S2. 21

20.3K 988 130
                                    

Nara duduk dibalkon kamar dengan pandangan yang menuju kelaut, dirinya bukan berada dikota atau apartemen. Alvaro membawanya jauh dari kota dan pemukiman, yang ada hanya pohon-pohon rindang mengurungnya seperti tahanan. Dirinya benar-benar tidak bisa melepaskan diri dari Alvaro.

Nara kaget dengan Alvaro yang tiba-tiba datang dan mengecup pipinya, Nara melihat Alvaro yang tersenyum. Nara dengan segera melingkarkan tangannya dileher Alvaro saat Alvaro menggedongnya dan membawanya menuju ranjang.

"Apa kamu gak bosa melamun terus?... Aku cuma ingin kamu lihat aku aja." Ucap Alvaro yang berada diatas tubuh Nara.

Nara diam memandangi wajah Alvaro, lalu tangan Nara mengusap wajah Alvaro dan Alvaro segeran mengecup telapak tangan Nara dan memeluk Nara. Nara diam menatap langit kamar sambil mengusap kepala Alvaro.

"Gue pengen banget bunuh lo, tapi gue bukan orang jahat kaya lo."

Alvaro membuka matanya setelah mendengar perkataan Nara, Alvaro diam membiarkan Nara berbicara lagi apa yang ingin Nara ucapkan.

"Lo tau gue benci sama lo, tapi maksain gue dengan cara ngancem gue... Gue bisa apa saat lo ancem gue? Gue cuma bisa bayangin bisa bunuh lo."

Alvaro melepaskan pelukannya dan melihat Nara, Alvaro mengusap pipi Nara. "Maafin aku, tapi aku gak ada cara lagi supaya kamu tetap sama aku."

Nara menatap Alvaro, Nara mengusap pipi Alvaro lalu menarik kepala Alvaro hingga bibir Nara menyentuh kulit leher Alvaro, Nara langsung menggigit leher Alvaro kuat hingga berdarah dan membuat Alvaro memejamkan matanya membiarkan Nara melakukannya. Hingga beberapa detik Nara melepaskan gigitannya dengan bibir yang ternodai darah Alvaro dan leher Alvaro yang terluka.

Alvaro menatap Nara lalu mengusap bibir Nara. "Lakuin apa yang kamu mau, asalkan kamu gak pergi dari aku."

Nara mengeratkan giginya. "Gue benci sama lo."

Alvaro diam lalu mencium bibir Nara tanpa perduli bibir Nara ternodai darahnya. Alvaro mencium Nara dengan lembut dan memegangi dagu Nara agar Alvaro senantiasa mencium bibir Nara dengan nyaman. Lalu tak lama Alvaro melepaskan ciumannya dan mengusap bibir Nara.

"Aku akan buat kamu jatuh cinta lagi sama aku, aku janji." Ucap Alvaro memberi kecupan didahi Nara. Lalu Alvaro bangkit dan berjalan menuju kamar mandi untuk mengobati lukanya.

Nara menangis tanpa suara setelah Alvaro pergi, dirinya harus pergi dari cowok menakutkan itu, ya dia harus pergi sejauh mungkin. Nara bangkit dari ranjang dan menatap pintu kamar mandi yang tertutup, Nara mengepalkan tangannya lalu mengusap air matanya.

Nara turun dari ranjang mendekati pintu kamar mandi, tangan Nara mulai memegang kunci kamar mandi yang ada disitu lalu memutar kuncinya hingga terkunci dengan suara keras, sedangkan yang didalam Alvaro langsung menatap pintu karena suara pintu yang terkunci membuat Alvaro langsung mendekati pintu dan membuka pintu tapi tak bisa.

Dor!!

Dor!!

Dor!!

"Nara buka pintunya!! Buka!!!" Teriak Alvaro mulai panik.

Nara yang berada diluar mendengar Alvaro berteriak, langsung berlari cepat keluar kamar dan menuju pintu keluar, tapi sialnya pintunya tak bisa dibuka karena terkunci dengan sistem otomatis yang Alvaro pasang. Nara bingung dikala pintu tidam bisa dibuka sedangkan suara Alvaro mencoba membuka pintu dengan dobrakan. Nara bingung menatap sekitar dan matanya tertuju pada jendela, dengan segera nara mengambil patung yang terbuat dari baja lalu Nara melemparkan patung itu jendela.

Nara terkejut karena kacanya tidak pecah sama sekali atau bahakan retak padahal Nara melemparnya dengan kuat apa lagi patung itu terbuat dari baja, ini berarti bukan kaca biasa. Nara panik mendengar suara gaduh sepertinya Alvaro terus mencoba merusak pintunya. Dengan segera Nara mengambil patung itu lagi dan mencoba merusak sistem yang dipasang Alvaro, Nara memukulnya berkali-kali hingga rusak dan pintu terbuka, Nara senang tapi itu hanya sebentar karena terdengar suara pintu terbanting yang artinya Alvaro berhasil merusak pintu.

ALVARO : Love Is SunsetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang