S2. 03

28K 1.5K 71
                                    

Alvaro duduk dibawah pohon besar dengan mata yang memantau sebuah gedung Apartemen, Alvaro mendapatkan info kalau Akbar tinggal di apartemen yang sedang ia pantau saat ini. Sudah hampir 4 jam Alvaro menunggu keluarnya Akbar dari apartement.

Dertt!!

Tiba-tiba suara ponsel Alvaro berbunyi dan Alvaro mengambil ponselnya yang berada disaku celana melihat nama Bang Dika dilayar teleponnya. Alvaro mengerutkan dahinya kenapa Dika menghubunginya setelah sekian lama semenjak kejadian dulu dirinya dengan Nara. Alvaro pun ingin tau kenapa Dika menghubunginya dan mengangkat telepon dari Dika.

"Halo?"

"Kita perlu bicara, gue tunggu dikafe dekat kampus lo."

Alvaro melihat layar ponselnya setelah Dika mematikan secara sepihak sambungan telepon. Sebenarnya apa yang ingin dibicarakan Dika, Alvaro merasa bimbang ingin memantau Akbar untuk mendapatkan info dimana Nara atau menemui Dika. Alvaro berpikir sedikit lama lalu mendesah dan memasukkan ponselnya kedalam saku celananya, ia akan menemui Dika terlebih dahulu.

Dengan berat hati Alvaro pun langsung pergi meninggalkan tempat ini dengan menggunakan mobilnya, menemui Dika ditempat yang sudah dibilang Dika. Dengan kecepatan sedang setengah jam pun Alvaro sampai didepan kafe dekat kampusnya. Alvaro masuk kedalam Kafe dan matanya menelusuri seisi kafe untuk mengetahui dimana keberadaan Dika dan mata Alvaro menangkap seseorang yang duduk paling pojok yang tak lain adalah Dika sendiri, tanpa pikir pun Alvaro langsung menghampiri Dika.

"Ada apa?" Tanya Alvaro to the point.

Dika yang awalnya menatap luaran melalui jendela beralih menatap Alvaro dengan datar seperti biasa.

"Lo masih cari Nara?"

Alvaro terdiam sebentar. "Kenapa?"

Dika menatap Alvaro. "Kenapa lo masih cari Nara?... Kalo lo udah nemuin Nara, lo pikir Nara mau balik sama lo?... Udah pasti Nara gak akan mau balik sama orang yang udah buat kesalahan, lo jangan samakan Nara sama mantan lo."

"Langsung keintinya, jangan bawa-bawa sialan itu?!" Tekan Alvaro tak suka jika pembicaraan ini membawa-bawa Diana.

Dika berdeci. "Lo sendiri yang buat kenapa lo harus nyesel?"

"Kenapa lo ingin bicara sama gue?!"

Dika diam menatap Alvaro sebentar. "Jangan berharap lagi sama Nara."

"Maksud lo apa?!"

Dika diam cukup lama.

"Jawab gue abang! Maksud lo apa?"

"Keluarga Nara akan mengadakan pertunangan Nara dengan orang lain."

Bagai disambar petir jantung Alvaro berdetak kencang dengan pikiran langsung blank. Alvaro menggelengkan kepalanya dengan pikiran yang masih kacau, ini mungkin tidak benar. Kenapa Dika tau? Dari mana Dika tau? Apa mungkin Dika tau dimana keberadaan Nara.

"Lo dari tau dari mana? Gue cari tau dimana Nara mati-matian tapi kenapa lo yang tau?! Dimana Nara, kasih tau gue!."

"Lo gak perlu tau gue dari mana... Yang jelas, gue udah kasih tau lo sebelum lo makin jatuh lebih dalam sama galian lo sendiri. Nara udah benci banget sama lo, jadi percuma gue kasih tau dimana Nara, Nara gak akan mau ketemu sama lo." Ucap Dika.

"Kasih tau gue dimana Nara?!" Alvaro masih maksa ingin tau dimana keberadaan Nara.

"Tapi sayang gue udah janji sama Nara gak kasih tau dimana dia sama lo. Dan ini, Nara nitipin ini gue sama lo." Dika meletakkan sebuah gelang yang ternyata itu gelang Nara pemberian dari Alvaro.

Alvaro mengepalkan tangannya lalu mengambil gelang itu. "Gue, gak akan lepasin Nara sampai kapanpun gak perduli Nara udah ada tunangan atau benci sama gue, Nara tetep milik gue! Gue sendiri yang akan cari dimana keberadaan Nara sampai dapat dan gak akan pernah gue lepasin."

Alvaro langsung pergi dari kafe itu dengan perasaan takut jika Nara benar-benar dimiliki orang lain, yang jelas Alvaro tidak membiarkan hal itu terjadi. Nara hanya boleh dimilikinya, tidak dengan orang lain.

"Lo kok disini bukannya kuliah?" Tanya Andika yang melewati kafe tak sengaja melihat Alvaro keluar dari kafe itu.

"Gue baru aja bicara sama Bang Dika."

Andika mengerutkan dahinya. "Bang Dika ngajak baikan lagi sama lo? Atau gimana?"

Alvaro terdiam sesaat. "Bukan."

"Lah terus apa anjing?" Heran Andika menggaruk pelipisnya yang tak gatal.

"Bang Dika bilang sama gue...."

Andika sedikit kesal karena Alvaro menjeda ucapannya membuat Andika semakin kepo saja yang dibicarakan Dika terhadap Alvaro.

"Bilang apa cok?! Lo jangan suka bikin orang makin kepo goblok!" Kesal Andika.

Alvaro mendesah. "Bang Dika bilang sama gue kalau Nara bentar lagi mau tunangan sama orang lain."

Andika terkejut mendengar itu dan kenapa Dika tau keberadaan Nara. "Lah dari mana Bang Dika tau cok?! Lo aja nyari Nara kayak orang gila tapi gak nemu-nemu."

"Apa mungkin Bang Dika juga tau dimana Nara?" Tanya Dika selanjutnya.

"Dia gak mau kasih tau gue, tapi dia suruh gue jangan cari lagi Nara." Ucap Alvaro mengepalkan tangannya kiat bila mengingatkan perkataan Dika.

Andika mengangguk paham. "Gue sih setuju sama apa yang dikatakan Bang Dika sama lo. Lo lebih baik berhenti cari Nara dari pada lo makin sakit sama usah lo sendiri kalo itu sia-sia."

"Maksud lo apa? Lo kok malah dipihak Bang Dika?!" Tajam Alvaro.

"Ck! Bukan berarti gue dipihak Bang Dika atau lo. Tapi dari gue sendiri, gue gak tahan lihat lo mati-matian sampai hampir gila cari Nara tapi ujungnya Nara gak akan mau ketemu sama lo. Lo juga harus ingat sama perbuatan lo bisa dimaafin Nara apa enggak. Boleh-boleh aja lo kejar Nara lagi, tapi lo mikir nggak gimana reaksi Nara waktu ketemu lo? Mungkin aja Nara bilang benci sama lo atau gak mau lihat lo lagi?... Kalo gue jadi Nara sih, gue gak akan mau ketemu sama lo karena berbuatan lo." Ucap Andika panjang lebar yang membuat Alvaro terdiam seribu bahasa.

"Lo tau sendiri Nara seperti apa Al, Nara gak akan maafin orang yang membuat kesalahan fatal." Ucap lagi Andika melihat Alvaro yang terdiam.

"Gue tetep gak akan biarin Nara jadi milik orang lain."

Andika mendesah. "Terserah lo dah, gue udah capek ngomongin lo."









***









Alvaro masuk kedalam unit apartment langsung berteriak emosi dengan apa yang dikatakan Dika beberapa menit lalu. Jika benar itu terjadi maka Alvaro harus segera menemukan dimana keberadaan Nara.

"Aku gak akan biarin kamu jauh dari aku lagi, Nara. Nggak akan pernah!!"

Alvaro mengambil ponselnya lalu menghubungi seseorang. Didalam percakapan Alvaro, Alvaro meminta orang yang menghubunginya mencari dimana keberadaan Nara. Hanya ini cara satu-satunya menggunakan orang kepercayan kakeknya untuk segera menemukan Nara dengan keahlian orang kepercayaan kakeknya.

Alvaro menderu memikirkan bagaimana ia harus membuat Nara tetap menjadi miliknya. Tidak perduli dengan usaha keluarga menjauhkan Nara dari dirinya. Sejak Alvaro menetapkan hatinya buat Nara, Nara udah jadi miliknya sejak saat itu. Jika Nara membenci dirinya, maka Alvaro akan mengubah rasa benci menjadi cinta lagi meskipun harus membutuhkan waktu yang lama.

"Kamu gak boleh dimilikin siapapun selain aku, Nara. Gak akan boleh, karena hanya aku yang berhak." Gumam Alvaro memejamkan matanya untuk melihat wajah Nara melalui ingatannya.


















To Be Continued...

Maaf telat up🙏

03September2022

ALVARO : Love Is SunsetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang