S2. 28

15.1K 688 41
                                    

Nara makan dengan mereka, keluarganya Adrian, Mira dan Akbar. Nara menatap Akbar yang tidak makan dan masih menatapnya. Nara melihat Akbar dengan datar, lalu Nara kembali melanjutkan makannya tanpa memperdulikan Akbar. Mira dan Adrian hanya saling tatap melihat interaksi keluarga ini semakin ruyam saja.

"Nar, sorry." Ucap Akbar.

Terlepas dari masalah Alvaro yang sudah berjanji pada Nara untuk tidak mengganggu kehidupan Nara, tetap saja Nara tidak terima dengan apa yang dilakukan Alvaro apa lagi Alvaro sudah menyetubuhinya. Kenapa semakin buruk saja nasibnya, ternyata Alvaro tetap sama brengseknya setelah memakainya dengan puas dia pergi begitu saja hanya dengan berbekal kata MAAF.

Semenjak Mira tau semua kelakuan Akbar pada Karin, Mira marah besar dan sampai menampar Akbar bahkan tidak mau bertemu dengan Akbar beberapa hari dan mendiami suaminya yang juga ikut menyembunyikan semuanya. Namun akhirnya Mira memaafkan Akbar dan meminta Akbar segera menikah dengan Karin yang ternyata juga memaafkan sikap buruk Akbar dan mau menerima Akbar meski kesalahan Akbar tidak termaafkan.

"Kenapa lo minta maaf?" Tanya Nara tanpa menatap Akbar.

"Sorry buat semuanya." Ucap Akbar.

Nara diam tidak menjawab tidak tau bagaimana dia bisa memaafkan Akbar atau tidak. Kesalahan Akbar membuat hidupnya semakin sulit, tapi Akbar juga waktu itu dalam keadaan diancam oleh Alvaro. Sekarang Nara tidak tau harus berbuat apa, semuanya sudah hilang karena Alvaro tidak ada yang tersisa.

Nara meletakkan sendoknya dan berdiri. "Nara udah kenyang, Nara ke kamar dulu." Nara langsung pergi menujuh kamarnya. Nara mendesah lalu membanting tubuhnya dikasur sambil menatap langit kamar, benarkah hidupnya yang rumit sudah berakhir seperti ini, tapi kenapa berakhir dengan dirinya yang tidak perawan.

Nara mengambil ponselnya dan melihat semua isi galerynya, Nara melihat foto dirinya yang dulu, sejak masalah hidupnya dimulai Nara tidak pernah berfoto sekalipun. Nara melihat foto dirinya yang dulu sangat ceria membuat Nara menginginkan kehidupannya yang dulu dari pada yang sekarang. Nara mendesah lalu memeluk guling dan meratapi nasibnya yang sekarang.

Dertt!! Dertt!!

Ponsel Nara bergertar membuat Nara mengintip ponselnya dari sela guling dan membuka isi pesan yang masuk. Nara menyingkirkan gulingnya ketika Dafa mengirimkan pesan padanya membuat Nara heran kenapa Dafa tidak mengirimnya melalui WhatsApp saja. Nara membuka ponselnya dan membaca pesan Dafa.

Dafa

Nar, ketemuan yuk gue kangen. Gue gak punya paketan buat WA lo.
Gue tau lo gak ada pulsa buat bales, cepet datang ke cafe ini ya. Cafe xxxx.

Tanpa membalas Nara bangun dan menuju walk in closed untuk berganti pakaian, setelah berganti pakaian sederhana Nara memakai topi hitam dan memakai tas selempangnya, Nara keluar dari kamar dan turun dari tangga berpapasan dengan Mira yang keluar dari dapur.

"Kamu mau kemana masih pagi begini?" Tanya Mira.

"Dafa minta ketemu, Nara pergi dulu ya Ma." Ucap Nara.

Mira panik. "Mama minta Papa buat kasih kamu bodyguard ya? Mama takut kamu kenapa-kenapa lagi."

Nara tersenyum lalu menggelengkan kepalanya, Nara memegang tangan Mira. "Gak usah Ma, Nara cuma mau ketemu sama Dafa aja kok. Gak ada yang akan ganggu Nara lagi, Ma."

"Tapi Mama masih—"

"Udah Ma gak papa, Nara pergi dulu ya." Ucap Nara mencium pipi Mira lalu pergi menuju cafe yang sudah ditentukan Dafa.

Nara mengendarai mobilnya untuk menuju cafe yang dibilang Dafa, saat sampai tujuan Nara memarkirkan mobilnya dan berjalan masuk sambil membenarkan topinya sambil memakai masker karena tidak mau menjadi sorotan karena kecantikannya, ternyata cafe ini banyak juga kumpulan cowok yang menongkrong disini mungkin bergadang. Bukan Nara mau sok cantik, tapi dirinya memang memiliki paras yang cantik.

ALVARO : Love Is SunsetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang