chiyo terdapat beberapa tumbuhan yang Sakura rasa itu adalah minuman herbal, nenek Chiyo memang pandai dalam hal-hal seperti itu. Pasti jika ia berada di rumah ibunya, mereka akan membuatkan ramuan herbal, membahas ibunya ia jadi merindukan kedua orangtuanya.

Memelankan langkahnya, ia berhenti tepat di depan pintu kamarnya bersama Sasuke, sambil mengatur napas ia berusaha memasang ekpresi baik-baik saja seolah tak terjadi sesuatu di antara mereka berdua. Ya walaupun ia membutuhkan kata maaf dari mulut suaminya tapi itu tak mungkin. Sudahlah, lupakan saja kejadian tak mengenakan itu.

Menggelengkan kepalanya, ia memutar knop pintu kamar. Kernyitan tergambar di jidatnya, dan sekali lagi mengecek pintu tersebut memanglah pintu kamar mereka.

"Terkunci?" Gumamnya pelan. "Apa Sasuke-kun lupa jika aku belum masuk?"

Menghembuskan napasnya, Sakura bersiap mengeluarkan suara namun niatnya segera ia urungkan, pasti suaminya sudah tertidur karena lelah bekerja. "Aku tak boleh mengganggu tidurnya, dia pasti kelelahan karena bekerja seharian"

The Arrogant Uchiha FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang