S2. 23

18.9K 809 65
                                    

Nara membungkus tubuhnya dengan selimut tebal hingga hanya kepalanya saja yang terlihat, berbaring dengan membelakangi Alvaro yang tengah tidur memeluknya dari belakang. Nara mendesah ingat dengan apa yang ia lakukan kemarin, bisa-bisanya ia menggoda Alvaro saat mabuk membuat Nara menyesal memilih minum anggur itu.

Nara melihat dibalik selimut, melihat tangan kekar Alvaro memeluk perutnya, Nara memejamkan matanya lalu mendesah. Dengan tubuhnya yang polos dan Alvaro juga, Nara bisa merasakan tonjolan dibokongnya apa lagi kalau bukan burung Alvaro. Nara meruntuki dirinya sendiri yang bodoh bisa melakukan hal gila ini, apa benar dirinya memang benar-benar gila sekarang.

Kalau dirinya bergerak maka Alvaro akan bangun dan Nara tidak siap berhadapan dengan Alvaro setelah kejadian ini, Alvaro tipikal orang yang gampang bangun jika ada gerakan sedikit saja, maka dari itu Nara tidak berani menggerakkan tubuhnya sama sekali. Tapi jika ini terlalu lama menunggu Alvaro bangun, maka akan bahaya pula.

Nara dengan berani meraih tangan Alvaro yang memeluknya dan dipindahkan secara perlahan agar Alvaro tidak bangun, dalam hatinya Nara terus ber do'a agar Alvaro tidak terbangun. Ini sama saja seperti dirinya melintasi jurang dengan seutas tali tipis, namun sebelum menyingkirkan tangan Alvaro secara tuntas tiba-tiba Alvaro kembali memeluk perutnya kali ini lebih erat hingga punggung Nara bisa bersentuhan dengan dada Alvaro.

Nara memejamkan matanya kerena pergerakan Alvaro.

"Udah bangun?" Suara serak Alvaro membuat Nara tidak mau membuka matanya dan mencengkram selimut kuat, apa lagi kecupan yang dilakukan Alvaro dilehernya.

"Malam itu aku sangat suka, kamu yang—"

"Diem anjing!!" Pekik Nara tidak mau membuka matanya, demi apapun Nara malu dengan kebodohannya semalam.

Alvaro terkekeh lalu membalikkan tubuh Nara secara tiba-tiba membuat Nara kaget. "Kamu gak usah malu, aku menyukainya."

Nara diam dengan wajah yang berhadapan dengan leher Alvaro, wajah Nara memerah malu melihat banyak cupang yang ada dileher Alvaro, bisa-bisanya dirinya membuat itu banyak sekali dileher Alvaro. Nara berdecak kenapa dirinya gila sekali bisa melakukan hal gila ini, ini buruk karena Alvaro semakin tidak bisa melepaskannya, bodoh bukan.

Mata Nara melolot ketika ada elusan dipunggung membuat Nara merinding, Nara harus menghentikan elusan itu sebelum hal buruk terjadi lagi, dengan segera Nara menggigit pundak Alvaro kuat membuat Alvaro meringis.

"Lo gak usah cari-cari kesempatan buat elus-elus tubuh gue!!" Ucap Nara lalu berbalik segera membungkus tubuh polosnya dengan selimut, tanpa mau melihat Alvaro Nara bangun dari ranjang tanpa memperdulikan tubuh polos Alvaro yang terpampang jelas karena selimutnya ia pakai untuk membalut tubuhnya sendiri.

Nara meringis ketika berdiri merasakan daerah kewanitaannya masih terasa perih.

"Mau aku bantu mandi?" Tawar Alvaro terkekeh membuat Nara berdecak lalu menoleh menatap Alvaro, tapi tak lama Nara tidak menatap Alvaro karena bisa melihat tubuh telanjang Alvaro.

Dengan perlahan Nara berjalan perlahan menuju kamar mandi untuk menghindari Alvaro dari ancaman bahaya seksual. Masuk kedalam kamar mandi Nara bersandar pada pintu dan merosot terduduk dilantai, Nara melamun sejenak lalu memukul kepalanya untuk meruntuki kebodohannya.

"Bisa-bisanya gue ngelakuin itu!! Dimana otak gue waktu itu!!" Gumam Nara geram.

Nara mengingat kejadian semalam dan membuat Nara kembali meruntuki kebodohannya, kejadian semalam terus berputar diotaknya bagaimana ia bisa seganas itu diatas tubuh Alvaro dan desahan kramat itu. Astaga ini bisa membuat dirinya semakin gila.

Usai mandi membersihkan diri Nara menatap dirinya dicermin, Nara mendesah cipokan ini bukanya hilang malah nambah lagi, dengan perasaan dengkol Nara mulai mengolesi wajahnya dengan cream pelembab wajah.

ALVARO : Love Is SunsetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang