Chapter 12

1.6K 228 48
                                    

"Sasuke-kun boleh aku hm" ucapannya seperti orang gagap yang tersendat-sendat. Bingung harus memulai kata dari mana.

"Katakan"

Ucapan Sakura terpotong sambil memainkan jari ia mencari kata-kata yang tepat untuk suaminya, ia hanya takut jika Sasuke tidak menyetujuinya, tapi jika pergi tanpa memberitahu pria itu akan jadi masalah.

"Aku ingin ke rumah orangtuaku, apa boleh?" Sebenarnya Sakura ingin meminta ijin dari beberapa hari yang lalu tapi baru kesampaian ia mengatakannya.

Ibunya memang sering menelpon beberapa hari ini dan mengatakan jika merindukannya, jadi ia ingin pergi ke rumah orangtuanya walau tidak menginap ia bisa pergi dari pagi lalu pulang sore, lagipula perjalanan menuju ke rumah orangtuanya tidak memakan banyak waktu, ia hanya perlu ke stasiun dan naik kereta untuk pergi ke daerah pedesaan tempat tinggal orangtuanya, kurang lebih dua jam dengan menggunakan kereta listrik.

Ia juga bisa memakan jagung buatan ibunya yang akhir-akhir ini terlintas di pikirannya.

"Untuk apa, kau tak nyaman sendirian di rumah saja?"

Sakura menggeleng cepat sambil melambaikan tangannya, "ti-tidak Sasuke-kun, aku hanya em merindukan ayah dan ibuku saja, tapi jika Sasuke-kun tidak mengijinkanku pergi tidak apa"

Pria itu tak menjawab melainkan mengecek jam tangannya, ini masih terlalu pagi memang jika harus pergi bekerja.

"Baiklah, tapi tidak menginap. Aku tidak bisa tidur jika kau tidak ada di rumah"

Sakura jelas tahu itu, semenjak mereka menikah suaminya tidak bisa tidur jika  dia tidak berada dalam satu atap bersama Sasuke, walau mereka beberapa kali bertengkar dan tidur terpisah tetap saja kebiasaan suaminya tidak berubah, selagi Sakura masih dalam jangkauan dia merasa aman-aman saja dalam tidur.

"Hm iya, terima kasih banyak Sasuke-kun"

"Hn ambil barang-barangmu, aku akan mengantarmu ke stasiun, kau bisa naik kereta listrik. Tapi jangan pulang malam "

Mengangguk patuh dengan semangat 45, Sakura segera mengambil jaket dan beberapa barang pentingnya. Ia tidak sabar untuk bertemu dengan kedua orangtuanya sambil membagi cerita tentang hal-hal baik yang sudah ia saring sedemikian rupa agar tidak menimbulkan pikiran negatif dari orangtuanya.

.

.

.

Tawa natural yang nyata tanpa dibuat-buat itu keluar dari mulut Sakura dan bersatu dengan udara, orang yang melihatnya pasti akan terpana sekaligus bahagia.

Begitu pun dengan Sakura yang merasa lega ketika ia bisa tertawa tanpa perlu mengkhawatirkan ada yang melarang melakukan hal tersebut. Jika di depan orangtuanya ini ia bisa melakukan semuanya bebas seolah tanpa ada beban.

Ia masih tertawa mendengar cerita ibunya tentang ayahnya yang tak sengaja menginjak kotoran sapi di kebun lalu hampir memotong sapi tersebut padahal sapi itu tidak bersalah sama sekali, bahkan sapi tersebut mengeluarkan suara "Moouuuuu" nya dengan keras saat ayahnya sedang mengoceh kesal.

Cerita tersebut tentu mengocok perutnya hingga tak bisa menahan tawa, bahkan beberapa pembeli jagung bakar dagangan ibunya ikut tertawa hanya karena tawa Sakura ketimbang cerita itu.

"Minum dulu, ludahmu akan kering jika terus tertawa"

Menerima gelas berisi air dan langsung meminumnya. "Ibu kenapa tidak cerita saat menelponku beberapa hari terakhir?" Tanya Sakura sambil menghapus air matanya karena tawa.

"Tidak asik jika di telpon, kau tidak bisa melihat ibu memperagakan gaya ayahmu"

"Hahaha.. ibu benar, sampai sekarang pun aku masih ingin tertawa"

The Arrogant Uchiha FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang