Chapter 21

1.7K 242 39
                                    

Semua masalah yang ada seolah menghilang hanya karena satu kata tersebut, "cerai". Sasuke merasakannya, kelegaan karena tidak lagi membekap Sakura dalam hubungan rumah tangga ini. Ia harusnya melalukan ini sejak dulu, agar Sakura bisa lega dan tidak terjebak bersamanya.

Tapi, disaat kelegaan berdatangan karena mampu mengeluarkan orang tersayangnya dari kungkungan tersebut, ia merasa sesuatu yang berat menimpa dadanya. Rasa sakit tiada tara seperti berton-ton tumpukan terasa jelas. Tidak pernah menyangka ini akan terjadi, ia seperti orang yang akan kehilangan kewarasan. Tubuhnya bergetar gila, air matanya mengalir deras.

Ini menyakitkan disaat ia merasa lega, ini membuatnya kesusahan bernapas. Ini sungguh-sungguh menyiksanya. Apalagi saat tangan putih tersebut dengan lihai menandatangani surat cerai, terus berputar di kepalanya.

Air mata sialan, terus mengalir tanpa ampun. Tidakkah memberinya jeda, ia seorang Uchiha, kenapa harus menangis seperti ini. Meratapi nasibnya yang menyedihkan.

Tatapan buramnya mengarah ke setiap sudut rumah yang terasa sangat dingin dan hampa, Sakuranya yang selalu menanyakan keadaannya dengan nada lembut dan tatapan sayang, namun selalu ia jawab menggunakan nada ketus entah pergi kemana.

Sakuranya keluar dalam diam, hanya sekedar menandatangani surat cerai lalu melengos dan pergi tanpa kata. Ingin sekali protes, tapi bukan lagi haknya.

Semua terjadi begitu cepat, Sakura memintanya cerai kemarin malam. Malam itu juga ia kembali ke kota, dan mengurus semuanya sampai pagi. Siangnya, Sakura datang dan langsung dihidangkan surat cerai yang sangat wanita itu inginkan, hanya tanda tangan gerakan kecil yang berdampak besar dan buruk baginya.

Wanita kesayangannya lalu pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Dan ia tak bisa berkata-kata lagi, terdiam dalam ruangan ini. Matanya seperti zombie karena tidak tidur semalaman, menyentuh makanan pun tidak. Sakura mampu mengobrak-abrik dunianya, tapi ini bukan salah wanita itu, melainkan salahnya sendiri.

Entah sudah ke berapa kali mengumpati dirinya sendiri.

Semua kenangan saat masih menjalin hubungan sepasang kekasih, berputar di kepala. Bukan seperti cerita yang selalu ditayangkan di tv, melainkan seperti kaset rusak. Terputar acak bersamaan dengan kejadian yang tidak ia inginkan. Ia benci mengakuinya, tapi memang benar ingatan itu tergambar jelas bagaimana ia sering memperlakukan Sakura degan buruk.

"Sakura ke-napa tidak kau pukul saja aku saat aku memperlakukanmu dengan buruk" gumamnya lirih dengan nada bicara yang terdengar menyakitkan. Tanpa sadar, perlahan-lahan matanya tertutup, rasa kantuk dan lelah menyerang secara bersamaan.

.

.

.

Dia terbangun ketika mendengar suara berisik mengusik pendengarannya. Menyesuaikan pencahayaan lampu yang tidak ia matikan sejak awal, ia mengucek matanya sambil menegakkan tubuhnya yang tadi bersandar di sofa.

Terasa aneh, namun saat ingatan beberapa jam yang lalu kembali menghampiri membuat tubuhnya lemah lagi, ia pikir jika itu hanyalah segelintir mimpi buruk. "Ternyata memang terjadi" gumamnya sambil melirik surat cerai yang masih seperti tadi.

BRUKKK...

Sasuke terkejut ketika mendengar suara benda jatuh, dan lebih terkejut lagi mendapati orang yang sangat mengganggu kepalanya kini sedang sibuk mengangkat barangnya yang jatuh itu.

"Sa-sakura"

"Ah Sasuke, maaf mengganggu tidurmu aku datang mengambil beberapa barangku, em aku juga masuk tidak mengetuk pintu terlebih dahulu karena kau tidak menguncinya" ucap Sakura sambil tersenyum manis.

The Arrogant Uchiha FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang