Chapter 10

1.5K 210 29
                                    

Memperhatikan meja makan yang hanya tersedia susu untuk ibu hamil, Sakura melamun namun pipinya basah dengan air mata. Semenjak Sasuke pergi ia duduk disitu dan hanya menatap susunya tanpa ada niatan akan meminumnya. Ia bahkan belum makan dan memasak makan malam karena rasanya akan sia-sia, suaminya juga memilih makan diluar.

Isi kepalanya tengah berisik dengan permasalahan yang dialami belakangan ini, tentang Sasuke dan hubungan pernikahan mereka yang masih seumuran jagung.

"Hiks apa yang harus mama lakukan, sayang?" Dia bertanya pada perutnya sambil memberikan elusan lembut. Ia membenci sifat buruk Sasuke tapi rasanya sulit membenci pria itu, terlalu mencintai hingga mampu membuatnya buta.

Menenggelamkan kepalanya di meja makan tersebut, jujur ia merasa lapar tapi hanya sekedar untuk makan sesuap nasi saja rasanya tidak menyenangkan saat banyak pikiran di dalam kepala menuntut mencari jalan keluar permasalahan yang dihadapi.

"A-aku hiks aku tak tahu harus melakukan apa, bahkan berbicara kepada seseorang pun rasanya sulit jika harus menjelaskan posisiku sekarang,
Karena mereka pasti tidak akan mengerti hiks aku juga tidak ingin seperti ini, aku menginginkan suami dan ayah yang baik untukku dan anak-anakku, ku pikir Sasuke memanglah baik hiks hanya saja dia tidak mengerti jika apa yang dia lakukan itu melukai hiks hatiku" tangisan sendunya menjadi lagu sedih yang mengisi kesunyian dapur tersebut, khayalan keluarga indah seperti kaset rusak yang mulai menghilang di dalam kepala, ekspetasinya melenceng dari apa yang harusnya ia harapkan.

"Hiks a-aku tahu Sasuke-kun pasti tidak bermaksud jahat padaku" akhirnya daripada mengeluarkan kata-kata menyudutkan suaminya, ia tetap menggunakan kata yang memaklumi setiap perbuatan Sasuke.

"Ughh Huekk" tangannya cepat membungkam mulutnya sambil berlari menuju wastafel. Jarang sekali ia merasa mual, mungkin saja karena ia melupakan makan malam. "Huekk" dan kembali memuntahkan isi perutnya yang kosong.

Rasa lemah seketika menghampirinya, ia tak bisa menahan tubuhnya karena kakinya terasa lemas, sekuat tenaga memegang kran air agar ia tidak terjatuh ke lantai.

"Huekk" kembali memuntahkan isi perutnya, kali ini ia tak bisa lagi menahan tubuhnya yang terasa lemas.

"Sakura kau kenapa?"

Sebelum menyentuh lantai, ia merasakan tangan seseorang lebih dulu mendekap tubuhnya. Nada penuh kekhawatiran mengisi pendengaran wanita tersebut, dengan mata sayu hampir tertutup ia masih bisa melihat wajah tersebut.

"Hiks a-aku tahu dugaanku tidak pernah salah" gumamnya pelan.

.

.

.

Membawa tubuh Sakura yang lemah itu ke ruang keluarga, dan menidurkannya di sofa. Lalu ke dapur mengambil alat makan dan air mineral, setelah semuanya sudah diambil dia kembali ke ruang dimana wanita berambut pink itu berada.

Menarik napas panjang lalu mengacak rambutnya melihat keadaan Sakura, bahkan sempat tersenyum dengan wajah lemah.

"Kenapa kau belum makan?" Tanya Sasuke nadanya terdengar sinis, dia jelas tahu jika istrinya mempunyai riwayat penyakit maag, meski tidak terlalu parah tapi jika mengabaikan jam makan tetap saja akan kambuh.

"Maaf" hanya itu yang bisa Sakura katakan.

"Ck" mengambil piring yang sudah diisi makanan, ia mengambil sesendok makanan dan menyuapi istrinya. "Buka mulutmu"

Sakura menerima suapan tersebut sambil tersenyum kecil, dilihat dari wajah suaminya memang masih marah padanya dan ia berusaha mengabaikan tatapan tersebut. "Sasuke-kun membelikan makan malam untukku juga ya?"

The Arrogant Uchiha FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang