S2. 26.

16.2K 763 45
                                    

Nara membuka matanya lalu dengan cepat langsung bangun dan duduk, Nara langsung meringis memegang pinggangnya yang terasa nyeri, Nara mengumpat kenapa dia jatuh dari tangga segala padahal sedikit lagi dirinya bisa kabur. Nara melihat pakaiannya yang masih utuh membuat Nara bernafas lega sebab Alvaro tidak menelanjanginya lagi sebagai hukuman.

Nara menatap sekitar kamar lalu turun dari ranjang, Nara berjalan menujuh pintu kamar lalu membuka pintu kamar secara pelan-pelan dan Nara mengintip liar dengan mengeluarkan kepalanya saja. Yang Nara lihat hanya suana hening, Nara mengerutkan dahinya kemana Alvaro berada apa masuk rumah sakit dan sekarat hanya karena menusuk tangannya saja, kurasa itu tidak mungkin.

Nara yang penasaran dengan Alvaro langsung membuka pintu untuk mencari keberadaan Alvaro, Nara melihat tidak ada kehadiran Alvaro diruang tamu dan dapur, Nara langsung menuju kamar cowok itu untuk memastikan kalau Alvaro ada dikamarnya, saat sampai dikamar cowok ini Nara menempelkan telinganya dipintu kamar Alvaro untuk mendengar apa yang dilakukan Alvaro.

Nara menjauhkan telinganya dari kamar Alvaro karena tidak mendengar apapun dari dalam kamar, apa dia pergi keluar. Dengan rasa penasaran Nara membuka pelan pintu kamar Alvaro agar tidak menimbulkan suara, Nara mengintip dalam kamar Alvaro melalui sedikit celah. Kosong?... Namun Nara mendengar suara gemericik air dari kamar mandi berarti Alvaro mandi.

Nara mendesah lalu membuka lebar pintu Alvaro dan berjalan hingga didepan pintu kamar mandi Alvaro, Nara menelan ludahnya apalah ia harus mengetuk pintu kamar mandi cowok ini untuk memastikan keadaan tangan Alvaro yang terluka karenanya? Sebab luka itu sepertinya sangat serius, apa harus diamputasi segala?..

Tok! Tok! Tok!

"Alpe, lo berak ya?!" Ucap Nara yang sudah mengumpulkan keberaniannya untuk berbicara pada Alvaro.

Nara diam tidak ada sautan suara Alvaro dari dalam kamar mandi membuat Nara kembali menempelkan telinganya dipintu kamar mandi Alvaro, suara gemericik air sudah tidak terdengar membuat Nara berkerut dan menajamkan pendengarannya lagi. Kenapa Alvaro diam apa cowok penculik ini marah padanya? Tapi kenapa harus marah, seharusnya dirinya yang marah bukan.

Ceklek!

Nara mendelik dengan tubuhnya yang terodorong kedepan tidak bisa menggerakkan tubuhnya karena kaget pintu tiba-tiba terbuka membuat telinga dan pipi Nara menyentuh dada Alvaro yang basah dan harum sabun itu, Nara berkedip untuk menyadarkan dirinya langsung saja Nara berdiri tegak dan menunduk.

Alvaro yang melihat Nara berada dikamarnya langsung melewati Nara tanpa suara dan duduk diranjang membuat Nara menoleh untuk melihat Alvaro yang hanya memakai handuk, Nara mengerutkan dahinya melihat kediaman Alvaro sepertinya memang benar-benar marah padanya. Nara mendekati Alvaro dan berdiri didepan Alvaro, Nara menggaruk belakang kepalanya melihat tangan kiri Alvaro diperban cukup tebal dan Alvaro hanya bisa mengusap rambutnya yang basah dengan handuk menggunakan tangan kanannya.

"Tangan lo sakit?" Tanya Nara ambigu.

Alvaro melihat Nara dan meletakkan handuk yang digunakan untuk mengusap rambutnya keranjang. "Kenapa kamu disini? Kamu lapar?"

Nara meringis dan menggeleng lalu duduk disamping Alvaro. "Maaf soal itu." Lirih Nara sambil menunjuk luka Alvaro.

Alvaro hanya mendesah melihat Nara seperti ini, lalu memberikan handuknya pada Nara. "Usapin."

Nara langsung mengangguk dan mengambil handuk kepala Alvaro lalu mengeringkan rambut Alvaro, Nara berpikir sepertinya itu memang benar-benar sakit karena tikamannya sampai menembus ke meja. Nara tidak tau harus merasa bersalah atau marah dengan Alvaro, ini juga pertama kalinya dia melukai orang dengan kejam seperti itu.

ALVARO : Love Is SunsetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang