S2. 25

18K 819 72
                                    

Nara duduk dimeja makan sambil menggigit kukunya dan kaki yang tidak bisa diam bergerak seperti dilanda kebingungan, menatap punggung Alvaro yang memasak untuknya lalu Nara melihat pintu keluar, terus begitu membuat ia hati Nara risau.

Sejak kejadian dua orang yang hampir memperkosanya, dirinya dibawa ke apartemen oleh Alvaro membuat mempermudahnya untuk akses pergi dari Alvaro apalagi pintu apartemen hanya berbekal pin saja tanpa sidik jari, bukankah ini kesempatan bagus karena diapartemen pasti banyak penghuni yang menolongnya, mungkin. Nara tidak tau warga negara ini perduli pada orang atau tidak.

Nara melihat si Tolol sedang tidur di kasur kecilnya dan Nara kembali melihat Alvaro yang masih bergulat dengan dapur. Nara menelan ludahnya lalu menoleh ke kanan, Nara melihat rak pisau membuat Nara diam. Nara mengalihkan pandangannya dari rak pisau itu sambil menggelengkan kepalanya. Dirinya tidak bisa melakukan hal sekejam itu untuk membunuh Alvaro.

Nara memijit batang hidungnya dengan kaki yang bergerak semakin kencang, Nara menggigit kukunya memikirkan hal lain yang tidak membuat nyawa orang melayang begitu saja. Hingga beberapa menit berpikir Nara menemukan caranya setelah sadar kalau meja makan ini terbuat dari kayu, Nara menghembuskan nafasnya untuk meyakinkan dirinya agar bisa melakukan hal yang dipikirannya. Jika berhasil kabur masalah kemana tujuannya dipikirkan nanti saja yang terpenting harua pergi dulu dari Alvaro.

"Gue ambil minum dulu." Ucap Nara berdiri membuat Alvaro menoleh.

"Aku akan mengam—"

"Tidak usah, biar gue aja lo masak aja." Ucap Nara berbicara dengan tenang tanpa membuat Alvaro curiga.

Alvaro mengangguk lalu kembali memotong sosis, Nara mendesah lalu berjalan menuju kulkas dan membuka kulkas. Nara menatap pisau yang dirak itu lalu menatap Alvaro lagi, Nara mengambil satu botol air mineral dan menutup kulkasnya. Nara berbalik melihat Alvaro yang sibuk dengan masakan hingga tangan Nara mulai mengambil salah satu pisau dengan perlahan agar tidak mengeluarkan suara sambil melihat Alvaro. Setelah berhasil mengambil pisau itu Nara bernafas lega lalu menyembunyikan pisau itu dibelakang punggungnya.

Nara kembali duduk dan meletakkan pisau itu dibawa pahanya, Nara menarik nafasnya lalu menghembuskan nafasnya untuk meyakinkan dirinya bisa. Nara mengeratkan tutup botol itu agar sulit untuk dibuka, setelah yakin Nara mulai memanggil Alvaro.

"Alpe, gue gak bisa buka tutupnya." Ucap Nara membuat Alvaro menoleh lalu terkekeh.

Alvaro mendekati Nara menerima botol dari Nara, Alvaro mencoba memutar tutup botolnya dengan tenaganya hingga berhasil, Nara membuka mulutnya melihat Alvaro dengan mudah membuka tutup botol itu. Alvaro memberikan botol itu pada Nara tapi tak diterima langsung oleh Nara.

"Ini Nar." Ucap Alvaro yang melihat Nara tak kunjung mengambil minumnya.

Nara menutup mulutnya dan mengambil botol minum itu, tapi Nara langsung meletakkan minum itu dimeja membuat Alvaro heran kenapa tidak diminum, Nara langsung menarik kerah baju Alvaro hingga Alvaro menunduk dan kedua tangannya bertumpu pada meja dan kursi Nara agar tidak jatuh pada Nara, jarak mereka sangatlah dekat.

"Ternyata lo kuat juga."

Alvaro terkekeh lalu memberi kecupan dibibir Nara. "Itu hal kecil sayang."

Nara berdecak lalu menarik tengkuk Alvaro dan mencium bibir Alvaro untuk mengalihkan perhatian Alvaro, Alvaro membalas ciuman Nara tanpa adanya curiga sama sekali terhadap Nara. Nara membuka matanya melihat mata Alvaro yang terpejam, Nara yang sudah meyakinkan dirinya memegang telapak tangan Alvaro dimeja menggenggamnya sebentar dan berkata maaf dalam hati, Nara mengambil pisau yang ia letakkan dibawah pahanya tanpa Alvaro sadar,  Nara melepaskan ciumannya dan mereka saling tatap, hingga...

ALVARO : Love Is SunsetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang